Di antara bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya adalah menjadikan waktu-waktu tertentu sebagai musim kebaikan, di mana amal saleh dilipatgandakan dan dosa-dosa dapat diampuni. Salah satu di antaranya adalah bulan Muharram, bulan pertama dalam kalender hijriyah, yang disebut langsung oleh Rasulullah ﷺ sebagai “Syahrullah” (bulan Allah) sebuah julukan agung yang menunjukkan keutamaannya.
Muharram termasuk dalam empat bulan haram yang dimuliakan Allah Ta’ala, dan di dalamnya terdapat peristiwa besar dalam sejarah Islam yang layak untuk dikenang dan diambil ibrah. Sayangnya, tidak sedikit kaum Muslimin yang melewatkan kemuliaan bulan ini karena kurangnya pengetahuan tentang fadhilah dan sunnah-sunnahnya.
Tulisan ini berisi 10 hal penting seputar bulan Muharram, sebagai pengingat sekaligus panduan agar kita dapat menghidupkan Muharram dengan amalan yang diridhai oleh Allah Ta’ala
1. Muharram Termasuk Bulan Haram yang Dimuliakan
Bulan Muharram adalah salah satu dari empat bulan haram (الْأَشْهُرُ الْحُرُمُ) yang dimuliakan Allah. Dalam bulan-bulan ini, Allah melipatgandakan pahala amalan kebaikan dan memperberat dosa keburukan. Bulan haram adalah Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Sejak zaman Jahiliyyah pun, bulan-bulan ini dijaga kehormatannya. Maka sebagai seorang Muslim, kita dianjurkan untuk lebih berhati-hati dan memperbanyak amal saleh di dalamnya.
Dalil:
إِنَّ عِدَّةَ ٱلشُّهُورِ عِندَ ٱللَّهِ ٱثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِى كِتَٰبِ ٱللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ مِنْهَآ أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ
“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram…”
(QS. At-Taubah: 36)
2. Disebut Sebagai Bulan Allah (Syahrullah)
Rasulullah ﷺ secara khusus menyebut Muharram sebagai “Syahrullah” (شَهْرُ اللَّهِ), yang berarti “Bulan Allah”, dan tidak ada bulan lain yang mendapatkan penyebutan semacam ini. Ini menunjukkan keutamaan dan kehormatan bulan Muharram. Penyandaran sesuatu kepada Allah adalah bentuk pemuliaan, sebagaimana Ka’bah disebut “Baitullah”.
Dalil:
أفضل الصِّيام، بعد رمضان، شَهر الله المُحَّرم
“Sebaik-baik puasa setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Allah – yaitu Muharram.”
(HR. Muslim no. 1163)
3. Dianjurkan Memperbanyak Puasa Sunnah
Muharram adalah momentum yang sangat baik untuk memperbanyak puasa sunnah, terutama karena Rasulullah ﷺ sangat menganjurkannya. Berpuasa di bulan ini akan membawa banyak keutamaan dan menjadi sarana pensucian jiwa. Para ulama menyatakan bahwa amalan di bulan haram, termasuk puasa, memiliki nilai dan pahala yang lebih besar dibanding bulan lainnya (selain Ramadhan).
Dalil:
أفضل الصِّيام، بعد رمضان، شَهر الله المُحَّرم
“Sebaik-baik puasa setelah puasa Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah, yaitu bulan Muharram.” (HR. Muslim)
4. Keutamaan Hari ‘Asyura (10 Muharram)
Hari ‘Asyura, yaitu tanggal 10 Muharram, adalah hari yang sangat agung dalam Islam. Pada hari ini banyak peristiwa besar terjadi, salah satunya adalah diselamatkannya Nabi Musa dan Bani Israil dari kejaran Firaun. Puasa di hari ini dianjurkan karena dapat menghapus dosa-dosa kecil setahun sebelumnya.
Dalil:
وصيام يوم عاشوراء أحتسب على الله أن يكفر السنة التي قبله
“Puasa pada hari Asyura, aku berharap kepada Allah agar dapat menghapus dosa setahun sebelumnya.” (HR. Muslim no. 1162)
5. Disunnahkan Puasa Tasu’a (9 Muharram)
Untuk menyelisihi kaum Yahudi yang hanya berpuasa pada tanggal 10 Muharram (‘Asyura), Rasulullah ﷺ bertekad untuk berpuasa juga pada tanggal 9 Muharram (Tasu’a) sebagai bentuk pembeda. Ini menunjukkan pentingnya membedakan diri dari kaum non-Muslim dalam perkara ibadah.
Dalil:
لَئِن بَقِيتُ إلى قابلٍ لأصومنّ التاسِع
“Jika aku masih hidup sampai tahun depan, aku pasti akan berpuasa pada hari kesembilan.” (HR. Muslim no. 1134)
6. Hari Diselamatkannya Nabi Musa AS
Rasulullah ﷺ menjelaskan bahwa ‘Asyura adalah hari agung karena Allah menyelamatkan Nabi Musa AS dan kaumnya dari Firaun. Nabi Muhammad ﷺ lebih berhak meneladani Musa dibanding orang-orang Yahudi. Maka dari itu, beliau memerintahkan umat Islam untuk ikut berpuasa di hari itu sebagai bentuk syukur.
Dalil:
هَذَا يَوْمٌ عَظِيمٌ أَنْجَى اللَّهُ فِيهِ مُوسَى وَقَوْمَهُ وَغَرَّقَ فِرْعَوْنَ وَقَوْمَهُ فَصَامَهُ مُوسَى شُكْرًا فَنَحْنُ نَصُومُهُ
“Hari ini adalah hari yang agung di mana Allah menyelamatkan Musa dan kaumnya serta menenggelamkan Firaun dan kaumnya. Maka Musa pun berpuasa pada hari itu sebagai rasa syukur, dan aku lebih berhak terhadap Musa daripada mereka.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
7. Dosa Diperberat di Bulan Haram, Termasuk Muharram
Dalam bulan-bulan haram, perbuatan dosa menjadi lebih besar dosanya di sisi Allah. Ini adalah bentuk penghormatan terhadap waktu-waktu yang dimuliakan. Maka, kita diperintahkan untuk menjauhi segala bentuk kezaliman, maksiat, dan tindakan menyimpang selama bulan ini.
Dalil:
فَلَا تَظْلِمُوا۟ فِيهِنَّ أَنفُسَكُمْ
“Maka janganlah kalian menzhalimi diri kalian dalam bulan-bulan itu.”
(QS. At-Taubah: 36)
8. Tidak Ada Ritual Khusus yang Diada-adakan
Sebagian orang melakukan amalan khusus yang tidak diajarkan Nabi ﷺ di bulan Muharram seperti menangisi tragedi Karbala, menyakiti diri, atau membuat ritual tertentu yang tidak berdasar. Islam melarang bentuk-bentuk ibadah yang tidak bersumber dari ajaran Rasulullah ﷺ.
Dalil:
مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
“Barang siapa mengada-adakan dalam urusan (agama) kami ini apa yang bukan darinya, maka ia tertolak.” (HR. Bukhari dan Muslim)
“Bukan dari golongan kami orang yang memukul pipinya, merobek bajunya, dan menyeru dengan seruan jahiliyah.”(HR. Bukhari dan Muslim)
9. Momen Muharram Cocok untuk Muhasabah dan Hijrah Hati
Karena Muharram adalah awal tahun hijriyah, sangat tepat bagi seorang Muslim untuk melakukan muhasabah (introspeksi diri) dan memperbaharui niat untuk menjadi lebih baik. Hijrah bukan hanya berpindah tempat, tapi juga berpindah dari keburukan menuju kebaikan, dari maksiat menuju taat.
Dalil:
المهاجر من هجر ما نهى الله عنه
“Orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan apa yang Allah larang.” (HR. Bukhari)
10. Awal Penanggalan Hijriyah Dimulai dari Muharram
Walaupun peristiwa hijrah Nabi ﷺ ke Madinah tidak terjadi tepat 1 Muharram, tetapi pada masa Khalifah Umar bin Khattab, bulan Muharram ditetapkan sebagai bulan pertama dalam kalender Islam. Ini karena bulan Muharram datang setelah bulan Dzulhijjah, di mana para sahabat berbaiat kepada Nabi ﷺ, dan hijrah dimulai setelah itu.
Diriwayatkan bahwa Umar bin Khattab bermusyawarah dengan sahabat-sahabat besar seperti Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib, hingga akhirnya menetapkan awal penanggalan Islam dimulai dari bulan Muharram dan tahun hijrah Nabi sebagai patokannya.
Bulan Muharram adalah bulan suci yang penuh keutamaan dan berkah. Hendaknya kita sebagai Muslim mengisinya dengan amal ibadah, meninggalkan maksiat, memperbanyak puasa, dan meneladani perjuangan para nabi. Jadikan Muharram sebagai momentum hijrah menuju kehidupan yang lebih bersih, lebih baik, dan lebih taat kepada Allah.
Semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang menghargai waktu, mencintai sunnah, dan terus berusaha memperbaiki diri dari tahun ke tahun.