Teks Khutab Jumat pdf unduh disini
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Khutbah Pertama
الحَمدُ لِـلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالهُدَى وَدِيْنِ الحَقِّ وَأَظْهَرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِهِ وَلَوْ كَرِهَ المُشْرِكُوْنَ، هَدَانَا لِلْإِيْمَانِ وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلاَ أَنْ هَدَانَا اللهُ، أَحْمَدُهُ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا هُوَ أَهْلُهُ وَأَشْكُرُهُ شُكْرَ مَنْ يَسْتَزِيْدُهُ وَيَتَضَرَّعُ إِلَيْهِ وَحْدَهُ
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ فِي رُبُوْبِيَّتِهِ وَأُلُوْهِيَّتِهِ وَكَمَالِ ذَاتِهِ وَصِفَاتِهِ وَأَشْهَدُ أَنَّ مَحَمَّداً عَبْدُهُ وَرُسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ وَمَنِ اهْتَدَى بِهَدْيِهِمْ وَاسْتَنَّ بِسُنَّتِهِمْ إِلَى يَوْمِ الدِينِ وَبَعْدُ
يَا أَيَّهَا النَاسُ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى : يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاء وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
Amma Ba’du
Jama’ah rahimani wa rahimakumullah…
Hidup di zaman yang serba cepat dan penuh tuntutan ini, seringkali kita merasakan kegelisahan, kekosongan, bahkan istilah anak muda menyebutnya “galau”. Padahal, mungkin secara materi kita berkecukupan, media sosial kita penuh senyum, dan kehidupan kita tampak sempurna di mata orang lain. Namun, di balik itu semua, hati kita seringkali merasakan hampa, bingung mencari makna, dan mudah putus asa.
Fenomena “galau” ini sejatinya adalah indikasi bahwa ada sesuatu yang hilang dari diri kita, ada bagian penting yang tidak terisi. Dan ketahuilah, wahai kaum muslimin, kekosongan itu tidak akan pernah bisa diisi dengan harta, popularitas, atau pujian manusia. Kekosongan itu hanya akan terisi oleh kedekatan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Oleh karena itu, tema khutbah kita hari ini adalah “Hijrah Gaya Hidup: Dari Galau Menuju Taqwa yang Membara”.
Ketika kita mendengar kata “hijrah”, mungkin yang terbayang adalah perpindahan fisik dari satu tempat ke tempat lain, seperti hijrahnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat dari Makkah ke Madinah. Itu benar. Namun, ada bentuk hijrah lain yang tak kalah penting, bahkan jauh lebih mendasar, yaitu hijrah gaya hidup. Hijrah yang bersifat internal, perpindahan dari keadaan yang tidak baik menuju keadaan yang lebih baik, dari maksiat menuju ketaatan.
Inilah inti dari mengatasi kegalauan hakiki. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram. (QS. Ar-Ra’d: 28)
Ayat ini dengan jelas menunjukkan bahwa ketenangan sejati berasal dari dzikrullah, mengingat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Inilah fondasi hijrah gaya hidup kita.
Lalu, apa itu hijrah gaya hidup secara praktis? Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan definisi yang sangat indah:
الْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ
“Orang yang berhijrah itu adalah siapa saja yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah.” [HR. Bukhari no. 10 dan Muslim no. 39]
Ini adalah hijrah sejati! Meninggalkan segala sesuatu yang dilarang oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan beralih kepada apa yang diperintahkan-Nya. Jika kita ingin hijrah dari kegalauan menuju taqwa yang membara, maka ada beberapa langkah nyata yang perlu kita ambil:
Pertama: Menggeser Prioritas dari Duniawi ke Ukhrawi.
Bukan berarti meninggalkan dunia sepenuhnya, tetapi menempatkan akhirat sebagai tujuan utama, sementara dunia sebagai sarana. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa menjadikan akhirat sebagai cita-citanya, maka Allah akan menjadikan kekayaan di hatinya, Allah akan kumpulkan urusannya, dan dunia akan datang kepadanya dengan tunduk. Dan barangsiapa menjadikan dunia sebagai cita-citanya, maka Allah akan jadikan kemiskinan di antara kedua matanya, Allah akan cerai-beraikan urusannya, dan dunia tidak akan datang kepadanya kecuali apa yang telah ditakdirkan untuknya.” (HR. Tirmidzi no. 2465, Ibnu Majah no. 410)
Kedua: Memilih Lingkungan dan Teman yang Shalih/Shalihah.
Lingkungan dan teman sangat berpengaruh pada gaya hidup kita. Jika kita berada di lingkungan yang baik, kita akan terbawa kebaikan. Sebaliknya, lingkungan yang buruk akan menyeret kita pada hal-hal yang tidak bermanfaat. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
“Seseorang tergantung pada agama temannya, maka hendaklah salah seorang di antara kalian melihat siapa yang dijadikan teman.” 9HR. Abu Dawud no. 4832).
Ketiga: Mendalami Ilmu Syar’i.
Ilmu adalah cahaya yang menerangi jalan. Dengan ilmu, kita tahu mana yang haq dan mana yang batil, mana yang bermanfaat dan mana yang mudarat. Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsirnya tentang Ar-Ra’d: 28 menjelaskan bahwa hati menjadi tenang dengan mengingat Allah karena tidak ada yang lebih agung dari-Nya dan tidak ada yang lebih patut untuk diibadahi selain-Nya. Ilmu tentang Allah Subhanahu wa Ta’ala, syariat-Nya, dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam akan mengisi kekosongan hati dan memberikan arah hidup.
Keempat: Memperbaiki Kualitas Ibadah.
Shalat tepat waktu dan khusyuk, membaca Al-Qur’an dengan tadabbur, memperbanyak dzikir pagi dan petang, serta ibadah-ibadah sunnah lainnya. Inilah “charger” spiritual kita. Semakin kuat koneksi kita dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala melalui ibadah, semakin redup rasa galau dan semakin membara semangat taqwa di hati kita.
Ingatlah janji Allah Subhanahu wa Ta’ala bagi orang-orang yang bertaqwa:
وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. (QS. Ath-Thalaq: 2-3)
Janji ini mencakup jalan keluar dari segala kegalauan, kesedihan, dan kesulitan hidup. Maka, mari kita mulai hijrah gaya hidup kita, dari kegalauan yang menyelimuti, menuju taqwa yang membara dalam hati!
بَارَكَ اللَّهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ. أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِينَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيم
Khutbah Kedua