Menjadi orang tua adalah amanah besar yang tidak ringan. Anak-anak bukan hanya buah cinta suami istri, tetapi juga titipan Allah yang harus dijaga, dididik, dan diperlakukan dengan penuh kasih sayang serta tanggung jawab. Sayangnya, banyak orang tua mengira bahwa sikap galak dan keras adalah bentuk dari ketegasan dalam mendidik. Padahal, galak dan tegas adalah dua hal yang sangat berbeda.
Galak sering kali lahir dari emosi dan kemarahan. Tegas lahir dari kasih sayang dan komitmen terhadap kebaikan.
Sikap galak biasanya muncul dalam bentuk kemarahan yang meledak-ledak, ancaman, dan hukuman yang tidak disertai penjelasan. Hal ini justru menimbulkan luka emosional dan menjauhkan anak dari orang tuanya.
- Anak tidak menjadi paham mana yang benar dan salah, hanya takut pada amarah.
- Anak bisa tumbuh menjadi pribadi yang pendendam, tertutup, atau bahkan memberontak secara diam-diam.
- Anak belajar berdusta untuk menghindari dimarahi, bukan karena memahami nilai kejujuran.
Allah Ta’ala berfirman:
وَٱخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ ٱلذُّلِّ مِنَ ٱلرَّحْمَةِ وَقُل رَّبِّ ٱرْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِى صَغِيرًا
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua (orang tuamu) dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah: ‘Wahai Rabb-ku, kasihilah mereka keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidikku waktu kecil.'”
(QS. Al-Isra: 24)
Jika kita diperintahkan bersikap lembut dan penuh kasih kepada orang tua, maka sebagai orang tua, tentu lebih utama untuk bersikap penuh kasih kepada anak-anak yang masih polos dan sangat membutuhkan bimbingan yang lembut.
Nabi Muhammad ﷺ Teladan dalam Mendidik Anak
Rasulullah ﷺ adalah sosok paling sempurna dalam mendidik umat. Beliau dikenal sangat lembut, penuh kasih sayang, dan tidak pernah menyakiti anak-anak. Bahkan ketika seorang anak melakukan kesalahan, beliau menasihatinya dengan bahasa yang mudah dipahami dan tanpa menyakiti hati.
Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ اللَّهَ رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِي الْأَمْرِ كُلِّهِ
“Sesungguhnya Allah Maha Lembut dan menyukai kelembutan dalam segala urusan.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam hadits lain:
“Barang siapa tidak menyayangi, maka ia tidak akan disayangi.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Para ulama terdahulu dan orang-orang shalih sangat memahami pentingnya pendidikan anak yang lembut dan bijak.
Ibnu Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah berkata:
“Betapa banyak kerusakan yang terjadi pada anak-anak justru karena orang tua yang salah dalam mendidik. Mereka tidak mengajarkan kewajiban, membiarkan kesalahan, dan bersikap keras tanpa kasih sayang. Akhirnya anak tumbuh dalam keburukan, dan dosa itu kembali kepada orang tuanya.”
(Tuhfatul Maudud bi Ahkam al-Maulud)
Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata:
“Ajarkanlah anak-anak kalian adab sebagaimana kalian mengajarkan mereka ilmu.”
Adab tidak bisa ditanamkan dengan kekerasan. Ia tumbuh dari contoh, kasih sayang, dan keistiqamahan.
Belajar dari Masa Lalu
Mari kita renungkan bagaimana kita dulu dididik. Sebagian dari kita mungkin tumbuh di bawah pola asuh yang keras, namun kita tahu rasanya. Maka sebagai orang tua hari ini, jadilah generasi yang memperbaiki, bukan mewarisi pola keras yang tidak tepat.
“Orang tua adalah arsitek karakter anak. Bangunan jiwa anak tidak dibentuk dalam sehari, tapi oleh sikap-sikap kecil yang kita ulang setiap hari.”
Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Berikut ini adalah langkah-langkah nyata yang bisa kita tempuh dalam mendidik anak dengan penuh kasih:
1. Jaga kedekatan dengan anak.
Bukan berarti memanjakan, tapi menjadikan diri kita tempat yang nyaman untuk mereka pulang, bercerita, dan menemukan arah.
2. Arahkan anak pada kebaikan dengan sabar dan istiqamah.
Pendidikan agama harus ditanamkan sejak dini, bukan dengan paksaan, tetapi melalui keteladanan dan penjelasan yang menyentuh hati.
3. Bimbing ketika anak salah.
Jangan hanya memarahi, tapi tunjukkan kebenaran dengan cara yang mereka pahami. Jadikan kesalahan sebagai momen belajar, bukan trauma.
4. Ajarkan anak untuk berdoa.
Bimbing mereka mengenal Allah, cinta pada ibadah, dan ajari mereka bahwa doa adalah senjata kehidupan.
5. Mohon kepada Allah agar melembutkan hati.
Tidak hanya hati anak, tetapi juga hati kita sebagai orang tua. Hati yang lembut lebih mudah mencintai, mengampuni, dan memimpin dengan cinta.
Penutup
Anak adalah amanah, bukan milik yang bisa diperlakukan sekehendak hati. Mereka bukan objek pelampiasan emosi, tetapi taman-taman hati yang harus dirawat dengan cinta dan kesabaran.
🌱 Galak hanya akan menumbuhkan ketakutan. Tapi kasih sayang akan menumbuhkan kepercayaan, cinta, dan ketaatan.
Semoga Allah menjadikan kita orang tua yang lembut dalam sikap, kuat dalam prinsip, dan sabar dalam mendidik. Aamiin.