Home Artikel Alquran Fenomena Tadlis dalam Sanad Al Quran

Fenomena Tadlis dalam Sanad Al Quran

2118
0

Alhamdulillah washolatu wassalam ‘ala rosulillah, Amma Ba’du.

Selama ini mungkin kita hanya mengetahui bahwa “tadlis” merupakan sebuah istilah yang digunakan dalam disiplin ilmu hadits, lebih tepatnya dalam pembahasan Al-Jarh wa At-Ta’dil. Dimana saat menelisik silsilah sanad hadits Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wasallam, terkadang terkuak fakta bahwa terdapat rowi yang melakukan tadlis. Alasannya pun beragam, mulai dari untuk “mengaburkan” periwayat yang lemah dalam sanadnya hingga membuat sanad yang dimiliki nampak ‘Aly (tinggi).

Namun tahukah anda bahwa fenomena tadlis ini juga menjangkit bidang ilmu qiroat?

Hal ini bisa kita lihat dengan jelas saat membaca salah satu karya Ibnul Jazari rohimahulloh yang berjudul “Jami’ Al-Asanid”.

Ibnul Jazari mengisahkan bahwa saat itu muncul seorang Muqri di negri Damaskus yang mengaku memiliki sanad tinggi. Ia menyatakan bahwa penghubung antara dirinya dan Imam Asy-Syatiby rohimahulloh hanyalah 1 orang. Tak ayal, halaqot Al-Qurannya pun menjadi incaran para penuntut ilmu bak semut mengerubungi gula.

donatur-tetap

Saat ditanya tentang sanadnya, ia menyebutkan bahwa telah mendapatkannya dari (عن) Syaikh Ibnu Faris Al-Iskandari dari (عن) Imam Asy-Syatiby rohimahumulloh.

Bagi anda yang pernah bersentuhan dengan ilmu hadits tentu menyadari peran lafadz (عن) atau yang biasa disebut ‘an’anah (عَنْعَنَة) dalam fenomena tadlis.

Menyadari ada kejanggalan yang terjadi, salah seorang guru Ibnul Jazari yang bernama Ahmad bin Rojab Al-Hanbali rohimahulloh pun tak bisa tinggal diam. Beliau segera menjelaskan “keanehan” pada sanad tersebut.

Merupakan hal yang mustahil bahwa Ibnu Faris talaqqi pada Imam Asy-Syatibi secara langsung sebagaimana tersirat dari sanad diatas. Sebab Imam As-Syatibi wafat pada tahun 590 H sedangkan Ibnu Faris baru lahir 6 tahun kemudian pada tahun 596 H. Itu berarti ada “rowi yang hilang” diantara silsilah sanad tersebut.

Sebagai tambahan, tadlis memang berbeda dengan dusta, sebab orang yang melakukan tadlis (mudallis) memang tak berkata bohong. Hanya saja perbuatannya tersebut mampu menggiring persepsi orang menjadi keliru terhadap sanad yang ia miliki, yang mana hal ini akan menguntungkan si mudallis. Tak heran jika para ulama hadits biasa memberikan “rapot merah” kepada para rowi yang terkenal sebagai mudallis.

Fenomena satu ini kita takutkan menginfeksi lebih jauh kedalam aspek kehidupan bermasyarakat. Dimana akan berakibat munculnya orang-orang yang melekatkan pada dirinya sebuah prestasi yang tak pernah ia raih demi mendapatkan pujian sesaat. Allah subhanahu wata’ala berfirman:

لَا تَحْسَبَنَّ ٱلَّذِينَ يَفْرَحُونَ بِمَآ أَتَوا۟ وَّيُحِبُّونَ أَن يُحْمَدُوا۟ بِمَا لَمْ يَفْعَلُوا۟ فَلَا تَحْسَبَنَّهُم بِمَفَازَةٍ مِّنَ ٱلْعَذَابِ ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

“Janganlah sekali-kali kamu menyangka, hahwa orang-orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka supaya dipuji terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan janganlah kamu menyangka bahwa mereka terlepas dari siksa, dan bagi mereka siksa yang pedih.” (Ali Imron: 188)

Dalam kitab Jami’ Asandi ini sendiri bisa kita rasakan “sensasi” Jarh wa Ta’dil yang biasa kita dapati saat membaca kitab ulumul hadits. Sebab Ibnul Jazari sendiri memang terkenal sangat perhatian dengan silsilah sanad Al-Quran. Dalam kesempatan lain beliau menjelaskan bahwa munculnya kesalahan dalam penulisan sanad Al-Quran terjadi disebabkan karena tidak pahamnya seorang muqri dengan ilmu sanad Al-Quran.

Semoga Allah subhanahu wata’ala mengaruniakan kepada kita ilmu yang bermanfaat serta menjauhkan kita dari berbagai sifat buruk. Amiin.

***

Referensi:
– Munjid Al-Muqriin, Ibnul Jazari
– Jami’ Asanid Ibnul Jazari.

Ditulis oleh: Afit Iqwanuddin, Lc. (Alumni PP Hamalatul Quran dan mahasiswa Pascasarjana Jurusan Ilmu Qiroat Fakultas Al Qur’an Universitas Islam Madinah)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here