Bismillah…
“Awas lho kalau bo’ong puasamu batal.”
“Eh puasa-puasa ga boleh ghibah, ntar bIsa batal puasanya.”
Sepotong ucapan yang sering terdengar saat seorang mengingatkan saudaranya yang piasa, supaya menjauhi dosa-dosa . Karena anggapan, maksiat mengakibatkan puasa batal.
Benarkah demikian? Ayo kita bahas di sini.
Pembaca yang dimuliakan Allah…
Ibnu Rojab al Hambali, dalam buku beliau; Jami’ul ‘Ulum wal Hikam (jilid 1, hal.180) menuliskan sebuah kaidah,
أن المحرم إذا كان محرما لمعنى يختص بالعبادة يفسدها، وإن كان تحريمه عاما لم يفسدها
“Larangan yang berhubungan khusus dengan suatu ibadah, maka bila dilakukan, larangan tersebut dapat membatalkan ibadah yang bersangkutan. Adapun suatu larangan yang sifatnya umum (tidak ada hubungan khusus dengan suatu ibadah), maka bila dilakukan tidak membatalkan ibadah.”
Seperti puasa, larangan dari makan dan minum ada kaitan khusus dengan ibadah puasa. Karena di luar puasa, makan dan minum dibolehkan. Hanya saat puasa saja, seorang dilarang dari makan dan minum. Maka dari itu, larangan ini bila dilanggar akan membatalkan puasa. Adapun larangan dari perkataan dusta, ghibah, mengadu domba, dan maksiat lainnya, itu tidak ada kaitan khusus dengan puasa. Karena larangan ini diberlakukan umum; baik saat puasa maupun di luar ibadah puasa.
Dari kaidah ini, kita bisa ketahui, bahwa perbuatan maksiat tidak membatalkan puasa, hanya saja akan mengurangi pahala puasa. Apabila dilakukan terus menerus atau semakin banyak, maka akan sampai pada keadaan dimana seorang tidak mendapatkan dari puasanya, selain rasa lapar dan dahaga saja. Sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu’ alaihi wasallam dalam sabda beliau,
رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلاَّ الْجُوعُ وَرُبَّ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ قِيَامِهِ إِلاَّ السَّهَرُ
“Berapa banyak orang yang berpuasa, tidak mendapatkan buah dari puasanya selain rasa lapar. Dan berapa banyak orang yang bangun beribadah di malam hari, namun tidak mendapatkan melainkan sekedar begadang.” (HR. Ibnu Majah).
Semoga Allah memberkahi hari-hari ramadhan kita.
Wallahu ta’ala a’lam.
***
Dikutip dari : https://muslim.or.id/25950-puasa-24-karat.html
Ditulis oleh : Ahmad Anshori
Madinah, 6 Ramadhan / 22 Juni 2015