Bismillah.
Beberapa pekan terakhir pasca libur Pandemi ini alhamdulillah sejumlah santri berprestasi Pondok Pesantren Hamalatul Quran Yogjakarta, telah berhasil menyimakkan hafalan Al-Qur’annya 30 juz dalam satu majelis di hadapan seluruh santri dan para ustadz.
Selain untuk menguji kemantapan hafalan dan bacaan para santri, acara ini bertujuan untuk mengamalkan sebuah amalan yang besar pahalanya, yaitu menyimak Al-Qur’an.
Mari kita simak paparannya di bawah ini.
Para pembaca yang dimuliakan Allah.
Membaca Al Qur’an adalah amal ibadah yang sangat istimewa pahalanya. Diterangkan dalam hadis dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu, Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ قَرَأَ حَرْفاً مِنْ كِتَابِ اللهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَة وَالْحَسَنَة بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا، لَا أَقُوْلُ: ألم حَرْفٌ، وَلَكِنْ ألفُ حَرْف، وَلَامُ حَرْف، وَمِيْم حَرْف
“Siapa membaca satu huruf dari Al-Qur’an, dia mendapat pahala. Kemudian satu pahala dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat. Aku tidak katakan Alif Laam Miim satu huruf. Namun Alif itu satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf.” (HR. Tirmidzi dan Al-Hakim dalam Mustadrak)
Demikian pula yang berlaku pada menyimak bacaan Al-Qur’an. Mengandung pahala besar. Baik itu menyimak langsung dari pembaca Al-Qur’an atau dari rekaman Mp3 atau video murotal. Allah azza wa jalla berfirman,
وَإِذَا قُرِئَ ٱلۡقُرۡءَانُ فَٱسۡتَمِعُواْ لَهُۥ وَأَنصِتُواْ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ
“Dan apabila dibacakan Al-Qur’an, maka dengarkanlah dan diamlah, agar kamu mendapat rahmat”. (QS. Al-A’raf: 204).
Banyak pula hadis dari Nabi shalallahu”alaihi wasallam yang berisi motivasi mendengar atau menyimak bacaan Al-Qur’an. Yang terkenal seperti kisah Beliau bersama sahabat Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu yang tertulis di Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam meminta Abdullah bin Mas’ud membacakan Al-Qur’an. Kemudian beliau menyimak.
Imam Nawawi rahimahullah berupa memetik beberapa hikmah dari kisah Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersama Abdullah bin Mas’ud di atas,
وَفِي حَدِيْثِ ابْن مَسْعُوْد هذَا فَوَائِد مِنْهَا اسْتِحْبَاب اسْتِمَاع القِرَاءَة وَالْإصغَاء إِلَيْهَا، وَالْبُكَاءُ عِنْدَ تَدَبُّرِهَا، واستحباب طَلَبُ الْقِرَاءَة مِنْ غَيْرِهَ لِيَسْتَمِع لَهُ، وَهُوَ أَبْلَغُ فِي التَّفَهُّمِ وَالتَّدَبُّرِ مِنْ قِرَاءَتِهِ بِنَفْسِهِ
Ada beberapa faidah dari hadis Abdullah bin Mas’ud tersebut, yaitu anjuran:
- Menyimak bacaan Al-Qur’an dan mengerahkan konsentrasi saat menyimaknya.
- Menangis ketika mentadabburi ayat-ayat Al-Qur’an.
- Meminta dibacakan Al-Qur’an untuk menyimaknya. Cara seperti ini lebih memudahkan seorang dalam memahami dan mentadabburi ayat-ayat Al-Qur’an daripada membaca sendiri.
(Al-Minhaj Syarah Shahih Muslim. Dikutip dari islamweb.net)
Kisah yang lain, saat suatu malam Nabi shalallahu alaihi wa sallam sedang berjalan, beliau mendengar sahabat Abu Musa Al-Asy’ari sedang membaca Al-Qur’an. Lantas beliaupun berhenti dan khidmat menyimak bacaan sahabat Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu’anhu. Kisah ini juga tertulis di Shahih Bukhari dan Shahih Muslim.
***
Ditulis oleh Ahmad Anshori
Artikel HamalatulQuran.com