Hukum Menulis SAW
Bismillah..
Al Hafidz Ibnu Ash-Shalah rahimahullah menerangkan :
ثم لِيَتَجَنَّبْ فيِ إِثبَاتِهَا نَقْصَينِ:
أَحَدَهُمَا: أَنْ يَكْتُبَهَا مَنْقُوْصَةً صُورَةً، رَامِزًا إِلَيهَا بِحَرفَيْنِ وَنَحوِ ذلِكَ.
(الثَّاني: أَن يَكْتَبَهَا مَنقوصة مَعْنًى بِأَنْ لَا يَكْتُبَ (وَسَلَّمَ)
“Hendaknya dijauhi dua kekurangan dalam penulisan صلى الله عليه وسلم sallallahu ‘alaih wasallam berikut :
Pertama: mengurangi bentuk kalimatnya, atau menyingkat doa tersebut dengan dua huruf, dan semisalnya (baca: SAW).”
Kedua: mengurangi makna.
Yaitu, tanpa wasallam (hanya: shallallahu ‘alaih).”
(Lihat : Muqaddimah ibnu Ash Shalah, hal. 189)
قال الحافظ السخاوي رحمه الله:
(وَاجتَنِبْ) أَيُّهَا الكَاتِبُ (الرَّمْزَ لهَاَ) أَيْ لِلصَّلاَةِ عَلىَ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم فيِ خَطِّكَ بِأَن تَقتَصِرَ مِنهَا عَلَى حَرْفَينِ وَنَحْوِ ذَلِكَ. فَتَكُوْنَ مَنْقُوصَةً صُوْرَةً كَمَا يَفْعَلُهُ الِكتَّانِي وَالجَهَلَةُ مِنْ أَبْنَاءِ العَجَمِ غَالِبًا وَعَوَامِّ الطَّلَبَةِ، فَيَكْتُبُوْنَ بَدَلًا عَنْ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ص، أو صم، أو صلم، أو صلعم.
Kata Al Hafidz As Sakhawi rahimahullah (Fathu al-Mughits, 3/72):
“Ketika Anda menulis صلى الله عليه وسلم “shallallahu’alaihi wasallam”, maka hindarilah menyingkat doa tersebut dengan dua huruf atau semisalnya. Sebab, doa tersebut dinilai tidak sesuai bentuk (asli) nya, sebagaimana yang dilakukan oleh Al Kittani dan orang-orang tidak tahu dari kebanyakan bangsa ajam, serta penuntut ilmu yang masih awam. Mereka merubah bentuk doa “shallallahu alaih wasallam” dengan singkatan : ص, صم , صلم , صلعم (demikian juga dalam seperti dalam penikipen bahasa indonesia SAW.-pent).”
قال الحافظ السيوطي رحمه الله:
(وَ) يُكْرَهُ (الرَّمْزُ إِلَيْهِمَا فِي الكِتَابَةِ ) بِحَرْفٍ أَوْ حَرْفَيْنِ كَمَنْ يَكْتُبُ صَلْعَم (بَلْ يَكْتُبُهُمَا بِكَمَالِهِمَا) وَيُقَالُ إِنَّ أَوَّلَ مَنْ رَمَزَهُمَا بِصَلْعَم قُطِعَتْ يَدُهُ.
Al Hafidz As Suyuthi rahimahullah berkata:
“Dimakruhkan menyingkat doa صلى الله عليه وسلم “shallallahu’alaihi wa sallam” dengan satu atau dua huruf. Seperti menuliskannya dengan صَلْعَمْ (baca: SAW). Hendaklah ia tulis doa tersebut secara sempurna.
Ada yang mengkisahkan, bahwa tangan orang yang petama kali melambangkan صلعم itu dipotong (kualat, red).”
(Tadrib ar-Rawi 1/507)
فتوى الشيخ ابن باز رحمه الله:
سؤال: نَجِدُ مَنْ يَكْتُبُ بَدَلًا مِنْ صلى الله عليه وسلم الحَرْفَ (ص) أَمْ (صلعم) فَهَلْ هذَا جَائِزٌ؟
الجواب: هذَا لَا يَنْبَغِي، قَدْ نَبَّهْنَا عَلَيْهِ غَيْرَ مَرَّةٍ وَنَبَّهَ عَلَيْهِا لعُلَمَاءُ، فَلَا يَنْبَغِي ذلِكَ، فَأَقَلُّ أَحْوَالِهِ الكَرَاهَةُ الشَدِيْدَةُ ..إلخ.
Fatwa Syaikh bin Baz rahimahullah.
Pertanyaan:
“Kami menemukan sebagian orang yang mengubah bentuk doa shallallahu alaih wasallam dengan singkatan huruf ص atau صلعم . apakah hal tersebut diperbolehkan?
Jawaban beliau:
“Perbuatan tersebut tidak layak. Kami berulang kali mengingatkan hal ini. demikian pula para ulama telah mengingatkannya. Tidak patut itu dilakukan. Minimal, hukum perbuatan di atas adalah sangat dimakruhkan .. dst.”
(Nur ‘Ala Ad Darb, kaset no.33)
Wallahu a’lam.
***
Ditulis oleh : Abu Hurairah BA
(Alumni PP. Hamalatulqur’an Yogyakarta, S1 fakultas Hadis Universitas Islam Madinah, Saudi Arabia. Saat ini sedang menempuh studi magister prodi ilmu hadis, di universitas dan fakultas yang sama).
Hamalatulquran.com