Bismillah…
Seringkali rasa sakit membuat orang putus asa terhadap rahmat Allah, entah sakit hati lantaran lamaran yang selalu ditolak ataupun sakit yang menyerang badan berupa deman dan sebagainya.
Sebagian orang bahkan sampai bergumam , “Apakah Allah tidak sayang kepadaku?”
Serta berbagai ucapan yang semisal lantaran rasa sakit yang diderita tak kunjung hilang. Padahal seorang mukmin seharusnya senantiasa bersabar saat musibah menyapa.
Allah berfirman :
لكَيْلَا تَحْزَنُوا عَلَىٰ مَا فَاتَكُمْ وَلَا مَا أَصَابَكُمْ ۗ وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Agar kamu tidak bersedih hati (lagi) terhadap apa yang luput dari kamu dan terhadap apa yang menimpamu. Dan Allah Mahateliti atas apa yang kamu kerjakan.” (QS. Ali Imron : 153)
Ketahuilah wahai saudaraku..
Sesungguhnya dibalik rasa sakit yang melanda ada segudang hikmah yang siap untuk dipetik, dan hal ini seringkali tidak akan bisa kita dapatkan kecuali dalam keadaan sakit. Inilah diantara hikmah berharga tersebut :
Pertama, Sakit merupakan penghapus dosa bagi orang yang beriman.
Allah subhanahu wata’ala pernah berfirman :
وَمَا أَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَن كَثِيرٍ
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy Syuro : 30)
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata : “Sebesar apapun musibah yang menimpa, sejatinya hal tersebut merupakan balasan dari perbuatan dosa yang telah dilakukan sebelumnya. Dan Allah memaafkan sebagian besar kesalahan-kesalahan sehingga Dia tidak memberikan hukuman atasnya.”
Kemudian beliau mengutip sebuah hadits Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wasallam :
مَا مِنْ مُصِيْبَةٍ تُصِيْبُ المُسْلِمَ إِلَّا كَفَّرَ اللهُ بِهَا عَنْهُ، حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا
“Tidaklah seorang muslim tertimpa musibah apapun, kecuali Allah pasti akan mengampuni dosa-dosanya, meskipun hanya karena tertusuk sebuah duri.” (HR. Al Bukhari)
Oleh sebab itu, saat seorang hamba memiliki berbagai dosa yang belum terhapus maka Allah akan menimpakan berbagai macam musibah untuk menghapuskan dosa tersebut. Hal ini sejatinya merupakan bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya.
Ibnul Qoyyim rahimahullah pernah menukil perkataan salah seorang salaf :
لَوْلَا مَصَائِبُ الدُّنْيَا لَوَرِدْنَا القِيَامَةَ مَفَالِيْس
“Jika bukan karena berbagai musibah dunia (yang menimpa) niscaya kita akan datang pada hari kiamat dalam keadaan bangkrut (tanpa pahala).”
Kedua, Datangnya sakit merupakan momen untuk memanen pahala yang berlimpah.
Semakin besar kesabaran yang dimiliki seorang hamba otomatis semakin besar pula pahala yang akan ia petik. Allah berfirman :
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas.” (QS. Az Zumar : 10)
Ketiga, Sakit merupakan barometer pengukur keimanan seorang hamba.
Tingkat keimanan seseorang akan tampak saat datangnya ujian. Jika ia bersabar maka ia merupakan seorang mukmin yang baik. Rasul shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
عَجَباً لأمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَلِكَ لأِحَدٍ إِلاَّ للْمُؤْمِن: إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْراً لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خيْراً لَهُ
“Betapa mengagumkannya keadaan seorang mukmin, sesungguhnya seluruh perkaranya adalah baik baginya, dan hal tersebut tidak dimiliki kecuali oleh orang yang beriman, saat ia mendapatkan kesenangan ia bersyukur dan itu baik baginya, sedangkan saat tertimpa kesulitan ia bersabar dan hal itupun baik baginya.” (HR. Muslim)
Keempat, Sakit akan mendorong seorang hamba untuk semakin mendekat dan takut kepada Allah.
Saat seseorang tertimpa sakit, ia akan semakin sadar terhadap kebesaran dan kekuasaan Allah. Ia akan menghinakan diri serta memohon kepadaNya kesembuhan. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
وَإِذَا أَنْعَمْنَا عَلَى الْإِنسَانِ أَعْرَضَ وَنَأَىٰ بِجَانِبِهِ وَإِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ فَذُو دُعَاءٍ عَرِيضٍ
“Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri; tetapi apabila ia ditimpa malapetaka maka ia banyak berdo’a.” (QS. Fushilat : 51)
Salah seorang ulama yang bernama Wahab bin Munabbih rahimahullah pernah menuturkan :
يَنْزِلُ الْبَلاءُ لِيَسْتَخْرِجَ بِهِ الدُّعَاءَ
“(Tujuan) dari turunnya musibah adalah untuk memaksa keluar doa (dari seorang hamba).”
Sehingga datangnya rasa sakit akan meningkatkan rasa tawakkal seorang hamba kepada Allah yang Maha Kuasa dan membuatnya bersimpuh dihadapanNya, sebagaimana Allah subhanahu wata’ala ceritakan tentang kisah Nabi Ayyub ‘alaihissalam :
وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ
dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: “(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.” (QS. Al Anbiya’ : 83)
Cobaan yang Allah timpakan kepada Nabi Ayyub amatlah besar, beliau kehilangan harta, keluarga dan nikmat kesehatan. Namun beliau tetap bersabar dan ridha terhadap ketetapan Allah hingga akhirnya Allah mengangkat musibah tersebut dan melipatgandakan nikmat yang sebelumnya diambil. Allah subhanahu wata’ala berfirman :
فَاسْتَجَبْنَا لَهُ فَكَشَفْنَا مَا بِهِ مِن ضُرٍّ ۖ وَآتَيْنَاهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُم مَّعَهُمْ رَحْمَةً مِّنْ عِندِنَا وَذِكْرَىٰ لِلْعَابِدِينَ
“Maka Kamipun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah.” (QS. Al Anbiya’ : 84)
Bersambung insyaAllah
Referensi :
Tafsir Ibnu Katsir
Zaadul Ma’ad karya Ibnul Qoyyim
****
Ditulis oleh : Afit Iqwanudin, Amd
(Alumni PP Hamalatulqur’an Yogyakarta, yang saat ini sedang study S1 di Universitas Islam Madinah KSA, Fakultas Qur’an)
Hamalatulquran.com