Home Artikel Hubungan Ilmu Qiro’at dengan Tafsir

Hubungan Ilmu Qiro’at dengan Tafsir

3391
0
@unsplash

Bismillah..

Ilmu qiroat termasuk dalam ilmu yang paling mulia, sebab ia berkaitan langsung dengan firman Allah ta’ala. Sebagaimana ungkapan para ulama :

“Kemuliaan suatu ilmu itu tergantung pada apa yang dipelajari”.

Namun sungguh amat disayangkan, banyak penuntut ilmu yang enggan untuk mempelajari cabang ilmu yang satu ini dengan alasan banyak menyita waktu untuk menghafal berbagai matan. Padahal sebaik-baik waktu seorang hamba adalah yang ia pergunakan untuk menuntut ilmu.

Baca juga : Belajar Qiroat, Pentingkah?

Ilmu qiroat sendiri memiliki hubungan yang amat erat dengan ilmu tafsir. Tak heran jika banyak kaedah dalam ilmu tafsir yang melekat dengan ilmu ini. Diantaranya ialah :

القراءات يُبيِّن بعضها بعضًا.

“Berbagai Qiroat saling menjelaskan satu dengan yang lainnya”

Kaidah diatas memiliki arti bahwa untuk memahami makna suatu ayat dengan sempurna harus melihat perbedaan qiraat yang ada pada ayat tersebut.

Salah satu dosen Ilmu Tafsir di Universitas Islam Madinah juga menjelaskan :
“Diantara syarat untuk menjadi seorang mufassir adalah memahami perbedaan qiraat, sebab satu qiraat dengan yg lain saling melengkapi makna yang terkandung didalamnya”.

Beberapa contoh penerapan kaidah diatas

Contoh pertama :

(وَمَا هُوَ عَلَى الْغَيْبِ بِضَنِينٍ)

Terdapat 2 Qiroat pada lafadz بضنين :

● Riwayat Hafs yg kita kenal diriwayatkan menggunakan huruf Dhod (ض) sebagaimana tertulis dalam ayat diatas, yg artinya ialah kikir/bakhil, sehingga maknanya :

Dan dia (Muhammad) bukanlah seorang yang kikir (enggan) untuk menerangkan yang gaib (wahyu ilahi).
[Surat At-Takwir 24]

● Qiroat Ibnu Katsir, Abu ‘Amr & Kisai diriwayatkan menggunakan huruf dho’ (ظ) sehingga dibaca بِظَنِين yang maknanya adalah berdusta (menambah-nambah) dalam menerangkan wahyu dari Allah.

Maka dengan memahami 2 Qiroat diatas dapat kita simpulkan bahwa Allah ta’ala menjelaskan sifat amanah yang dimiliki oleh Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam dalam menyampaikan wahyu. Dimana beliau tidak mengurangi dan tidak pula menambah-nambah. Akan tetapi beliau sampaikan wahyu dari Allah sebagaimana adanya, tidak kurang dan tidak lebih.

Contoh kedua :

وَمَا كُنْتُ مُتَّخِذَ الْمُضِلِّينَ عَضُدًا

“dan Aku tidak menjadikan orang yang menyesatkan itu sebagai penolong.” [Surat Al-Kahf 51]

● Dalam Qiroat Hafs diriwayatkan dengan harokat dhommah pada lafadz “كنت” sehingga dibaca كنتُ

● Sedangkan Qiroat Abu Ja’far diriwayatkan denga harokat fathah sehingga dibaca كنتَ

Makna yang terkandung dalam riwayat hafs adalah tazkiyah dari Allah ta’ala kepada Nabi Muhammad shollallohu ‘alahi wasallam, sebab disebutkan bahwa Allah tidaklah memilih orang yang menyesatkan sebagai penolong agamaNya.

Sedangkan dalam Qiroat Abu Ja’far terkandung makna tazkiyah Allah ta’ala secara khusus kepada para sahabat rhodiyallohu ‘anhum sekaligus bantahan kepada para pencela mereka.
Sebab maknanya adalah :

“dan engkau (wahai Muhammad) tidak menjadikan orang yang menyesatkan sebagai penolong”

Contoh ketiga :

(وَجَعَلُوا الْمَلَائِكَةَ الَّذِينَ هُمْ عِبَادُ الرَّحْمَٰنِ إِنَاثًا ۚ أَشَهِدُوا خَلْقَهُمْ ۚ سَتُكْتَبُ شَهَادَتُهُمْ وَيُسْأَلُونَ)

“Dan mereka menjadikan malaikat-malaikat hamba-hamba (Allah) Yang Maha Pengasih itu sebagai jenis perempuan. Apakah mereka menyaksikan penciptaan (malaikat-malaikat itu)? Kelak akan dituliskan kesaksian mereka dan akan dimintakan pertanggungjawaban.”
[Surat Az-Zukhruf 19]

Terdapat 2 qiroat pada lafadz “أَشَهِدُوا” .

● Qiraat hafs sebagaimana yang tertulis diatas dibaca أَشَهِدُوا yg maknanya adalah :
“Apakah mereka menyaksikan penciptaan malaikat2 tersebut?”
● Sedangkan qiroat yang lain dibaca : أَأُشْهِدُوْا yang maknanya adalah :
“Apakah mereka dihadirkan saat penciptaan para malaikat tersebut?”

Sehingga dengan dikumpulkannya dua qiraat yang ada akan semakin membantah kedustaan orang-orang musyrik tentang klaim mereka bahwa malaikat adalah anak perempuan Allah, Maha suci Allah atas apa yang mereka katakan. Sebab mereka tidaklah hadir dan tidak pula Allah menghadirkan mereka saat penciptaan malaikat.

Masih banyak contoh-contoh lain seputar penerapan kaidah diatas yang akan semakin membuat kita takjub akan keindahan qiroat Al quran.

Wallahu a’lam.

______

Referensi :
-Al hujjah lil qurro as sab’ah, Abul fath Al farisi
-Al hujjah, Ibnu Kholawaih

****

Ditulis oleh : Afit Iqwanudin, Amd

(Alumni PP Hamalatulqur’an Yogyakarta, yang saat ini sedang study S1 di Universitas Islam Madinah KSA, Fakultas Qur’an)

Hamalatulquran.com

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here