Sahabat pembaca yang budiman rahimakumullah
Mandi adalah kebutuhan manusia untuk menjadikan dirinya sehat, untuk menyegarkan badan dan membuang aroma yang tidak sedap yang melekat pada tubuh. Dalam syariat agama Islam ada kewajiban mandi, karena ternyata mandi termasuk hal yang bisa menghilangkan hadats, yaitu hadats besar, lantas bagaimana sifat mandi janabah yang telah disyariatkan dalam Islam? Berikut penulis akan membahasnya.
Mandi janabah dalam syariat islam ada 2 metode, berikut ulasannya :
1. Mandi yang Bersifat Cukup
Mandi cukup ini adalah mandi yang apabila dilakukan oleh orang yang junub maka sudah mencukupi untuk menghilangkan hadats akbarnya, hanya saja dia tidak afdhol (utama). Mandi seperti ini di sebut oleh fuqoha’ (ulama fiqih) dengan sebutan ghuslul mujzi’.
Tata cara mandi yang bersifat cukup :
Niat mandi untuk menghilangkan hadats akbar, lalu berkumur dan istinsyak(mengambil air dengan hidung) untuk kehati-hatian, lalu mengguyurkan air ke seluruh tubuh, tidak ada setitikpun dari tubuh kecuali kena air. Mandi jenis ini tidak memandang dari mana mulainya, baik di mulai dari tangan atau kaki atau kepala, atau perut tidak masalah, hal terpenting dari mandi jenis ini adalah; niat menghilangkan hadats akbar dan mengguyurkan air keseluruh tubuh.
2. Mandi yang Bersifat Sempurna
Mandi yang bersifat sempurna adalah mandi janabah yang benar-benar mengikuti metode mandinya Rasulullah shallallahu ‘alaihi was salam dari awal sampai akhir, dan mandi ini disebut oleh fuqoha’ dengan sebutan ghuslul kamil.
Tata cara mandi bersifat sempurna:
Di mulai dari niat mandi untuk menghilangkan hadats akbar, lalu istinja’ (cebok dengan air untuk menghilangkan najis yang ada pada dubur, qubul dan sekitarnya), lalu cuci tangan dan berwudhu seperti wudhunya untuk sholat, hanya saja pada basuhan kaki boleh diakhirkan setelah mengguyur badan, lalu ambil air dan disiramkan ke kepala tiga kali sambil di pijat-pijat sampai masuk ke pori-pori rambut kepala, lalu ambil air dan mengguyurkan ke badan dimulai dari sisi kanan sambil meratakan air keseluruh badan, jika kaki belum di basuh ketika wudhu, maka bisa di basuh setelah ini, dengan bergeser sedikit dari tempat berdirinya. Dengan ini maka sempurnalah mandi janabahnya. Seperti inilah Rosulullah –‘alaihis sholatu was salam– mandi janabah, seperti yang dikisahkan oleh ibunda Aisyah dan Maimunah radhiyallau ‘anhuma dalam hadits riwayat imam Bukhari dan Muslim.
Berikut penulis menukilkan haditsnya ;
عن عائشة زوج النبي صلى الله عليه وسلم: أن النبي صلى الله عليه وسلم كان إذا اغتسل من الجنابة، بدأ فغسل يديه، ثم يتوضأ كما يتوضأ للصلاة، ثم يدخل أصابعه في الماء فيخلل بها أصول شعره، ثم يصب على رأسه ثلاث غرف بيديه، ثم يفيض الماء على جلده كله
Dari ibunda ‘Aisyah –radhiyallahu ‘anha– istri Nabi -‘alaihis sholatu was salam– : bahwa Nabi –‘alaihis sholatu was salam– apabila beliau mandi janabah, beliau mulai dengan mencuci tangan, lalu berwudhu seperti wudhunya untuk shalat, lalu memasukkan telapak tangannya ke air dan menyela-nyela dengannya ke kepala beliau, lalu menyiramkan air dengan kedua tangan ke kepalanya sebanyak tiga kali, lalu mengguyurkan air ke seluruh badannya. (HR. Bukhari dan Muslim)
عن ابن عباس قال: قالت ميمونة: وضعت لرسول الله صلى الله عليه وسلم ماء يغتسل به، فأفرغ على يديه فغسلهما مرتين مرتين – أو ثلاثًا – ثم أفرغ بيمينه على شماله، فغسل مذاكيره، ثم دلك يده بالأرض، ثم مضمض واستنشق، ثم غسل وجهه ويديه، وغسل رأسه ثلاثًا، ثم أفرغ على جسده، ثم تنحى من مقامه فغسل قدميه
Dari sahabat ibnu Abbas radhiyallau ‘anhuma berkata : Maimunah radhiyallau ‘anha berkata: aku menyiapkan air untuk mandinya Rosuullahl –‘alaihis sholatu was salam-, beliau menuangkan air ke kedua tangannya dan mencucinya sebanyak dua kali atau tiga kali, kemudian menuangkan air dengan tangan kanannya ke tangan kirinya, lalu mencuci kemaluannya, kemudian beliau menepuk tanah dengan tangannya dan menggosokkannya, kemudian beliau berkumur-kumur dan istinsyak (ambil air dengan hidung), kemudian membasuh wajah, kedua tangan dan kepala sebanyak tiga kali, kemudian beliau mengguyur seluruh badannya, kemudian bergeser dari tempat berdirinya lalu membasuh kakinya. (HR. Bukhari)
Jenis mandi kamil ini mempunyai aturan khusus di dalam melakukannya yaitu ; niat, wudhu, menyela-nyela rambut kepala supaya meresap ke pori-pori kepala dan mengguyurkan air ke seluruh badan dimulai dari sisi kanan dahulu.
Inilah dua metode mandi janabah dalam syariat islam, kedua-duanya bisa mengilangkan hadats akbar, dan menjadi salah satu syarat sahnya suatu ibadah. Wa Allahu a’lam bis showab.
Referensi :
- https://binbaz.org.sa/fatwas/13710/
- https://islamqa.info/ar/answers/83172/
- https://www.alukah.net/sharia/0/152955/
Ditulis oleh: Muhammad Fathoni, B.A