Setiap orang tentunya akan mendambakan keturunan yang baik nan shaleh shalehah, dengan keturunan tersebut dia bisa meneruskan amal yang telah dibangunnya sedari lama, terutama ketika itu adalah amal kebaikan, maka akan menjadi pahala yang senantiasa mengalir walaupun tubuh telah hancur di makan masa.
Anak adalah pemberian dari Allah ta’ala
يَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ إِنَاثًا وَيَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ الذُّكُورَ
“Dia (Allah) memberi anak perempuan bagi siapa saja yang Dia kehendaki dan memberi anak laki-laki bagi siapa saja yang Dia kehendaki” (QS. as-Syuro: 49).
أَوۡ یُزَوِّجُهُمۡ ذُكۡرَانࣰا وَإِنَـٰثࣰاۖ وَیَجۡعَلُ مَن یَشَاۤءُ عَقِیمًاۚ إِنَّهُۥ عَلِیمࣱ قَدِیرࣱ
“atau Dia menganugerahkan jenis laki-laki dan perempuan, dan menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Dia Maha Mengetahui, Mahakuasa.” (QS. as-Syuro: 50)
Manusia tidak mempunyai keberhakan untuk menentukan memiliki keturunan anak laki-laki atau perempuan atau sekaligus keduanya atau malah menjadi mandul tanpa anak sama sekali, karena anak itu pemberian dari Allah semata.
Mempunyai anak adalah suatu kebanggaan dan dambaan bagi orang tua, tetapi ia juga menjadi amanah besar yang terpikul di atas pundaknya. Sebagaimana orang tua punya hak untuk dijalankan oleh anak, begitu pula anak punya hak yang wajib ditunaikan oleh orang tuanya. Boleh jadi kedurhakaan anak ketika besar cerminan dari hak anak yang tidak tertunaikan oleh orang tuanya.
Dikisahkan ada seorang bapak mengadu kepada kholifah Umar bin Khotob radhiyallahu ‘anhu tentang kedurhakaan anaknya, maka kholifah Umar mendatangkan anak tersebut dan ingin menjeranya dikarenakan kedurhakaannya kepada bapaknya, lantas anak tersebut bertanya kepada khalifah “wahai amirul mukminin (read: khalifah Umar) bukankah seorang anak punya hak yang harus dipenuhi oleh bapaknya ?” Kholifah menjawab “tentu”, apa saja haknya ya amirul mukminin ? Umar menjawab : “memilihkan ibu yang baik untuknya, memilihkannya nama yang baik, dan mengajarinya alquran.” lantas ana itu berkata “semua itu tidak ada yang ditunaikan, ibuku dahulu adalah seorang budak milik orang majusi, memberiku nama ju’la (nama hewan yang suka di kotoran), dan tidak pernah mengajariku alquran walaupun satu huruf.” Maka Umar menengok kepada bapak dan berkata : “kamu datang kepadaku mengadu kedurhakaan anakmu, sedangkan kamu sudah durhaka kepada anakmu sebelum anakmu durhaka kepadamu dan kamu telah berbuat buruk kepadanya sebelum dia berbuat buruk kepadamu.”
Wahai para bapak dan ibu, anda adalah orang pertama kali yang bertanggung jawab atas anak-anak anda, ketika Allah telah mengamanahkan kepada anda seorang anak yang menjadi buah hati, berarti anda telah memikul beban pertanggung jawaban di sisi Allah yang harus anda persiapkan jawaban ketika kelak diminta pertanggung jawabannya.
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ الْإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ فِي بَيْتِ زَوْجِهَا وَمَسْئُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا وَالْخَادِمُ رَاعٍ فِي مَالِ سَيِّدِهِ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya. Imam adalah pemimpin yang akan diminta pertanggung jawaban atas rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban atas keluarganya. Seorang isteri adalah pemimpin di dalam urusan rumah tangga suaminya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan rumah tangga tersebut. Seorang pembantu adalah pemimpin dalam urusan harta tuannya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan tanggung jawabnya tersebut.” (HR. Bukhari).
Seorang bapak akan dimintai pertanggung jawaban kelak atas apa yang telah diamanahkan kepadanya oleh Allah
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka,” (QS at Tahrim: 6)
Semoga penulis dan pembaca senantiasa di beri hidayah untuk menunaikan hak-hak anak keturunannya. Aamiiin.
Bersambung…
Ditulis Oleh: Muhammad Fathoni, B.A