Home Artikel Tela’ah Kritis Doa Makan “Allahumma Baarik Lana”

Tela’ah Kritis Doa Makan “Allahumma Baarik Lana”

1877
0

Benarkah “Allahumma Baarik Lana” Doa Makan?

Bismillah

Allahumma baarik lana, adalah doa makan yang sangat populer di tanah air kita. Namun, sebagai seorang muslim yang cerdas dan memiliki semangat untuk kembali kepada ajaran Rasulullah, tidak serta merta mengamalkan suatu ibadah kecuali setelah tau pasti asal usulnya, yakni benar-benar bersumber dari Rasulullah shallallahualaihi wa sallam. Karena kepopuleran, bukan jaminan pasti benar. Perlu belajar dan mengkaji, apakah doa itu terbukti berdasar pada hadis yang shahih ataukah tidak.

Berikut penjelasan terkait keabsahan sanad doa Allahumma baarik lana…

Teks

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيمَا رَزَقْتَنَا، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، بِسْمِ اللَّهِ

Ya Allah! berikanlah berkah bagi kami terhadap apa yang Engkau anugerahkan, serta jauhkan kami dari siksa api nerakabismillah.”

donatur-tetap

Takhrij     

Hadis ini diriwayatkan oleh Ibnu as-Sunni, ath-Thabarani dan ibnu ‘Adi.

Semua riwayat berporos (P) di Hisyam bin ‘Ammar, dari Muhamad bin Isa bin Sumai’, dari Muhamad bin Abu Az-Zu’aizi’ah, dari Amr bin Syu’aib, dari ayahnya (Syu’aib bin Muhamad bin Abdullah), dari kakek Syu’aib (Abdullah bin Amr radhiyallahu anhuma), ia berkata, “Apabila dihidangkan makanan untuk nabi shallallahu alaih wasallam, beliau memanjatkan doa: Allahumma barik lana….dst.

Skema Sanad

Status Sanad Hadis

Apabila kita melihat skema sanad di atas, maka kita tahu bahwa semua jalur riwayat akan melewati perawi Muhamad bin Abi Az Zu’aizi’ah. Nah, di sinilah letak masalahnya. Pasalnya, perawi yang bernama Muhamad bin Abu Az Zu’aizi’ah dinilai oleh Al Bukhari sebagai munkar al-Hadits jiddan. Padahal dalam pandangan Al Bukhari, tidak halal menerima hadis dari perawi yang berstatus munkar.

Demikian juga ulama lainnya menolak hadis Muhamad bin Abu Az Zu’aizi’ah karena alasan tersebut.

Tak sampai disitu, Adz-Dzahabi pun secara jelas mengkategorikan hadis ini di antara hadis munkar yang diriwayatkan oleh Muhamad bin Abu Az-Zu’aizi’ah.

Kesimpulan

Tidak bisa dipungkiri bahwa hadis ini amat populer di tengah masyarakat indonesia. Tetapi, itu tidak menjadi jaminan validitas hadis. Oleh karena itu, kita dituntut untuk lebih selektif dalam menerima atau pun menyampaikan hadis yang disandarkan kepada beliau.

Catatan

Nabi shallallahu alaih wasallam telah mengajarkan sejumlah adab makan kepada para sahabat. Di antaranya, mengucapkan bismillah tatkala hendak makan.

Umar bin Abi salamah radhiyallahu ‘anhu mengatakan,

كُنْتُ غُلاَمًا فِي حَجْرِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَكَانَتْ يَدِي تَطِيشُ فِي الصَّحْفَةِ، فقَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (يَا غُلاَمُ، سَمِّ اللَّهَ، وَكُلْ بِيَمِينِكَ، وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ). فَمَا زَالَتْ تِلْكَ طِعْمَتِي بَعْدُ.

Dahulu aku masih kanak-kanak di bawah asuhan Rasulullah shallallahu alaih wasallam.

Di saat makan, aku mengarahkan tanganku ke setiap pinggir nampan, untuk mengambil makanan. Lantas beliau menegurku,

“Nak… bacalah bismillah (jika hendak makan). Makanlah dengan tangan kananmu, dan mulailah dengan makanan yang terdekatmu.”

Kata Umar bin Abi Salamah, “Setelah kejadian itu, caraku makan seperti yang diajarkan Rasulullah -shallallahualaihiwasallam- itu.”

(HR. Bukhari, no. 5376 dan Muslim, no. 108).

Demikian juga di antara adab yang beliau ajarkan adalah, mengucapkan alhamdulillah setelah makan. Sebagaimana yang termaktub dalam hadis riwayat Muslim, no. 2734, Nabi shallallahu alaih wasallam bersabda,

إِنَّ اللهَ لَيَرْضَى عَنِ الْعَبْدِ أَنْ يَأْكُلَ الْأَكْلَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا أَوْ يَشْرَبَ الشَّرْبَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا

Allah benar-benar rida terhadap hamba yang setiap selesai makan atau minum, ia mengucapkan alhamdulillah.”

  • (P) poros
  • (R) ringkasan sanad

Referensi :

  • Amal al-Yaum wa al-Lailah, ibnu As Sunni, no. 457.
  • Ad-Du’a, Ath-Thabarani, no. 888.
  • Al-Kamil, ibnu ‘Adi, jilid. 7, hal. 427.
  • At-Tarikh al-Kabir, Al Bukhari, jilid. 1, hal. 88.
  • Mizan Al-I’tidal, Adz Dzahabi, jilid . 4, hal. 118-119, no. 7107.
  • Dhawabith al-Jarh wa at-Ta’dil, hal. 195-196.
  • Syarh sahih muslim, an-Nawawi, juz. 17, hal. 52.
  • Syarh riyadh as-Shalihin, ibnu Utsaimin, jilid. 4, hal. 189.

Ditulis Oleh : Abu Hurairah, BA 

(Alumni PP. Hamalatulqur’an Yogyakarta, S1 fakultas Hadis Univ. Islam Madinah KSA. Saat ini sedang menempuh studi S2 prodi ilmu hadis, di universitas dan fakultas yang sama).

hamalatulquran.com