Hujan adalah salah satu nikmat agung yang Allah Ta’ala berikan kepada hamba-hamba-Nya, maka nikmat ini harus disyukuri dan diyakini dengan benar. jangan sampai kita mengkufuri dan mengingkarinya seperi orang-orang jahiliyah dan orang musyrik zaman dahulu. Allah Ta’ala berfriamn,
وَتَجْعَلُونَ رِزْقَكُمْ أَنَّكُمْ تُكَذِّبُونَ
“Kamu mengganti rezeki (yang Allah berikan) dengan mendustakan Allah. (QS. Al-Waqi’ah: 82)
Dari sahabat Abu malik Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
أَرْبَعٌ فِيْ أُمَّتِي مِنْ أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ لاَ يَتْرُكُوْنَهُنَّ: الْفَخْرُ بِاْلأَحْسَابِ، وَالطَّعْنُ فِي اْلأَنْسَابِ، وَاْلإِسْتِسْقَاءُ بِالنُّجُوْمِ، وَالنِّيَاحَةُ
“Empat perkara dari perkara-perkara Jahiliyyah yang ter-dapat pada ummatku, dan tidak ditinggalkan oleh mereka: (1) membanggakan nenek moyang, (2) mencela keturunan, (3) menisbatkan hujan kepada bintang-bintang, dan (4) meratapi mayat.” (HR. Muslim no. 934)
Imam Asy-Syafi’I rahimahullah meriwayatkan, dari Zaid bin Kholid radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam shalat subuh bersama kami di Hudaibiyah dan berkata,
أَصْبَحَ مِنْ عِبَادِيْ مُؤْمِنٌ بِي وَكَافِرٌ، فَأَمَّا مَنْ قَالَ: مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللهِ وَرَحْمَتِهِ، فَذَلِكَ مُؤْمِنٌ بِيْ كَافِرٌ بِالْكَوْكَبِ، وَأَمَّا مَنْ قَالَ: مُطِرْنَا بِنَوْءِ كَذَا وَكَذَا، فَذَلِكَ كَافِرٌ بِي مُؤْمِنٌ بِالْكَوْكَبِ.
“Di antara hamba-Ku ada yang menjadi beriman kepada-Ku dan ada pula yang kafir. Adapun orang yang mengatakan: ‘Kami telah diberi hujan karena keutamaan dan rahmat Allah,’ maka itulah orang yang beriman kepada-Ku dan kafir ter-hadap bintang-bintang. Sedang orang yang mengatakan: ‘Kami diberi hujan dengan bintang ini dan itu,’ maka itulah orang yang kafir kepada-Ku dan beriman kepada bintang-bintang.” (HR. Muslim no.934)
Sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata, Suatu Ketika tuhun hujan di zaman Nabi shallallahu ‘alahi wasallam dan beliau bersabda,
أَصْبَحَ مِنْ النَّاسِ شَاكِرٌ وَمِنْهُمْ كَافِرٌ قَالُوا هَذِهِ رَحْمَةُ اللَّهِ وَقَالَ بَعْضُهُمْ لَقَدْ صَدَقَ نَوْءُ كَذَا وَكَذَا قَالَ فَنَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ (فَلَا أُقْسِمُ بِمَوَاقِعِ النُّجُومِ) حَتَّى بَلَغَ (وَتَجْعَلُونَ رِزْقَكُمْ أَنَّكُمْ تُكَذِّبُونَ)
“Dengan hujan ini di antara manusia ada yang berubah menjadi hamba yang bersyukur dan ada pula yang kufur. Sebagian mereka berkata, ‘Hujan ini adalah sebuah bukti dari rahmat Allah.’ Namun sebagian yang lain berkata, ‘Bintang ini dan ini sungguh telah benar’.” Ibnu Abbas berkata, “Kemudian turunlah ayat: ‘(Maka Aku bersumpah dengan masa turun-Nya bagian-bagian bintang) ‘, sampai ayat: ‘(dan kamu mengganti rezki (yang Allah berikan) dengan mendustakan Allah) ‘ (Qs. Qs. Al Waaqi’ah: 75-82).” (HR. Muslim)
Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkata, “Siapa saja yang berkata (berdoa) hujan ini turun atas karunia dan rahmat Allah, maka itu adalah bentuk iman yang kuat kepada Allah, karena ia sadar tidak ada yang dapat menurunkan hujan atau yang Maha Memberi kecuali Allah, Adapun orang yang berkata hujan ini turun karena bintan ini atau itu, demikianlah yang terjadi dikalangan orang-orang musyrik yang menyandarkan hujan kepada sebuah bintang dan ini adalah sebuah kekufuran sebagaimana yang telah dijelaskan oleh baginda Nabi shallallahu ‘alihi wasallam. Karena bintang adalah mahkluk, dan makhluk itu tidak memiliki kuasa penuh atas dirinya sendiri apalagi berkuasa atas hal-hal lainnya semisal hujan. Maka sungguh ia (bintang) tidak bisa menurunkan hujan.” (Al-Umm 1/288)
Referensi: Kitabut Tauhid fii Dhaui Aqidah Al-Imam Asy-Syafi’i