Home Artikel Alquran Serial Ahli Qiroat #12: Imam Ad Duri, Ulama Yang Berhasil Talaqqi Seluruh...

Serial Ahli Qiroat #12: Imam Ad Duri, Ulama Yang Berhasil Talaqqi Seluruh Qiroat

4881
0

Jika anda bertanya adakah diantara Imam Qiroah ‘Asyroh beserta para rowinya yang mempelajari seluruh riwayat bacaan Al-Quran? maka jawabannya adalah Imam Abu ‘Amr Ad-Duri rohimahulloh. Kesungguhan beliau dalam menekuni bidang ilmu qiroat memang patut diacungi jempol. Bagaimana tidak, selain mempelajari qiroat mutawatir, beliau juga menelaah qiroat-qiroat yang memiliki predikat Syadzah.

Nama lengkap beliau adalah Abu ‘Amr Hafs bin ‘Umar bin Abdul Aziz bin Shubhan bin ‘Adiy bin Shubhan Ad Duri Al Baghdadi rohimahulloh. Lahir di kota Baghdad pada tahun 150 H di masa kepemimpinan ِAbu Ja’far Al-Manshur.

Beliau lahir dan tumbuh di negri Irak yang merupakan pusat keilmuan pada zaman tersebut, terutama kota Kufah dan Bashroh. Hal ini menunjukkan bahwa lingkungan hidup beliau penuh dengan para ulama dan penuntut ilmu dari berbagai penjuru negri islam saat itu.

Sepanjang hidupnya beliau isi dengan menuntut ilmu keberbagai negri. Ilmu Qiroat dan Bahasa Arab merupakan dua bidang yang mendapat porsi paling besar.

Selain mengajarkan Al-Quran, beliau juga dikenal sebagai ulama yang produktif. Hal tersebut nampak dari berbagai warisan ilmiah yang beliau tinggalkan. Diantaranya ialah kitab Qiroat An-Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam, Ma ittafaqot alfadzuhu wa ma’anihi min al-Quran dan Ahkam al-Quran wa as-Sunan.

donatur-tetap

Satu hal yang unik, para ulama mendapuk beliau sebagai rowi untuk dua Qiroat sekaligus, yaitu Qiroat Abu ‘Amr Al Bashri dan Qiroat Al-Kisai. Oleh karenanya, saat mempelajari Qiroah Sab’ah, kita dituntut untuk teliti dalam membedakan dua jalur riwayat beliau ini.

Tak cukup sampai disitu, beliau bahkan juga dipilih menjadi rowi dari Qiroat Al-Hasan Al-Bashri yang merupakan satu dari 4 Qiroah Syadzah yang masyhur.

Diantara guru talaqqi beliau adalah Yaha bin Al-Mubarok Al-Yazidi, Ismail bin Ja’far, Ya’qub bin Ja’far, Sulaim dan ‘Ali Al-Kisai rohimahumulloh. Beliau juga meriwayatkan hadits dari beberapa ulama, diantaranya ialah Ibrohim Al-Madani, Ismail bin ‘Ayyasy Al-Himshi dan Sufyan bin ‘Uyainah.

Adapun diantara murid beliau yang paling masyhur adalah Ahmad bin Faroh, Ahmad Al-Hulwani, Abu Utsman Adh-Dhorir dan Abu Abdillah Al-Haddad rohimahumulloh.

Pujian Ulama
– Imam Adz-Dzahabi rohimahulloh menuturkan: “Abu ‘Amr Ad-Duri adalah seorang Muqri dan Syaik negri Irak di zamannya”. Dalam kesempatan lain beliau juga menjelaskan bahwa para penuntut ilmu berbondong-bondong mendatangi Imam Ad-Duri karena luasnya ilmu serta tingginya sanad beliau.

– Imam Ash-Shodfi rohimahulloh berkata: “Abu ‘Amr Ad-Duri Al-Muqri’ Adh-Dhorir merupakan punggawa para Muqri’ di zamannya”.

– Imam Ibnul Jazari rohimahulloh berkata: “Beliau adalah seorang Imam Qiroat dan Syaikh di zamannya”.

Seorang Ulama yang Penuh Tawadhu
Imam Ad-Duri dikenal sebagai seorang yang memiliki sifat tawadhu’. Hal tersebut terlihat jelas saat menelaah karya beliau yang berjudul Qiroat An-Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam.

Dalam kitab tersebut, beliau banyak meriwayatkan hadits dari putra beliau sendiri yang bernama Abu Ja’far. Hal ini menunjukkan bahwa Ad-Duri tidak enggan untuk mempelajari ilmu dari siapapun, bahkan dari putranya sendiri. Disamping itu, fakta diatas juga menunjukkan bahwa putra beliau merupakan seorang ulama yang mumpuni.

Kedudukan Beliau di Mata Ahli Hadits
Satu-satunya ulama hadits yang memasukkan beliau dalam jajaran rowi yang dho’if alias lemah adalah Imam Ad-Daruquthni rohimahulloh. Dalam masalah ini, Imam Adz-Dzahabi rohimahulloh menuturkan: “Adapun perkataan Ad-Daruquthni bahwa beliau (Ad-Duri) adalah lemah, maka maksudnya ialah dalam riwayat hadits, adapun dalam bidang qiroat, maka beliau adalah seorang Imam”.

Alih-alih memberikan label dhoif, para ulama hadits lain justru mengangkat derajat beliau menjadi “shoduq”, seperti Ibnu Hajar dan Ibnu Abi Hatim. Bahka Imam Al-‘Uqoili justru mengkategorikan beliau sebagai seorang yang “tsiqoh” dalam masalah hadits.

Keadaan Ekonomi
Saat menelaah biografi beliau, kita akan mendapatkan gambaran bahwa Imam Ad-Duri bukanlah seseorang yang bergelimang harta. Beliau sendiri pernah bercerita: “Kalau saja aku memiliki uang 10 dirham, niscaya aku akan menggunakannya untuk bisa bertemu dengan Imam Nafi'”.

Ungkapan diatas menunjukkan bahwa beliau tak memiliki banyak harta. Mari kita hitung bersama berapa nilai 10 dirham dalam mata uang rupiah.

1 dirham kurang lebih bernilai 3 gram perak, sehingga 10 dirham sama dengan -+ 30 gram perak. Adapun harga perak saat ini (per 17 Mei 2020) adalah sekitar 8000 rupiah. Maka 10 dirham kurang lebih senilai dengan Rp240.000.

Ya, hal ini menunjukkan bahwa uang yang dimiliki Imam Ad-Duri rohimahulloh kala itu kurang dari 240 ribu rupiah. Namun adapula yang menyimpulkan bahwa kondisi ini terjadi saat beliau masih muda. Adapun seiring berjalannya waktu, keadaan ekonomi beliau semakin membaik. Sebab Imam Nafi’ rohimahulloh sendiri wafat pada tahun 169 H, sedangkan Imam Ad-Duri lahir pada tahun 150 H. Fakta ini menunjukkan bahwa umur Imam Ad-Duri saat itu masih kurang dari 19 tahun.

Wafat
Allah subhanahu wata’ala mengaruniakan kepada Imam Ad-Duri umur yang cukup panjang. Beliau pun memanfaatkan nikmat Allah tersebut dengan mengabdikan diri untuk ilmu agama. Di akhir hayatnya, Allah subhanahu wata’ala memberikan cobaan dengan mengambil penglihatan beliau hingga ajal menjemput pada tahun 246 H.

Semoga Allah subhanahu wata’ala mengaruniakan kepada kita ilmu yang bermanfaat, Amiin.

Referensi:

Qiroat An-Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam, Imam Ad-Duri
• Ma’rifatul Qurro` Al Kibar, Imam Adz Dzahabi
• Ghoyah An Nihayah, Ibnul Jazari
• Tarikh Al Qurro` Al ‘Asyaroh, Abdul Fattah Al Qodhi

****

Penulis: Afit Iqwanuddin, Amd., Lc.  (Alumni Pesantren Hamalatul Quran dan mahasiswa pascasarjana jurusan qiraat, fakultas Al Quran, Universitas Islam Madinah)
Artikel: www.HamalatulQuran.com


 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here