Home Artikel Selektif Memilih Teman (Bag. 1)

Selektif Memilih Teman (Bag. 1)

1917
0
Source : unplash@Robert Collins

Bismillah…

Teman adalah cerminan diri Anda. Demikian makna hadis nabi shallallahu alaih wasallam,

الرَّجُلُ عَلَى دِيْنِ خَلِيْلِهِ

“Seseorang itu tergantung agama teman karibnya.”

(HR. Abu Dawud, no. 4833, dan At Tirmidzi, no. 2378. Komentar At Tirmidzi: Status hadis ini adalah hasan gharib)

donatur-tetap

Teman merupakan salah satu kebutuhan penting dalam kehidupan sosial. Keberhasilan menjalin relasi dengan teman jelas akan memberikan banyak pengaruh bagi perkembangan keperibadian seseorang.
Teman yang saleh/baik dapat menuntun anda kepada nilai-nilai kebaikan serta meningkatkan iman dan ketakwaan Anda.

Demikian Sebaliknya, teman yang thaleh/buruk bisa menggiring anda kepada kemerosotan akhlak, degradasi moral serta turunnya religiusitas yang akan sangat berdampak buruk bagi agama, dunia dan akhirat Anda. Bahkan, rusaknya reputasi Anda, sudah cukup untuk menghindari teman-teman yang buruk.

Karenanya, Pandai-pandailah memilih teman di lingkungan sekitar Anda, sebagaimana saat Anda memilih barang yang bagus lagi berkualitas.

Ketahuilah, bahwa Islam sangat memperhatikan dunia pertemanan.Coba lihat, bagaimana Al quran mengkisahkan seorang yang diselimuti penyesalan karena salah memilih teman.

وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَالَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلًا (27) يَاوَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا (28)

“Dan ingatlah hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit kedua tanganya, seraya berkata: Aduhai kiranya aku mengambil jalan bersama-sama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku dulu tidak menjadikan si fulan sebagai teman akrabku.” (QS. Al Furqan: 27-28)

Kata syekh As Sa’di, “Teman dekat (dalam ayat ini) adalah setan dari kalangan jin dan manusia”.

(Taisir Al Karim Ar Rahman, hal. 679)

Ayat di atas berisi pesan agar benar-benar selektif dalam memilih teman, sehigga kelak tidak termasuk dari golongan yang merugi.
Nabi shallallahu alaih wasallam pun sudah mewanti-wanti, agar selalu selektif dalam memilih teman. Beliau berpesan,

الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ

“Seseorang itu tergantung agama teman karibnya. Maka hendaklah salah seorang di atara kamu melihat siapa yang akan ia jadikan sebagai teman karib.”

(HR. Abu Dawud, no. 4833, dan At Tirmidzi, no. 2378. Komentar At Tirmidzi: Status hadis ini adalah hasan gharib)

Di antara contoh real dari keterangan di atas adalah kasus Abu Thalib saat menghadapi sakaratul maut.

Bukankah Nabi shallallahu alaih wasllam setia duduk menemaninya dan senantiasa menuntunnya, seraya berkata,
“Wahai Pamanku, ucapkan laa ilaha illallah. Dengan kalimat itu, Aku akan membelamu di hadapan Allah.”

Namun na-asnya, Abu jahal –gembong kesyirikan- dan Abdulah bin Abu Umayyah pun ikut duduk manis di samping Abu Thalib, sambil terus membisikkan,

“Wahai Abu Thalib, apakah Anda membenci agama Abdul Muththalib (ayah Abu thalib)?
Hingga akhirnya Abu Thalib meninggal di atas agama ayahnya.”

(HR. Bukhari, no. 3884, dan Muslim, no.39)

Syekh Abdullah Al Ghunaiman mengomentari kisah di atas,

مِنْ أَعْظَمِ الضَّرَرِ أَنْ يَكُوْنَ عِنْدَ إِنْسَانٍ جُلَسَاءُ السُّوْءٍ

“Duduk bersama orang yang buruk, adalah hal yang amat sangat berbahaya.”

(Syarah Al Ushul Ats Tsalatsah, hal. 122)

Apatah lagi jika orang-orang buruk tersebut dijadikan sebagai kawan karib?

Sekali lagi, pandai-pandailah memilih teman. Sebab ia merupakan cermin bagimu, dan setapak demi setapak akan menggiringmu di luar kesadaranmu.

Pepatah Arab mengatakan,

الصَّاحِبُ سَاحِبٌ

“Teman itu gampang menyeret (mempengaruhi).”

Ya, teman itu selalu menyeret Anda. Sadar atau tidak. Bahkan orang-orang akan menjadikan sahabat Anda sebagai neraca kualitas pribadi Anda.

Seorang pujangga mengatakan,

عَنِ الَمرْءِ لَا تَسْأَلْ وَسَلْ عَنْ قَرِيْنِهُ … فَكُلُّ قَرِيْنٍ بِالمقَارِنِ يَقْتَدِي

“Jangan kau Tanya tentang pribadi seseorang. Tetapi tanyakan siapa temannya?
Karena setiap orang akan meneladani temannya.”

Wallahu a’lam…

***

Ditulis oleh: Abu Hurairah, BA 

(Alumni PP. Hamalatulqur’an Yogyakarta, S1 fakultas Hadis Universitas Islam Madinah, Saudi Arabia. Saat ini sedang menempuh studi S2 prodi ilmu hadis, di universitas dan fakultas yang sama).

Hamalatulquran.com

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here