Home Artikel Ada Nikmat Dibalik Penyakit

Ada Nikmat Dibalik Penyakit

480
0

Dalam menghadapi suatu penyakit, masing-masing orang memiliki cara dalam menyikapinya. Tidak sedikit orang yang mengeluh karena penyakitnya tak kunjung sembuh. Bahkan ada orang yang ketika sakit justru menyalahkan Allah sehingga membuatnya putus asa dan bunuh diri. Sebaliknya ada orang yang tetap tenang dalam menyikapinya, bahkan bisa sampai pada level bersyukur. Partanyaannya hal apa yang bisa disyukuri ketika tertimpa suatu penyakit?

Berikut ini sebab-sebab yang membuat kita bisa bersyukur ketika sakit:

1. Sakit Dapat Menghapus Dosa

Dosa yang dibawa mati oleh seorang muslim dapat menjadi pemberat ketika menghadap Allah. Jika selama di dunia bertaubat dengan dengan sungguh-sungguh, Allah akan mengampuninya. Tapi jika tidak serius saat bertaubat, maka di hadapan Allah nanti akan diputuskan sesuai yang dikehendaki Allah. Jika Allah mengampuni, maka tidak perlu dibersihkan di neraka. Tapi jika tidak, maka pembersihan dosa melewati adzab neraka.

Penghapusan dosa dengan adzab neraka tentunya sangat mengerikan dan menyakitkan. Oleh karenanya, jika orang yang sadar pada dirinya ketika diberi pilihan antara dihapusnya dosa di dunia atau di akhirat, maka pasti akan memilih dihapus di dunia karena lebih ringan. Dan salah satu cara menghapusnya dengan ditimpakan penyakit. Rasulullah Shallallohu `Alahi Wasallam bersabda:

مَا يُصِيبُ المُسْلِمَ، مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ، وَلَا هَمٍّ وَلَا حُزْنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ، حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا، إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ

“Tidaklah seorang muslim ditimpa kelelahan, rasa sakit, rasa khawatir, kesedihan, gangguan, rasa gelisah, sampai duri yang melukainya, melainkan dengannya Allah hapus kesalahan-kesalahannya.” (HR. Bukhari : 5641)

donatur-tetap

2. Sakit Menjadi Mesin Pencetak Pahala

Yang menjadi mesin pencetak pahala adalah saat menjalani masa sakitnya dengan kesabaran. Karena kesabaran merupakan salah satu amal yang timbangan pahalanya tak terbatas bilangannya. Allah Subhanahu Wata`ala Berfirman:

إِنَّمَا يُوَفَّى ٱلصَّٰبِرُونَ أَجۡرَهُم بِغَيۡرِ حِسَابٖ

“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahalanya tanpa batas.” (QS. Az-Zumar: 10)

Tingkat rasa sakit yang dialami tidak sama antara masing-masing orang. Sehingga balasan untuk kesabaran tergantung tingkat rasa sakit yang diderita. Semakin berat rasa sakit yang dialami dan semakin sabar dalam menghadapinya, akan semakin besar juga pahalanya. Oleh karenanya, tidak sama kedudukan manusia di sisi Allah antara selain nabi dengan para nabi. Karena para nabi dan Rasul diuji dengan ujian-ujian yang berat tetapi kesabaran yang mereka miliki jauh lebih kokoh dari umumnya manusia.

3. Sakit Menyadarkan Diri dari Kelalaian

Tidak heran jika saat sakit membuat seseorang bertaubat dari maksiatnya. Karena saat ia sakit, yang dirasakan adalah ketidakberdayaan sebagian tubuhnya. Hal ini dapat mengingatkan dan membuatnya berandai-andai bagaimana seandainya ketika pulih dari ketidakberdayaan akan lebih berguna jika untuk ketaatan dan kebaikan. Hal itu dikarenakan ketika sakit terasa lebih berat dalam melakukan ketaatan.

Sebab lainnya adalah karena kondisi sakit yang membuat seorang lemah bisa mengingatkan tentang kematian. Semakin sering mengingat kematian, akan semakin menyadarkan diri untuk lebih sering melakukan ketaatan. Jika orang yang lalai tidak bisa diingatkan dengan kematian orang lain, bisa jadi dengan sakit itulah dia diingatkan tentang kematian. Dan dia diingatkan oleh Allah agar menyiapkan bekal sebelum ajalnya tiba.

4. Sakit Mengingatkan Nikmat Sehat

Apapun bentuk sakit yang dialami seseorang, ia selalu berharap jika bagian yang sakit itu pulih Kembali. Terlebih lagi ketika ia merasakan bahwa sakit yang dialaminya memerlukan biaya untuk pemulihannya. Sehingga ia tersadar bahwa nikmat sehat itu mahal walaupun pada satu bagian tubuh saja.

Adanya wabah covid beberapa tahun lalu mengingatkan kita bahwa oksigen itu mahal. Padahal selama ini orang-orang yang diberikan kesehatan pernafasan selalu menggunakannya tanpa dipungut biaya. Nikmat akan mahalnya bernafas dengan normal baru terasa ketika dilanda penyakit semisal Covid.

Maka dengan adanya sakit, sesorang bisa kembali merenungkan nikmat-nikmat yang selama ini terlalaikan. Selayaknya momen sakit tersebut membuat ia bersyukur karena ia diingatkan akan kelalaiannya. Justru orang yang tidak pernah diingatkan dengan sakit itulah yang perelu dikhawatirkan. Karena dapat menjerumuskan kepada kelalaian yang berkepanjangan yang kalau dibawa menghadap Allah dapat memberatkannya. Allah Subhanahu Wata`ala berfirman:

ثُمَّ لَتُسۡئلُنَّ يَوۡمَئِذٍ عَنِ ٱلنَّعِيمِ

“Kemudian kalian akan benar-benar ditanya pada hari itu tentang kenikmatan (dulu di dunia)” (QS At-Takatsur: 8)

Ditulis Oleh: Malki Hakim, S.H

Artikel: HamalatulQuran.Com

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here