Akhlak merupakan sutau hal yang fundamental dalam kehidupan manusia, sering kita mendengar kalimat “yang penting akhlaknya”, karena akhlak menentukan baik buruknya penilaian seseorang, sehingga banyak dari kita yang sungguh-sungguh dalam menjaga perilakunya di hadapan manusia, lalu bagaimana di hadapan Allah, pernahkah terbetik dalam hati kita untuk menjaga perilaku kita di hadapan Allah, bukankah kita meyakini Dia-lah Allah yang maha Melihat, maha Mendengar, maha Mengetahui, maka kita sebagai seorang muslim harus berusaha meberikan perilaku akhlak dan adab terbaik kita kepada Allah subhanahu wata’aala.
Akhlak terhadap aturan Allah atau syariat Allah merupakan Alkhlak yang harus kita perhatikan sebagai seorang hamba.
Diantaranya adalah menerima aturan dan sayariat Allah dengan lapang dada, tidak boleh ada satupun aturan yang kita tolak, bantah, debat atau menerima akan tetapi dengan menggerutu.
فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّن كَذَبَ عَلَى اللَّهِ وَكَذَّبَ بِالصِّدْقِ إِذْ جَاءَهُ ۚ أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى لِّلْكَافِرِينَ
“Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah dan mendustakan kebenaran ketika datang kepadanya? Bukankah di neraka Jahannam tersedia tempat tinggal bagi orang-orang yang kafir?” (QS. Az-Zumar: 32)
Merupakan kezaliman yang keji, seseorang mendustakan kebenaran Al-Quran maupun Hadits Ketika telah datang kepadanya, hanya mengambil Sebagian hukum dan meninggalkan yang dia tidak suka, seperti istilah “Agama prasmanan”.
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَن يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ ۗ وَمَن يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُّبِينًا
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS. Al-Ahzab: 36)
Tidaklah pantas bagi seseorang yang mengaku islam, akan tetapi belum menjadi orang yang benr-benar islam, karena makna islam adalah menyerah, menyerah kepada aturan dan hukum-hukum Allah ta’aala,
أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ ۚ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِّقَوْمٍ يُوقِنُونَ
“Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS. Al-Maidah: 50)
Merupakan keharusan bagi setiap manusia yang mengaku islam untuk menyerah terhadap aturan Allah ta’aala, dan mengakui bahwa aturan Allah lah yang paling sempurna, sehingga seorang muslim tatkala melaksanakan aturan Allah merasa dirinya sedang di jaga oleh Allah.
Karena Allah lah yang paling tau apa yang terbik untuk hambanya, sebagai mana firman Allah,
قَالَ اهْبِطَا مِنْهَا جَمِيعًا ۖ بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ ۖ فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُم مِّنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَىٰ
“Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.” (QS. TaHa: 123)
Allah berjajnji untuk memberikan keamanan bagi siapa yang mengikuti petunjuk-Nya.
Maka kita harus memperhatikan sikap kita khususnya kepada sang pencipta kita, jangan sampai kitab isa dan mampu ber akhlak kepada makhluk akan tetapi kita acuh dalam bersikap kepada sang pencipta kita.
Semoga Allah memberikan manfaat dalam coretan ini kepada penulis dan pembaca, insyaaAllah kami akan membahas Akhlak kepada Allah yang ke-3 di artikel yang akan datang. Wallahu a’lam bisshawaab.
Refrensi : Syarah bulughul Marom oleh ustadz Abdullah zaen Lc, MA. Hafidzahullah ta’aala, hadits ke 3.
Ditulis Oleh: Badruz Zama, Lc