Bismillah..
Segala puji bagi Allah yang senantiasa melimpahkan nikmatnya kepada hamba-hambanya, shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam beserta keluarga dan para sahabatnya.
Dalam dunia pendidikan islam adanya sosok guru ideal yang berkompeten dalam ilmu agama adalah hal yang sangat urgen, karena dengan adanya sosok guru yang seperti ini maka langkah seorang penuntut ilmu itu menjadi benar dan terarah, sebab bila yang mengajar adalah guru yang salah maka kedepannya akan menghantarkan seorang penuntut ilmu menuju jalan yang salah dan tak terarah.
Lantas seperti apakah potret guru ideal itu ?
Syaikh Shalih bin Abdillah Al-‘Ushoimi hadidzahullah dalam kitabnya “Ta’dzim Al-Ilm” menjelaskan bahwa sosok guru ideal adalah yang terkumpul pada dirinya 2 hal, yaitu:
1. Mufiid
2. Naasih
Sebagaimana juga disebutkan dalam sebuah syair;
بحفظ متن جامع للراجح, على مفيد ناصح
“Dengan menghapal matan (kitab ringkasan ilmu) yang paling unggul untuk setiap cabang ilmu.
Yang engkau pelajari dari seorang guru mufiid dan naashih .”
Maksud “mufid” dalam syair di atas adalah : terkumpul padanya sifat “ifadah”, maksudnya, guru tersebut memiliki kapasitas ilmu. Dari rekam jejaknya dapat diketahui bahwa dia pernah belajar kepada guru/alim/ulama yang berilmu pula.
Dalil untuk poin ini adalah hadist dari sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
تسمعون، و يسمع منكم، و يسمع منمن يسمع منكم
“Engkau mendengar (ilmu), lalu didengar ilmu itu darimu, lalu ia didengar lagi dari orang yang mendengarnnya darimu.” (HR. Abu Daud)
Sedangkan “naasih” yaitu pada sang guru terkumpul dua sifat :
1. Guru dapat menjadi teladan dalam perilaku, akhlak serta budi pekertinya.
2. Sang guru mampu mengetahui bagaimana kemampuan murid yang akan dia ajar, mengetahui metode atau kurikulum (kitab) apa yang cocok untuk sang murid, serta mengetahui ilmubyajg bermanfaat dan tidak manfaat untik muridnya.
Sehingga dengan demikian murid belajar tidak hanya bermodalkan semangat belajar, namun juga mengetahui bagaimana belajar yang baik.
Seorang guru keliru bila ia megira bahwa hubungannya dengan murid hanyalah sebatas menyampaikan materi pelajaran saja, padahal sebenarnya ada perkara lain yang tidak kalah penting dari itu, yaitu memberikan nasehat kepada murid. Bukankah telah sampai kepada kita sebuah hadits dari sahabat Tamim Ad-Daari radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasallam telah bersabda:
الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ قلنا: لمن يا رسول الله؟ قال: لله, ولكتابه, ولرسوله, لأئمة المسلمين وعامتهم
“Agama adalah nasehat.”
Kami bertanya, “Untuk siapa wahai Rasulullah?”
beliau menjawab, “Untuk Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, dan para pemimpin kaum muslimin serta kalangan umum mereka.” (HR. Muslim)
Ibnu Rajab Al-Hanbali menjelaskan, “Diantara bentuk memberi nasehat adalah menepis gangguan dan kejelekan dari mereka, mengajari orang jahil serta menuntun orang yang menyimpang diantara mereka dari kebenaran baik dalam ucapan ataupun perbuatan.”
Maka dari itu sejatinya memberikan nasihat dalam pendidikan tidak kalah penting dari pelajaran itu sendiri, terlebih lagi nasehat sejatinya adalah tuntutan syar’i sebelum ia juga menjadi tuntutan pendidikan, karena memberikan nasehat kepada murid agar berjalan diatas jalan yang benar serta meluruskannya jika dia menyimpang dari jalan yang lurus, semua itu adalah tugas dan kewajiban seorang guru.
Semoga Allah karuniakan kaum muslimin sosok guru yang seperti ini, terutama di negeri kita ini.
____________
Referensi:
– Al-Muallimu Al-Awwal, Syeikh Fuad Asy-Syalhub
– Jami’ Al-Ulum wa Al-Hikam, Ibnu Rajab Al-Hanbali
– Ta’dzim Al-Ilm, Syeikh Shaleh bin Abdillah Al-‘Ushoimi
***
Ditulis oleh : M Fatwa Hamidan
Hamalatulquran.com