Home Artikel Ibadah Hati Bag.7: Faidah Agung di Balik Keikhlasan

Ibadah Hati Bag.7: Faidah Agung di Balik Keikhlasan

33
0

Setelah pada tulisan sebelumnya kita bahas pengertian ikhlas serta tidak mudahnya hati untuk senantiasa mengikhlaskan amalan, maka pada tulisan kali ini kita akan membahas tentang faidah-faidah ikhlas.

Ikhlas adalah suatu hal yang sangat urgen, hal ini nampak dari poin-poin berikut ini:

1. Ikhlas Merupakan Tiang Penyangga Amal, Serta Amal yang Paling Puncak.

Hal ini karena orang yang beramal tanpa diiringi keikhlasan adalah orang yang memberatkan dirinya sendiri tanpa mendapat pahala apa-apa. Allah berfirman:

وَ قَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوْا مَنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُوْرًا

Kami nampakkan kepada mereka amal yang telah mereka lakukan lalu kami jadikan debu yang bertebaran (QS. al-Furqan : 23).

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

donatur-tetap

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَ هِجْرَتُهُ اِلَى دُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ اِلَى مَا هَاجَرَ اِلَيْهِ

Semua amal itu pasti diiringi oleh niat. Setiap orang hanya mendapatkan sebagaimana niat yang dia miliki. Barangsiapa yang berhijrah untuk mendapatkan dunia atau menikahi seorang wanita maka dia hanya mendapatkan niat hijrah yang dia miliki (HR Bukhari 1/2).

Imam al Fudhail bin ‘Iyadh mengomentari firman Allah:

الَّذِيْ خَلَقَ المَوْتَ وَالحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلاً

Dialah yang menetapkan kematian dan kehidupan untuk menguji siapakah diantara kalian yang paling bagus amalnya (QS al-Mulk: 2)

Dengan mengatakan: Amal yang paling bagus adalah yang paling ikhlas dan paling benar. Para sahabat beliau mengatakan wahai Abu Ali, apakah itu amal yang paling ikhlas dan yang paling benar? Beliau mengatakan: Amal yang ikhlas namun tidak benar tidak akan diterima. Demikian juga amal yang benar namun tidak ikhlas juga tidak akan diterima. Amal baru diterima jika ikhlas dan benar. Ikhlas adalah jika karena Allah sedangkan benar adalah jika sesuai dengan sunnah. Beliau kemudian membaca firman Allah:

فَمَنْ كَانَ يَرْجُوْا لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحًا وَلاَ يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا

Maka barangsiapa mengharap perjumpaan dengan rabbnya maka hendaklah dia beramal shalih dan tidak menyekutukan dengan seorangpun dalam beribadah kepada rabbnya (QS. al-Kahfi : 110).

Nabi juga telah menceritakan nasib orang yang tidak mengikhlaskan amalnya untuk allah dalam sebuah hadis yang sangat mencengkamkan, tentang tiga golongan yang kelak akan menjadi bahan bakar pertama nerakan dimana ketiganya beramal tiak ikhlas karena Allah, namun hanya ingin mendapatkan pandangan baik di mata manusia.

2. Ikhlas Meningkatkan Kuantitas dan Kualitas Amal.

Allah Ta’ala akan menyuburkan amal yang diiringi dengan keikhlasan. Allah membalas amal-amal orang-orang yang ikhlas dengan meningkatkan kuantitas dan kualitas amal tersebut sehingga pada hari kiamat amal tersebut lebih besar dan lebih baik daripada apa yang ada dibenak orang yang melakukannya.

Imam Abdullah bin Mubarok (wafat tahun 181 H) mengatakan,

“Berapa banyak amal yang remeh menjadi besar disebabkan niat. Dan berapa banyak amal yang besar berubah menjadi tidak bernilai juga dikarenakan niat” (Nuzhatul Fudhala’ 2/657).

Ada seorang yang shalih mengirim surat kepada sahabatnya. Isi surat tersebut: “Berniatlah dengan ikhlas dalam seluruh amal yang kau lakukan, niscaya amal yang sedikit sudah mencukupimu (Ittihaf as Saadat al Muttaqin karya az Zubaidi 13/87).

3. Ikhlas Menghilangkan Berbagai Hal yang Mengganggu Hati

Hati selalu berubah-ubah, ada banyak hal yang menyebabkannya menjadi lalai. Hati mudah berpaling meninggalkan kebaikan hanya karena perkara sepele. Keikhlasan dijamin bisa menjernihkan hati dan menyebabkan hati cenderung kepada tuhannya. Nabi bersabda:

ثَلاَثٌ لاَ يَغِلُّ عَلَيهِنَّ قَلْبُ مُسْلِمٍ : إِخْلاَصُ العَمَلِ ِللهِ وَ مُنَاصَحَةُ وُلاَةِ الأَمْرِ وَلُزُوْمُ جَمَاعَةِ المُسْلِمِيْنَ فََاِنَّ دَعْوَتَهُمْ تُحِيْطُ مِنْ وَرَائِهِمْ

Ada tiga hal yang bisa menghilangkan kedengkian dari hati seorang muslim. Tiga hal tersebut adalah beramal ikhlas karena Allah, menasehati penguasa dan komitmen dengan jamaah umat Islam karena doa mereka meliputi mereka (Diriwayatkan oleh para imam ahli hadits melalui beberapa jlaur periwayatan yang sebagiannya menyebabkan sebagian yang lain menjadi hasan. (Majmauz Zawaid 1/142-144).

Makna لاَ يَغِلُّ عَلَيْهِنَّ قَلْبُ مُسْلِمٍ adalah tidak terdapat padanya hasad. Hati yang mengandung tiga hal ini tidaklah mengandung kedengkian. (Tahdzib Madarij as Salikin hlm. 123).

Abu Sulaiman ad-Darani (Abdurrahman bin Ahmad bin Al ‘Ansi ad Darani wafat tahun 215) mengatakan: “Jika seorang berbuat ikhlas maka akan lenyap darinya berbagai was-was dan riya’” (Tahdzib Madarij as Salikin hlm. 322).

4. Tegar Untuk Beramal Shalih.

Keikhlasan menyebabkan kita memiliki kekuatan untuk kontinyu atau terus-menerus dalam beramal. Seorang yang beramal untuk manusia, nafsu perut atau kemaluan tentu akan menghentikan amalnya jika tidak mendapatkan susuatu yang bisa memuaskan nafsunya. Orang yang beramal karena mengharapkan agar bisa tenar ataupun agar mendapat jabatan akan menunda-nunda dan merasa berat jika ternyata harapannya itu sulit untuk dijangkau. Orang yang beramal untuk cari muka di hadapan atasan atau pemimpin akan menghentikan amalnya sesudah atasan atau pemimpinnya meninggal atau sudah tidak lagi memiliki jabatan.

Sedangkan orang yang beramal karena Allah maka tidak pernah sama sekali berhenti beramal tidak pula menunda-nunda untuk beramal karena motivatornya untuk beramal shalih tidak pernah lenyap, tidak pula hilang. Wajah Allah abadi pada saat segala wajah selain-Nya pupus sirna. Oleh karena itu orang-orang yang shalih mengatakan, “ Segala sesuatu yang karena Allah itu kekal dan berlanjut. Sedangkan segala sesuatu yang tidak karena Allah itu pasti berakhir dan terputus”. Hal ini telah diakui oleh realita. Demikianlah apa yang kita lihat dan kita saksikan dan hal itu terus kita saksikan pada setiap ruang dan waktu. (an-Niyat wa Ikhlash hlm. 103-104).

5. Menjadikan Hal-Hal yang Mubah Menjadi Bernilai Ibadah.

Ikhlas merupakan obat yang mujarab, bila mengenai suatu amal meski hanya berstatus mubah maka obat tadi berubah menjadi bernilai ibadah dan qurbah (amal yang bisa mendekatkan diri) kepada Allah.

Allah berfirman mengenai orang-orang yang berjihad di jalan-Nya:

ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ لاَ يُصِيْبُهُمْ ظَمَأٌ وَلاَ نَصَبٌ وَلاَ مَخْمْصَةٌ فِي سَبِيْلِ اللهِ وَلاَ يَطَئُوْنَ مَوْطِأً يَغِيْضُ الكُفَّارَ  وَ لاَ يَنَالُوْنَ مِنْ عَدُوٍ نَيْلاً إِلاَّ كُتِبَ لَهُمْ بِهِ عَمَلٌ صَالِحٌ إِنَّ اللهَ لاَ يُضِِيْعُ أَجْرَ المُحْسِنِيْنَ وَلاَ يُنْفِقُوْنَ نَفَقَةٌ صَغِيْرَةً وَلاَ كَبِيْرَةً وَلاَ يَقْطَعُوْنَ وَادِيًا إِلاَّ كُتِبَ لَهُمْ لِيَجْزِيَهُمْ اللهُ أَحْسَنَ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

Yang demikian itu, ialah karena mereka tidak ditimpa kehausan, kepayahan dan kelaparan pada jalan Allah. Dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yagn membangkitkan amarah orang-orang kafir dan tidak menimpakan suatu bencana kepada musuh, melainkan dituliskan bagi mereka dengan yang demikian itu suatu amal saleh. Sungguh Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat baik. Dan mereka tidak menafkahkan harta yang sedikit atau banyak dan tidak melintasi suatu lembah, melainkan dituliskan bagi mereka (amal saleh pula), karena Allah akan memberi balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan (QS at Taubah: 120-121).

Dalam ayat di atas, Allah menjadikan rasa lapar, haus, berjalan dan berinfak yang mereka lakukan sebagai salah satu tambahan catatan kebaikan untuk mereka di sisi Allah selama itu semua di jalan Allah. Bahkan yang lebih hebat daripada hal itu adalah hadits mengenai pahala orang yang mempersiapkan kuda untuk berjihad di jalan Allah. Dari Abu Hurairah, Nabi bersabda:

مَنِ احْتَبَسَ فَرَسًا فِي سَبِيْلِ اللهِ اِيْمَانًا بِاللهِ وَ تَصْدِيْقًا بِوَعْدِهِ فَإِِنَّ شَعْبَهُ و  َرَيِهِ وَ بَوْلِهِ فِي مِيْزَانِهِ يَوْمَ القِيَامَةِ

Barangsiapa yang memelihara kuda di jalan Allah karena beriman kepada Allah dan membenarkan janji-Nya maka rasa  kenyang dan segar yang dirasakan kuda tersebut, demikian juga tahi dan kencingnya, itu semua ada di timbangan kebaikannya pada hari kiamat (HR Bukhari 4/34).

6. Keikhlasan Merupakan Kiat untuk Mendapatkan Kebersamaan dan Pertolongan Allah.

Allah berfirman mengenai para sahabat yang ikut Baitur Ridhwan:

لَقَدْ رَضِيَ اللهُ عَنِ المُؤْمِنِيْنَ إِذْ يُبَايِعُوْنَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوْبِهِمْ فَأَنْزَلَ السَّكِيْنَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيْبًا

Sungguh Allah meridhai orang-orang yang beriman ketika mereka membait dirimu di bawah pohon. Lalu allah mengetahui isi hati mereka lalu Allah menurunkan ketenangan kepada mereka dan meberikan kepada mereka kemenangan yang dekat. (QS. al-Fath: 18).

Amirul Mukminin Umar pernah berkirim surat kepada Abu Musa al Asy’ari saat telah diangkat sebagai gubernur Bashrah. Isi surat tersebut: “Barangsiapa memiliki niat yang ikhlas maka Allah akan mencukupi kebutuhannya berkaitan dengan sesama manusia. Namun barangsiapa pamer untuk orang lain berbeda dengan isi hatinya sebagaimana yang Allah ketahui maka Allah akan memberikan keburukan pada dirinya”. (Ittihaf Sadatil Muttaqin 13/87, riwayat ini menurut az Zubaidi diriwayatkan oleh Abu Nuaim dalam Hilyah).

Referensi: Al ‘Ibadaat Al Qolbiyyah wa Atsaruha fi Hayatil Mu’minin ditulis oleh Dr. Muhammad bin Hasan bin ‘Uqail Musa Al-Syarif

Ditulis Oleh: Muhammad Fatwa Hamidan, B.A

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here