Tak banyak orang yang sanggup menguasai dua bidang sekaligus dengan baik. Oleh karenanya, tak mengherankan jika seorang ulama piawai dalam satu bidang ilmu, maka seringkali ia akan kurang menguasai ilmu yang lain. Hingga muncul sebuah ungkapan :
من تحدث في غير فنه أتى بالعجائب
“Barangsiapa yang berbicara diluar bidang kemampuannya, niscaya ia akan memunculkan sebuah keanehan.”
Pepatah di atas merupakan sebuah kritikan bagi mereka yang berani berbicara tentang suatu hal yang bukan bidang keahliannya.
Sebab, kemampuan untuk menguasai lebih dari satu bidang memang merupakan sebuah fenomena langka. Hal ini senada dengan tuntunan Al-Quran agar kita bertanya kepada setiap ahli dalam bidangnya, sebagaimana firman Allah ta’ala :
فَسۡـَٔلُوۤا۟ أَهۡلَ ٱلذِّكۡرِ إِن كُنتُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ
Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui, (QS. An-Nahl 43)
Imam Hisyam bin ‘Ammar rohimahulloh termasuk dari manusia yang langka tersebut. Beliau mampu menguasai dengan sangat baik 2 bidang ilmu sekaligus, yaitu ilmu Qiroat & Hadits.
Jika dalam ilmu qiroat beliau adalah salah satu dari perowi Qiroah Sab’ah, maka dalam ilmu hadits beliau merupakan seorang imam besar yang tsiqoh (terpercaya).
Beliau bernama lengkap Hisyam bin ‘Ammar bin Nushoir bin Maisaroh bin Aban As-Sulami rohimahulloh. Lahir pada tahun 153 H di masa pemerintahan Al-Manshur.
Selain merupakan seorang Qori dan Muhaddits, beliau juga memegang jabatan Hakim di kota Damaskus serta Khotib jumat di masjid agung kota tersebut.
Imam Abu Zur’ah rohimahulloh pernah menuturkan:
“Ada tiga Qori’ yang menjadi rujukan utama penduduk Damaskus, mereka adalah Hisyam bin ‘Ammar yang sering didahulukan karena kemasyhuran beliau dalam ilmu hadits, kemudian Al-Walid bin ‘Utbah serta Abdulloh bin Dzakwan.”
Diantara perkataan Imam Hisyam yang terkenal adalah :
قولوا الحق ينزلكم الحق منازل أهل الحق، يوم لا يقضي إلا بالحق
“Ucapkanlah perkataan yang Haq, niscaya Allah ta’ala Dzat yang Maha Benar akan menempatkan kalian dikalangan ahli al-Haq di hari kiamat kelak.”
Disamping mengajar Al-Quran dan Hadits Nabi, beliau juga sempat meninggalkan sebuah karya tulis dalam bidang Al-Quran. Kitab tersebut beliau beri judul “Fadhoil Al-Quran”. Sayangnya, kitab beliau ini nampaknya masuk dalam kategori manuskrip yang hilang.
Sosok yang Penuh Semangat Sejak Kecil
Kesuksesan beliau dalam menuntut ilmu tak lepas dari peran dan dukungan sang ayah. Dikisahkan bahwa saat Imam Hisyam masih belia, ayah beliau rela menjual rumahnya seharga 20 dinar sebagai bekal putranya dalam mengarungi samudra ilmu. Sang ayah segera mengirim beliau untuk melaksanakan ibadah haji sekaligus menuntut ilmu.
Saat berada di kota Madinah, beliau bergegas menuju majelis Imam Malik untuk menanyakan beberapa hal. Namun karena umur beliau yang masih belia, maka Imam Malik mengira bahwa beliau hanya sedang bermain-main di majlis tersebut. Sang Imam memberi sedikit teguran dengan pukulan ringan sebanyak 17 kali. Mendapat perlakuan tersebut, Hisyam kecil langsung menangis. Imam Malik yang kaget lantas bertanya :
ما يبكيك؟ أوْجَعَتْكَ هذه؟
“Apa yang membuatmu menangis? Apakah pukulanku tadi terasa sakit?
Beliau kemudian menjawab dengan masih sesenggukan:
“Sesungguhnya ayahku telah menjual rumahnya agar aku bisa berguru padamu, namun engkau justru memukulku.”
Mendengar jawaban tersebut, Imam Malik pun luluh dan segera memperdengarkan 17 hadits -sejumlah dengan pukulan beliau-.
Mendapatkan perlakuan demikian, Hisyam yang masih lugu kemudian berkata :
“Pukul aku lagi asal engkau mau menambahkan hadits Nabi yang bisa aku dengarkan.”
Mendengar ucapan anak kecil di depannya tersebut, Imam Malik pun tertawa.
Guru & Murid Beliau
Diantara guru talaqqi Al-Quran beliau adalah Ayyub bin Tamim Al-Qori, Al-Walid bin Muslim, Umar bin Abdul Wahid dan masih banyak lagi.
Adapun dalam bidang ilmu hadits, beliau meriwayatkan dari banyak ulama, diantaranya ialah Imam Malik bin Anas, Sufyan bin ‘Uyainah, Muslim bin Kholid, Yahya bin Hamzah rohimahumulloh.
Sedangkan murid-murid talaqqi beliau juga cukup banyak, diantaranya adalah Abu Al-Hasan Ahmad Al-Hulwani, Abu ‘Ubaid Al-Qosim bin Salam, Al-Akhfasy rohimahumulloh.
Pun begitu dalam ilmu hadits, sebab para penuntut ilmu di zaman beliau berlomba-lomba untuk bisa mendengarkan langsung hadits Nabi dari ulama satu ini. Diantara mereka adalah Imam Al-Bukhori, Abu Dawud, An-Nasai hingga Ibnu Majah rohimahumulloh.
Allah subhanahu wata’ala mengaruniakan kepada beliau umur yang panjang serta jauh dari penyakit masa tua (baca: pikun). Beliau wafat pada tahun 245 H di masa pemerintahan Al-Mutawakkil.
Semoga Allah subhanahu wata’ala mengaruniakan kepada kita ilmu yang bermanfaat. Amiin.
***
Referensi:
– Tahdzib Al-Kamal, Al-Mizzi
– Ahasin Al-Akhbar, Abdul Wahhab bin Wahban Al-Hanafi
Ditulis oleh : Afit Iqwanuddin