Makna Ayat Ketiga
Para pembaca rahimakumullah
Kewajiban seorang mukmin dan termasuk rukun iman yang paling mendasar adalah iman kepada Allah Ta’ala. Salah satu bentuk iman kepada Allah yaitu iman kepada nama-nama-Nya yang baik dan sifat-sifat-Nya yang tinggi. Seorang mukmin mengimani bahwa Allah mempunyai nama dan sifat, dan tidak ta’thil (meniadakan), tamtsil (menyerupakan), takyif (membagaimanakan), dan io (penyelewengan). Jadi beriman kepada nama dan sifat Allah sebagaimana yang Allah kabarkan tentang nama dan sifat diri-Nya melalui firman-Nya dalam Al-Quran atau melalui lisan rasul-Nya.
Diantara sifat Allah adalah Ar-Rohmah, dari sifat inilah diambil dua nama untuk-Nya, yaitu Ar-Rahman (Maha Penyayang) dan Ar-Rahim (Maha Pengasih), Seperti yang Allah firmankan dalam surat Al-Fatihah,
الرحمن الرحيم
“Yang Maha Penyayang lagi Maha Pengasih”
Apa Bedanya Dari Dua Nama Ar-Rahman Dan Ar-Rahim ?
Nama Ar-Rahman dan Ar-Rahim mempunyai perbedaan makna, walaupun di ambil dari satu sifat yaitu Ar-Rohmah. Ar-Rahman mempunyai makna yaitu yang mempunyai kasih sayang yang luas, sehingga semua makhluk Allah mendapat dan merasakan kasih sayang Allah, dan kasih saying ini bersifat menyeluruh kepada semua makhluk hidup, tidak memandang siapa orangnya, muslim dan kafir, sholih dan fasiq, tua dan muda, kecil dan dewasa, manusia dan jin, hewan dan pepohonan, dan intinya semua makhluk hidup mendapatkan rohmah Allah.
وَرَحْمَتِيْ وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍۗ
“Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu”. (QS. Al-A’rof: 156)
Para pembaca hadaaniyallahu wa iyyaakum
Adapun Ar-Rahim mempunyai makna yang lebih sempit, yaitu kasih sayang Allah yang diberikan khusus kepada hamba-Nya yang beriman,
وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِيْنَ رَحِيْمًا
“Dan Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman”. (QS. Al-Ahzab: 43)
Tidak untuk semua makhluk-Nya diberikan secara cuma-cuma, namun orang yang beriman mendapat dua kasih sayang Allah, yaitu kasih sayang bersifat menyeluruh dan kasih sayang bersifat khusus, sedangkan orang kafir mereka hanya mendapat satu saja yaitu kasih sayang Allah yang bersifat umum dan menyeluruh.
Ayat الرحمن الرحيم ini di dalamnya memberikan isyarat akan adanya pengharapan (Ar-Roja’/ الرجاء ) yaitu pengharapan mendapat rahmat Allah, di dalam shahih Muslim dari Abu Huroiroh berkata; Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لو يعلم المؤمن ما عند الله من العقوبة ما طمع في جنته أحد, و لو يعلم الكافر ما عند الله من الرحمة ما قنط من رحمته أحد
“Kalau seandainya orang mukmin tahu apa yang di sisi Allah dari adzab maka tidak seorangpun yang tamak terhadap jannah-Nya (dikarenakan beratnya siksa Allah), dan seandainya orang kafir tahu apa yang di sisi Allah dari belas kasih-Nya, maka tidak seorangpun yang putus asa dari rahmat-Nya (dikarenakan luasnya rahmat Allah).”
Makna Ayat Keempat
Di antara sifat Allah yang juga ada dalam surat Al-Fatihah adalah pada ayat
مالك يوم الدين
“Yang merajai di hari pembalasan”.
Ada dua bacaan pada kata مالك :
1. Huruf mim di baca panjang, مالك maaliki.
2. Hururf mim di baca pendek, ملك maliki.
Dari dua bacaan diatas semuanya benar dan memiliki ma’na yang saling menyempurnakan, adapun makna dari ke dua bacaan tersebut adalah:
1. مالك mim di baca mad/panjang di ambil dari kata المِلك Al-Milku yang berarti kepemilikan.
2. ملك mim di baca pendek di ambil dari kata المُلك Al-Mulku yang berarti kekuasaan.
Dengan adanya dua bacaan tadi maka sempurnalah makna, yaitu bahwa kerajaan Allah dan kekuasaannya serta kepemilikannya benar-benar hakiki, Dialah yang mengatur dan Dialah yang memiliki jagat raya ini, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam mengatur dan memiliki alam semesta, Dia memiliki alam semesta dan Dia mengatur menurut kehendak-Nya. Adapun kepemilikan manusia hanyalah bersifat semu, sekarang dia miliki belum tentu besok masih miliknya lagi, begitu juga kekerajaan makhluk, hari ini dia jadi raja mungkin besok sudah di gulingkan dan sudah tidak menjadi raja, adapun kekerajaan Allah dan kepemilikan Allah hakiki dan abadi selama-lamanya.
Kenapa dalam ayat dikhususkan dengan hari akhir?
Karena di akherat tidak ada satu makhluk pun yang mengaku dia raja atau memiliki kekuasaan, sedangkan di dunia bisa saja seseorang mengaku dia raja dan dia memiliki walau itu semua bersifat semu
لِمَنِ الْمُلْكُ الْيَوْمَ ۗ لِلّٰهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّار
“Milik siapakah kerajaan pada hari ini?” Milik Allah Yang Maha Esa, Maha Kuasa”. (QS. Ghofir: 16)
Di dalam ayat ini ada takhwif (ancaman), sehingga ketika berkumpul dalam Al-Fatihah dari ayat kedua, ketiga dan keempat, maka terkumpul sifat mahabbah (cinta), roja’ (harapan), dan khouf (takut) dan ketiga hal ini adalah pondasi suatu ibadah.
Wallahua’lam bisshowab
Referensi:
– Umdatut Tafsir
– Tafsir Juz Amma Syekh Al ‘Utsaimin
– Ba’dzul Fawaid Min Surah Al Fatihah Syekh Muhammad At Tamimi
***
Ditulis oleh : Muhammad Fathoni, Lc.
Artikel HamalatulQuran.com