Hamdan wa syukranlillah..
Segala puji kita panjatkan pada Allah ta’ala atas karunia dan limpahan nikmatnya, sholawat dan salam haturkan pada suri tauladan kita nabi Muhammad sallallahu’alaihiwasallam, kepada para kerabatnya dan para shahabat seluruhnya, wa ba’du.
Negara Arab Saudi adalah satu-satunya negara yang memberlakukan hukum islam kepada penduduknya. Negara yang menjadi pusat keislaman. Dan tentunya negara dengan dua tanah haramain yaitu madinah dan makkah.
Penduduk Arab Saudi tak sebanding dengan luasnya dataran negri ini, tak sedikit negara ini memperkerjakan orang asing untuk bekerja. Salah satu dari sekian yang banyak bekerja di negri ini adalah negara Filipina. Dan dari negri padang pasir inilah sejarah hidup seorang
berkewarganegaraan Filipina dimulai.
Nama beliau adalah Abdullah Fernando, seorang ahli dalam bidang mekanika mesin. Beliau bekerja di sebuah bengkel mobil di ibukota negara; Riyadh. Pada awal kedatangannya di Arab Saudi, Abdullah adalah seorang beragama nasrani. Hidayah islam menyapanya saat ia tinggal di Kerajaan Arab Saudi.
Suatu saat Abdullah Fernando memutuskan untuk pulang ke negaranya, dan disat pulang itulah ia mendapati adanya penerimaan pendaftaran mahasiswa Universitas Islam Madinah yang diadakan langsung di negaranya. Dikarenakan ia tidak mempunyai basic agama dan bahasa arab yang mumpuni maka pada saat itu ia di tes menngunakan bahasa inggris.
Setahun berlalu sejalan berputarnya waktu pengumuman pendaftaran Universitas Islam Madinah diumumkan, dan nama Abdullah Fernando termaktub dari salah satu yang diterima di tahun itu.
Dan tibalah ia di kota Madinah an nabawiyah, kota Nabi Muhammad shallallahualaihi wasallam, kota impian para penuntut ilmu. Awal kedatangan di Universitas Islam Madinah Abdullah Fernando sama sekali tidak bisa berbahasa arab yang menjadi bahasa komunikasi
dan akademik di Universitas Islam Madianah, kecuali satu kalimat yang bisa ia ucapkan yaitu kalimat salam ; assalamu’alaikumwarahmatullahi wa barakatuh.
Di tahun pertama dan kedua Abdullah Fernando belajar bahasa arab di Syu’batullughoh al arabiah lighori natiqina biha, sebuah lembaga persiapan bahasa arab milik Universitas Islam Madinah bagi warga negara asing yang tidak bisa berbahasa arab, sebelum memasuki jenjang
perkuliahan.
Selepas menamatkan kelas persiapan bahasa Abdullah Fernando melanjutkan jenjang perkuliahan di jurusan dakwah dan ushuluddin. Selama perkuliahan beliau bukan termasuk mahasiswa yang pintar dan bisa dibilang biasa-biasa. 4 tahun beliau menamatkan pendidikan
dan mendapatkan gelar licence. Setelah selesainya di jenjang perkuliahan kembalilah ia ke kampung halamanya di Filipina, dan dakwah Abdullah Fernando pun dimulai.
Delapan belas tahun berlalu seperti tak terdengar lagi nama Abdullah Fernando, dan puncaknya sekitar tiga tahun yang lalu ketika diadakanya pertemuan antar alumni mahasiswa Universitas Islam Madinah dari beberapa negara ASEAN, diantaranya Indonesia, Malaysia,
Singapura, Filiphina, Thailand, Vietnam, Kamboja, dan Myanmar. Pertemuan yang di adakan di Jakarta tersebut juga di hadiri beberapa dosen dari Universitas Islam Madinah.
Salah satu acara yang diadakan dalam forum tersebut adalah sambutan beberapa dai alumni Universitas Islam Madinah dari beberapa negara yang hadir guna menyampaikan bagaimana peran dakwah mereka di negara masing-masing.
Beberapa negara telah memberikan sambutannya, tibalah negara Filipina memberikan sambutan dan menyampaikan peran dakwah mereka. Dan Abdullah Fernando yang mewakili negara Filiphina dalam sambutan tersebut.
Dalam sambutanya Abdullah Fernando menyampaikan,
“Aku tak semahir dan sefasih teman-teman semua dalam berbahasa arab.”
Beliau melanjutkan cerita, “Aku hidup dan berdakwah di tengah-tengah masyarakat nasrani.
Kmudian salah seorang hadirin bertanya, “Berapa orang yang telah masuk islam karena dakwahmu? ”
Sejenak ia terdiam dengan wajah memerah penuh rasa rendah hati. Lalu ia menjawab, “Sekitar seribu orang lebih.”
Sebuah pelajaran berharga dari seorang dai Filipina bernama Abdullah Fernando. Mungkin ilmunya tak sebanyak doktor ataupun professor. Akantetapi lewat lisannya Allah berikan kelebihan menyeru manusia merasakan manisnya hidayah Islam.
Allah ta’ala berfirman :
ذَٰلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ
“Demikianlah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah mempunyai karunia yang besar” (QS. Al jumuah : 4)
Sebuah karunia besar Allah berikan kepada siapa saja yang Allah kehendaki. Sebuah pahala – pahala dan buah yang besar bagi siapa yang berdakwah di jalan Allah.
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberikan kabar gembira dengan sabdanya:
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
“Barangsiapa yang menunjukkan kepada sebuah kebaikan maka baginya seperti pahala pelakunya” (HR. Muslim no. 1893)
Seseorang yang menunjukkan kepada hidayah islam maka baginya seperti pahala islamnya, amalan shalatnya, ibadah puasanya, dan tidak mengurangi hal tersebut dari pahalanya sedikitpun. Pintu kebaikan ini begitu banyak nan luas, bagi siapa yang Allah subhanahuwata’ala beri taufiq untuk melakukanya.
Kisah ini dikisahkan oleh Syeh Sulthon Bin Umar Al Husayyin, disela-sela kajian di rumah beliau. Syaikh Sulthon sendiri adalah seorang dosen Diploma dan Magister fakultas Dakwah dan Ushuluddin Universitas Islam Madinah.
Kisah Abdullah Fernando hanya salah satu kisah dari para dai Allah, yang mungkin disana ada lebih banyak lagi dai-dai yang menyeru dalam kebaikan. Semoga Allah subhanahuwata’ala menjadikan kita termasuk dai-dai yang menyeru kepada agama-Nya dan memberikan kepada kita keikhlashan dalam perkataan dan perbuatan, amin.
Nasalullahu an yuwafiquna wa iyyakum fi kulli khoir.
***
Madinah An-Nabawiyyah, Distrik Robwah, 23 jumadil awwal 1437 H.
Ditulis Oleh : Zusuf Affandi -Hafidzohullah-