Menjadi pengajar Al-Quran merupakan profesi yang sangat mulia, baik di dunia maupun di akherat. Nabi menyampaikan bahwa Sebaik-baik orang di antara kalian adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari, no. 5027)
Kemuliaan menjadi pengajar Al -Quean ini akan menjadi lebih indah ketika para guru Quran memiliki prinsip-prinsip dasar sebagai seorang guru Quran.
Berikut ini beberapa prinsip yang seharusnya dimiliki oleh Guru Al-Quran:
1. Keikhlasan
Niat dalam mengajarkan Al-Quran haruslah murni karena Allah semata, dengan tujuan menyebarkan kebaikan dan ilmu agama kepada orang lain. Keikhlasan ini penting agar proses pengajaran berkah dan bermanfaat.
Ikhlasnya niat amat dibutuhkan dalam setiap amalan termasuk dalam mengajarkan Al-Quran. Tanpanya sebuah amalan shaleh akan berubah menjadi bencana.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengisahkan bahwa diantara golongan pertama yang akan merasakan pedihnya api neraka adalah mereka yang membaca Al-Quran demi mendapatkan pujian manusia
“Berikutnya orang (yang diadili) adalah seorang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya serta membaca Al-Qur`an. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengakuinya. Kemudian Allah menanyakannya: ‘Amal apakah yang telah engkau lakukan dengan kenikmatan-kenikmatan itu?’ Ia menjawab: ‘Aku menuntut ilmu dan mengajarkannya, serta aku membaca Al-Qur`an hanyalah karena engkau.’ Allah berkata : ‘Engkau dusta! Engkau menuntut ilmu agar dikatakan seorang ‘alim (yang berilmu) dan engkau membaca al Qur`an supaya dikatakan (sebagai) seorang qari’ (pembaca al Qur`an yang baik). Memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka.” (HR. At-Turmudzi No. 2382)
2. Pemahaman Ilmu Tajwid dan Ilmu Waqf wal Ibtida’
Seorang guru Quran harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang isi Al-Quran, terutama adalah ilmu tajwid karena Ilmu ini merupakan bekal utama dan pertama yang harus dimiliki oleh seorang pengajar Al-Quran.
Bagaimana dia akan mengajar anak muridnya jika belum menguasai ilmu tajwid yang merupakan pondasi utama dalam membaca Al-Quran?
Adapun ilmu Waqf dan Ibtida’ Adah tatacara berhenti dan memulai bacaan Al-Quran dalam sebuah ayat.
Ilmu perlu dipahami dengan baik oleh seorang guru Quran. Sebab seringkali seorang yang baru belajar Al-Quran akan salah berhenti pada suatu kalimat dan berakibat merubah makna suatu ayat.
Jika sang guru tidak memahami ilmu ini dengan baik ia akan menganggap benar dan tidak memperingatkan muridnya. Kesalahan yang dilakukan oleh anak didiknya tersebut akhirnya akan terus melekat hingga dewasa serta sulit untuk diperbaiki.
3. Kesabaran dan Kelembutan
Guru Quran harus sabar dalam membimbing murid-muridnya, terutama bagi mereka yang mengalami kesulitan. Kelembutan dalam mendidik dapat membantu murid belajar dengan lebih baik dan merasa nyaman.
Ada sebuah kaidah yang berbunyi
الأصل في الدعوة الرفق واللين
Asas pokok dalam dakwah (dan mengajari orang lain) adalah dengan lembut dan kasih sayang
4. Tawadhu’ (Rendah Hati)
Seorang guru harus bersikap rendah hati, tidak merasa sombong dengan ilmunya. Mereka harus selalu terbuka untuk belajar lebih banyak dan menerima kritik yang membangun.
Sebagaimana peribahasa “Jadilah seperti padi yang semakin berisi semakin merunduk”. Oleh karenanya, jangan sampai ia merasa lebih baik dari orang lain serta bangga terhadap dirinya, sebab ini merupakan penyakit berbahaya yang akan mengotori hati dan membuatnya selalu dihantui rasa kecewa.
5. Akhlak Mulia
Seorang guru Quran harus menjadi teladan dalam akhlak. Mereka harus mengamalkan ajaran-ajaran Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari, menunjukkan kejujuran, kasih sayang, dan sikap hormat kepada murid-muridnya.
Karena sejatinya Al-Quran itu sendiri merupakan sumber akhlak terbaik yang harus diteladani dan diamalkan oleh setiap muslim
6. Disiplin dan Konsistensi
Pengajaran Quran membutuhkan keteraturan dan konsistensi, baik dari sisi waktu maupun metode pengajaran. Disiplin dalam mengajar akan membantu murid dalam menghafal dan memahami Al-Quran dengan lebih baik.
Senantiasa disiplinkan santri dengan waktu halaqah Al-Quran, jangan bermudah-murdah membiarkan mereka untuk tidur, ngobrol dan bermain di halaqoh.
7. Komunikasi yang Baik
Guru harus mampu menyampaikan materi dengan cara yang jelas dan mudah dipahami. Komunikasi yang efektif membantu murid menangkap pelajaran dengan lebih cepat.
Denga komunikasi yang baik pula nasehat yang disampaikan kepada murid akan lebih mengena dan mudah dipahami.
8. Sesuaikan Metode Pengajaran dan Tempat Halaqah
Setiap murid memiliki kemampuan yang berbeda, sehingga guru harus fleksibel dalam menyesuaikan metode pengajarannya agar setiap murid bisa belajar sesuai dengan kemampuannya.
Ada baiknya guru Quran sesekali memindah tempat Halaqoh, semisal ke kebun, taman dan semisalnya agar para murid tidak jenuh dengan suasana yang ada.
Selain itu usahakan ruang Halaqoh lapang dan luas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda :
خير المجالس أوسعها
“Sebaik-baik majlis adalah yang paling luas”
(HR. Abu Dawud dan dishahihkan oleh Al-Albani)
9. Memotivasi dan Menginspirasi
Guru harus bisa memberikan motivasi kepada murid untuk mencintai Al-Quran, baik melalui contoh perbuatan, cerita inspiratif, atau nasihat yang penuh hikmah.
Syaikh Shaleh Al Ushoimi menerangkan akan pentingnya sifat Nasih (pemberi nasehat) pada pribadi seorang guru
Seorang guru keliru bila ia megira bahwa hubungannya dengan murid hanyalah sebatas menyampaikan materi pelajaran saja, padahal sebenarnya ada perkara lain yang tidak kalah penting dari itu, yaitu memberikan nasehat kepada murid. Bukankah telah sampai kepada kita sebuah hadia dari sahabat Tamim Ad-Daari radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasallam telah bersabda:
الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ
“Agama adalah nasehat.”
Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, seorang guru Quran dapat membantu muridnya tidak hanya dalam mempelajari Al-Quran secara teknis, tetapi juga memahami dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Semoga Allah subhanahu wa ta’ala memudahkan langkah kita dalam mempelajari dan mengajarkan kitab-Nya.
Referesnsi: Hilyah Ahlul Qur’an fii Aadabi Hamalati Al-Qur’an Al-Karim, Markaz ad-Dirosaat wa al-Ma’lumaat Al-Quraniyyah Mahar al-Imam asy-Syatiby