Nabi Muhammad adalah Nabi yang terakhir petutup atas nabi-nabi sebelumnya. Ia diutus oleh Allah Ta’ala untuk mendakwahkan agama Islam. Orang-orang diluar Islam khususnya Yahudi dan Nashrani tidak menerima hal tersebut bahkan mereka selalu berupaya untuk menjatuhkan dan memusuhi agama Islam. Di antara upaya mereka dalam menjatuhkan agama Islam adalah dengan membuat tuduhan-tuduhan tidak benar yang dilontarkan kepada Nabi Muhammad shallahu ‘alaihi wasallam. Pandangan dan tuduhan orientalis banyak berkisar pada pribadi Nabi Muhammad. Seperti maniak seks, harus peperangan dan kekuasaan, memiliki penyakit epilepsy dan tuduhan-tuduhan lainnya.
Padahal Nabi Muhammad adalah manusia yang mulia dan ma’shum, beliau terhindar diri aib-aib baik fisik atau psikis. Tuduhan yang dilontarkan oleh para orientalis angs ai memaluli dasar ilmiyah namun dengan sumber rujukan yang dipelintirkan (diselewengkan) ada pula tuduhan yang tidak bersumber dan hanya sekedar mencaci maki Nabi Muhammad. Gustav Weil salah seorang orientalis kebangsaan Jerman berpendapat bahwa Nabi Muhammad terkena penyakit epilepsi dan seorang maniak seks yang memiliki banyak istri (Ghurab, 1993).
Penelitin ini akan membahas tentang mulianya sosok Nabi Muhammad dengan dalil dan fakta yang ada. Kemudian dijelaskan pula tuduhan keliru bahwa Nabi Muhammad adalah seorang maniak seks karena menikahi banyak wanita beserta dengan bantahannya.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis studi kepustakaan (library reseach). Metode dalam penelitian ini adalah analisis teks pada sumber-sumber yang relevan, buku-buku dan juga tulisan ilmiyah yang menunjang dalam pengumpulan data terkait tuduhan Nabi Muhammad adalah maniak seks.
Pembahasan
Nabi Muhammad Manusia yang Mulia
Nabi Muhamad merupakan manusia yang agung dan mulia. Beliau memiliki akhlak yang mulia serta budi pekerti yang luhur. Hal ini telah Allah terangkan dalam Al-Quran Q.S al-Qalam: 4. Segala aspek kehidupan Nabi Muhammad diteladani dan dijadikan sebagai role model kehidupan Islam yang sejatinya. Oleh karena itu keteladanan terhadap Nabi Muhammad Allah jadikan sebagi syarat agar seseorang mendapatkan rahmat darinya (al-Ashbahani, 2017). Hal ini telah Alah terangkan dalam Q.S. al-Ahzab: 21.
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلْءَاخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرًا
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagi kalian (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan kedatangan hari kiamat dan ia banyak menyebut Allah.
Segapa aspek kehidupan Nabi adalah kebaikan dan patut untuk diteladani. Kita sering menyebut keteladanan dengan uswatun hasanah. Dan ini merupakan nikmat agung yang tidak ada dalam agama lain. Bangsa Amerika sampai menyebut Thomas Jeferson sebagai “The prophet of This Country” atau Nabi angs aini tapi apakah mererka mengikuti seluruh hidup Thomas jeferson ini? Tidak. Orang komunis sangat bangga dengan Karl Max Namun apakah mereka mengikuti seluruh kehidupan Karl max? tidak. Dalam buku yang ditulis oleh Paul Jhonson judulnya “Intellectuals” buku ini menggambarkan para cendekiawan di Barat salah satunya Karl Max ternyata dalam buku tersebut disebutkan bahwa Karl Max ini orang yang jarang mandi, kotor. Apakah perilaku seperti ini dicontoh? Tentu saja tidak. Berbdeda dengan Nabi Muhammad segala aspek kehidupan beliau patut di contoh dan diteladani, inilah yang menjadikan beliau sebagai manusia terbaik dan mulia disisi Allah.
Allah Ta’ala muliakan Nabi Muhammad dengan diberikan akhlak dan budi pekerti yang luhur, bahkan Allah sebutkan kemualian sifat dan akhlak Nabi di dalam Al-Quran di berbagai s urat dan ayat.
No | Surat | Ayat | Penjelasan Kemuliaan Nabi Muhammad |
1 | Ali Imran | 159 | Memiliki Sifat Penyayang |
2 | Al-An’am | 14 | Menjadi Muslim Pertama |
3 | At-Taubah | 128 | Kemuliaan Nasab Nabi |
4 | Al-Anbiya | 107 | Nabi sebagai sahmat untuk semesta alam |
5 | Al-Ahzab | 21 | Nabi sebagai suri teladan terbaik |
6 | Al-Ahzab 45 | 45 | Nabi sebagai saksi |
7 | Saba’ | 28 | Pemberi kabar gembira |
8 | Shad | 44 | Penyabar |
9 | Al-Fath | 1-2 | Nabi sebagai pemimpin ke jalan yang benar |
10 | Al-Hujurat | 3 | Mukmin lain dilarang meninggikan suara di hadapan beliau |
11 | Al-Qalam | 4 | Memiliki akhlak mulia |
Pernikahan Nabi Muhammad dengan beberapa wanita (poligami) pun merupakan kemuliaan tersendiri bagi beliau, beliau menikah dengan Khadijah, Aisyah, Zainab, Shafiyyah dan istri-istri lainnya. Dalam pandangan syariat seluruh pernikahan beliau terdapat hikmah yang agung, bukan karena hawa nafsu.
Poligami dalam Islam
Poligami sejatinya sudah dilakukan oleh orang-orang terdahulu sejak ratusan bahkan ribuan tahun sebelum datangnya Islam. Kemudian syariat Islam muncul dan menerangkan pembatasan jumlah istri bagi yang hendak berpoligami. Adanya poligami sebagai suatu solusi dari kondisi darurat bukan tanpa alasan, yang oleh orientalis sering dianggap sebagai pemuasan nafsu semata. Menilik sejarah Nabi, sebenarnya beliau berpoligami setelah istri pertamanya, yakni Khadijah binti Khuwailid meniggal pada usia 65 tahun sedangkan Nabi berusia 50 tahun. Selang tiga atau empat tahun setelah kematian Khadijah barulah Nabi menikah lagi. Selain Aisyah, para istri yang telah Nabi nikahi berstatus janda. Nabi pun memiliki alasan tertentu untuk menikahi mereka. Seperti; Saudah binti Zam‘ah, Hindun atau Ummu Salama, Ramlah, dan Juwairiyah binti Al-Haris adalah tawanan pasukan Islam. Hafsah, putri Umar bin Khattab, adalah seorang janda, seperti halnya Shafiyah binti Huyay, dan yang lainnya. Fakta ini tidak diketahui oleh sebagian pendukung poligami. Bahkan sebagian mereka tidak mau tahu atau enggan mengetahui latarbelakang pernikahan tersebut (Haikal, 1993).
Bahkan dalam Islam selain batasan jumlah istri dalam poligami disyaratkan pula keadilan, dalam artian lelaki yang hendak berpoligami harus bisa berlaku adil kepada seluruh istrinya (Syarifah, 2023). Hal ini telah Allah terangkan dalam Q.S an-Nisa: 3. Nabi Muhammad pun telah menekankan tetang kewajiban adil dalam poligami ini, beliau bersabda:
مَنْ كانت له امرأتان فَمَالَ إلى إحْداهُما جاء يومَ القيامةِ وشِقُّهُ مَاِئلٌ
Artinya: Barangsiapa mempunyai dua istri kemudian condong kepada salah seorang dari keduanya, maka pada hari kiamat ia akan datang dengan pundak yang miring sebelah. (HR. at-Tirmidzi no.1141)
Tuduhan Bahwa Nabi Muhammad Maniak Seks dan Bantahannya
1. Nabi Maniak Seks Menikah dengan Banyak Wanita (Poligami).
Tudahan orientalis terhadap Nabi Muhammad sebagai maniak seks tidak beralasan karena beliau tidak melakukan itu. Bahkan Mahmud Hamdi Zaqzouq menyatakan dengan tegas bahwa Muhammad adalah seorang pengumbar syahwat adalah salah, sangat tidak mungkin seorang Muhammad Saw. yang pada masa remajanya dikenal sebagai pemuda yang sangat menjaga kehormatan diri, ketika mencapai usia lebih dari setengah abad tiba-tiba berubah menjadi seorang pemuja seks. Padahal, seandainya ia mau, kesempatan untuk mengumbar syahwat dapat dilakukannya sewaktu masih muda dan gagah, sebagaimana banyak dilakukan oleh pemuda-pemuda Quraisy seusianya. Hujatan dan tuduhan bahwa Nabi Muhammad sebagai pemuja seks juga semakin tak masuk akal jika ketahui, bahwa diantara istri-istri yang dinikahinya dalam status gadis hanyalah Aisyah seorang. Selebihnya adalah para janda (Mansyur, 2020). Selain itu, beliau menikahinya karena alasan kemanusiaan yang luhur atau karena faktor yang berkaitan dengan hukum syariat. Tak seorangpun dari mereka dinikahi karena dorongan nafsu syahwat dan pemuasan seks semata.
Berikut ini beberapa bantahan bahwa poligami Nabi Muhammad bukanlah karena beliau Maniak seks dan dorongan nafsu semanat:
1. Nabi Muhammad menikahi Khadijah saat permulaan umur dewasanya, sedangkan Khadijah Ketika itu berumur lebih tua dari beliau serta Nabi pun tidak menambah istri (poligami) sampai Khadijah meninggal dunia. Hal ini menu njukkan bahwa Nabi bukanlah maniak seks, karena hanya mencukupkan diri dengan satu istri di masa mudanya.
2. Nabi Muhammad tidak menikawi perawan kecuali Aisyah. Selainnya sudah berumur bahkan ada yang sudah memiliki anak.
3. Menikah lebih dari satu istri bukanlah sesuatui yang tercela dalam sejarah paraNabi. Kaum orientalis paham betul bahwa dalam sejarah Nabi mereka, bahwa nabi Ibrahim menikasi Sarah dan Hajar, Nabi Ya’kub memiliki 4 istri, Nabi Daud memiliki banyak istri (Chotban, 2017). Maka tuduhan kepada Nabi Muhammad ini hanyalah hasad dan kebencian tanpa bukti ilmiyah yang selama ini digaungkan oleh mereka.
4. Semenjak Nabi Muhammad diutus oleh Allah menjadi Nabi maka beliau tidam memiliki banyak waktu luang, beliau berdakwah secara totalitas. Serta mengisi waktu longgarnya untuk banyak beribadah kepada Allah. Maka tidak mungkin beliau menjadi maniak seks karena waktu yang beliau miliki dominan habis untuk dakwah.
2. Pernikahan Nabi Muhammad dengan Zainab binti Jahsy.
Tuduhan lain oleh para orientalis dalam memelintirkan fakta adalah dimana mereka berkata bahwa pada tahun keempat hijriyah Nabi Muhammad menemui Zaid bin Haritsah maka Nabi bertemu pula dengan Zainab binti Jahs dan Nabi merasa takjub dengan kecantikannya. Maka Nabi memerintahkan Zaid untuk menceraikan Zainab agar bisa dinikahi oleh Nabi Muhammad, padahal Zaid adalah anak angkat beliau sendiri (al-Qasim, 2010). Dengan narasi inilah para orientalis mengatakan bahwa Nabi Muhammad adalah orang yang bernafsu tinggi suka banyak wanita.
Sungguh tuduhan yang dilontarka n kepada Nabi ini adalah salah, Ketika Zaid bin Haritsah ingin menceraikan Zainab bahkan Nabi Muhammad adalah orang yang menyarankan agar Zaid tetap mempertahankannya, beliau berkata kepada Zaid: “Bertakwalah engkau kepada Allah dan pertahankanlah istrimu”. Hal ini pun telah Allah jelaskan dalam Al-Quran Q.S al-Ahzab: 37.
وَإِذْ تَقُولُ لِلَّذِىٓ أَنْعَمَ ٱللَّهُ عَلَيْهِ وَأَنْعَمْتَ عَلَيْهِ أَمْسِكْ عَلَيْكَ زَوْجَكَ وَٱتَّقِ ٱللَّهَ وَتُخْفِى فِى نَفْسِكَ مَا ٱللَّهُ مُبْدِيهِ وَتَخْشَى ٱلنَّاسَ وَٱللَّهُ أَحَقُّ أَن تَخْشَىٰهُ
Artinya: Dan (ingatlah), ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu (juga) telah memberi nikmat kepadanya: “Tahanlah terus isterimu dan bertakwalah kepada Allah”, sedang kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu takuti. (al-Asqalani, 2015).
Para ulama menjelaskan bahwa pernikahan Nabi dengan Zainab memiliki hikmah yang agung, diantaranya adalah membantah status anak angkat yang ada di zaman jahiliyah, bahwa anak angkat status hukumnya sama persis seperti anak kandung maka menikahi mantan istri anak angkat itu haram sebagaimana menikahi mantan istri anak kandung. Maka pandangan ini bantah dengan perbuatan Nabi Muhammad menikahi Zainab binti Jahs.
3. Pernikahan Nabi Muhammad dengan Saudah
Para orientalis juga berpendapat bahwa ketika Nabi Muhammad sudah merasa bosan dengan Saudah maka beliau menghabiskan jatah waktunya bersama Aisyah. Padahal realitanya berbeda bukan Nabi merasa bosan dan berlaku zalim dengan menggunakan jatah malam Saudah Bersama Aisyah. Hal ini sebagaimana yang telah dijelaskan Ibnu Katsir bahwa ketika Saudah binti Zam’ah semakin tua dan khawatir akan dicerai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam maka ia berkata, “Wahai Rasulullah, bagianku (jatah bermalamku) untuk Aisyah.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menerimanya (Ibnu Katsir, 2008). Setelah itu turunlah Q.S an-Nisa ayat: 128 dimana Allah berfirman:
وَإِنِ ٱمْرَأَةٌ خَافَتْ مِنۢ بَعْلِهَا نُشُوزًا أَوْ إِعْرَاضًا فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَآ أَن يُصْلِحَا بَيْنَهُمَا صُلْحًا ۚ وَٱلصُّلْحُ خَيْرٌ ۗ
Artinya: Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak acuh dari suaminya, maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka)
Kesimpulan
Para orientalis menyelewengkan dan memutar balikkan fakta yang ada untuk membuat syubhat dan menyerang pribadi Nabi Muhammad selaku penerima wahyu dari Allah Ta’ala. Diantara tuduhan orientalis yang keji adalah dengan mengatakan bahwa Nabi Muhammad maniak seks. Namun berbagai argument dan tuduhan tersebut tidaklah terbukti bahkan banyak celah diberbaagai sisi.
Ketika Allah Ta’ala memuji Nabi Muhammad dengan menyebutkan nama, sifat dan kepribadian beliau di dalam Al-Quran maka secara tidak langsung semua itu adalah bantahan bagi siapa saja yang mencela kepribadian Nabi Muhammad. Ditambah dengan berbagai fakta sejarah dan pernyataan para ulama’ maka tuduhan bahwa Nabi adalah maniak seks dengan berbagai argument mereka dalah salah, baik Ketika disandingkan dengan nash-nash shahih yang ada atau pun dengan penalaran yang lurus.
Daftar Pustakan
- al-Asbahani, M. A. (2017) Akhlaq an-Nabi wa Adabuhu. Riyadh: Dar at-Tauhid lin Nasyr.
- al-Asqalani, A. H. (2015) Fathul Bari. Kairo: Maktabah as-Salafiyah.
- al-Qasim, K. A. (2010) Muftarayat wa Akhtha’ Dairah al-Ma’arif al-Islamiyyah al-Istisyraqiyah.
- Riyadh: Dar ash-Shumai’i.
- al-Jizani, Q. H. (2013) Attitude of the Orientalists to the Prophetic Chronicle (Concordant in
- Form Incongruous in Content). Al-Ameed Journal, Volume 2, Issue 5, 257-291.
- an-Nadwi, A. A. (2008) as-Sirah an-Nabawiyah. Jeddah: Dar asy-Syuruq.
- Chotban, S. (2017) Nilai Keadilan dalam Syariat Poligami. Jurnal Al-Qadau: Peradilan dan Hukum Keluarga Islam. Vol.4(1), 173-184.
- Ibnu Katsir. (2008) Tafsir al-Quran al-Adzhim. Dar at-Thayibah.
- Ghurab, A. A. (1993) Menyingkap Tabir Orientalisme. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
- Zaqzouq, M. H. (2004) Haqaiq Islamiyyah Fi Muwajahat Hamalilt at-Tasykik. Kairo: Maktabah
- Syuruq ad-Dauliyah.
- Khoiriyyah, R. L. (2018) Poligami Nabi Muhammad Menjadi Alasan Legitimasi Bagi Umatnya
- serta Tanggapan Kaum Orientalis. Jurnal Living Hadis, vol. 3(1), 1-21.
- Mansyur, S. (2020) Memetakan Tuduhan Orientalis Terhadap Nabi Muhammad SAW. Pusat
- Penelitian Dan Penerbitan Lp2m UIN Banten.
- Syarifah, N. (2023). Poligami Dalam Pandangan Mohammad Khalifa Dan Orientalis. HUMANIS:
- Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial dan Humaniora, Vol.15, 1-6.
Ditulis Oleh: Muhammad Fatwa Hamidan
Artikel: HamalatulQuran.Com