Bismillah…
Kitab itu (Al quran) Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami. (QS : Fathir : 32).
Generasi yang tumbuh dalam balutan Al Quran tentu akan tumbuh menjadi generasi istimewa. Itulah yang telah diterapkan oleh Rasullulloh shollallahu ‘alaihi wasallam dalam mendidik para sahabatnya, hingga menjadi generasi terbaik dari umat ini.
Disamping menerapkan kandungan Al Quran dalam kehidupan sehari-hari, mereka juga berusaha menjaga al quran di dalam dada serta menghiasi lisan mereka dengannya.
Kita perlu mempelajari bagaimana perjuangan para pendahulu kita dalam menjaga firman Allah subhanahu wata’ala tersebut, sebab banyak sekali mutiara hikmah yang bisa kita peroleh saat menyelami kehidupan mereka.
Oleh karenanya, redaksi hamalatulquran akan berusaha menyajikan kisah hidup mereka dalam artikel lepas berseri dengan tagline : Serial Ahli Qiroat.
Pada episode perdana kali ini, akan kami paparkan beberapa sahabat yang dikenal rajin dalam mempelajari Al Quran dari Nabi. Atau yang kita kenal dalam istilah sekarang dengan talaqqi dan “setoran hafalan Al Quran”.
Pertama, Utsman bin Affan rhodyiallohu ‘anhu
Kebanyakan kaum muslimin mungkin hanya mengenal beliau sebagai Kholifah ke-3 selepas Abu Bakar dan Umar bin Khottob rhodhiyallohu ‘anhuma. Namun jika kita telisik lebih dalam akan kita dapati bahwa beliau merupakan satu dari beberapa sahabat yang paling terkenal dalam masalah menjaga alquran dan mengajarkannya. Tak heran jika nama beliau senantiasa terpatri indah di sebagian besar ijazah sanad al quran.
Saat memegang tampuk kekhalifahan, beliau memiliki kontribusi yang amat besar dalam sejarah kaum muslimin, diantaranya ialah jasa beliau dalam pembukuan al quran. Buah manis dari kerja keras beliau bisa kita nikmati hingga saat ini dalam mushaf Al Qur’an yang kita kenal dengan Rosm Utsmani.
Beliau juga merupakan satu dari sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga sebagaimana dikabarkan oleh Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wasallam, adakah jaminan yang lebih dahsyat dari itu??
Menyiapkan ratusan unta dan kuda serta seribu dinar untuk perang Tabuk, membebaskan ratusan bahkan ribuan budak, menginfakkan seratus unta beserta gandum yang dibawanya pada masa paceklik, mewakafkan sumur Rumiyah dimasa kekeringan, semua hal tersebut bermuara pada satu hal, mencari keridhoan Allah subhanahu wata’ala.
“Apapun yang Utsman perbuat setelah ini tidak akan membuatnya celaka”, ucap baginda Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wasallam menjelang perang Tabuk.
(HR Turmudzi dan dihasankan oleh Albani).
Dari sekian banyak kelebihan beliau, ada satu keistimewaan yang tidak dimilik manusia manapun dari umat ini, yaitu menikahi dua putri Rasululloh shollallohu ‘alaihi wasallam, Ruqoyyah dan Ummu Kultsum. Julukan Dzunnuroin (pemilik dua cahaya) akhirnya melekat pada diri beliau karena keistimewaan ini.
Kedua, Ali bin Abi tholib rhodyiallohu ‘anhu
“Tidak kudapati orang yang lebih piawai dari Ali bin Abi Tholib dalam membaca al quran” (Abu Abdirrohman As Sulami)
Khalifah kaum muslimin yang ke-4 ini tumbuh besar dalam bimbingan Rasululloh shollallohu ‘alaihi wasallam, tak heran jika al quran menjadi santapannya sehari-hari.
Sebagaimana Utsman bin Affan, beliau juga merupakan salah satu dari 10 sahabat yang dijamin masuk surga dan sekaligus merupakan menantu Rasululloh shollallohu ‘alaihi wasallam.
Pada saat perang Khoibar berkecamuk ditahun 7 Hijriyah, beliau mendapatkan kepercayaan sebagai pemegang panji Rasululloh shollallohu ‘alaihi wasallam. Diwaktu yang sama Rasul juga mengumumkan ke khalayak umum bahwa Ali rhodyiallohu ‘anhu merupakan sosok yang mencintai Allah dan Rasul-Nya serta dicintai oleh keduanya.
Dua tahun setelahnya, tepatnya pada tahun 9 Hijriyah kaum muslimin bersiap untuk berangkat ke medan perang yang berlokasi di Tabuk. Namun lain cerita dengan Ali bin Abi Tholib, Rasul memerintahkannya untuk berdiam di Madinah berperan sebagai wakil beliau. Guratan kesedihan terlihat jelas di wajah beliau lantaran keinginan untuk berjihad dijalan Allah sudah sangat menggebu didalam dada.Menanggapi hal tersebut Rasul pun menghibur seraya bersabda,
“Tidakkah engkau ridho memiliki kedudukan disisiku sebagaimana kedudukan Harun disisi Musa ‘alaihimassalam“? (HR Bukhori)
Ketiga, Abu Musa Al Asy ‘ari rhodyiallohu ‘anhu
Suatu hari di tahun 7 Hijriyah menjelang penaklukan benteng Khoibar, datanglah sekelompok orang dari kabilah Al Asy’ari, sebuah kabilah yang berasal dari negri Yaman. Butuh waktu yang cukup lama untuk bisa sampai di kota Nabi, terlebih lagi mereka harus menyebrangi lautan menuju Habasyah sebelum menuju kota Madinah. Namun semua itu terbayar saat berhasil berjumpa dengan Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wasallam. Diantara rombongan kabilah tersebut terdapat Abdulloh bin Qois, yang nantinya lebih dikenal dengan Abu Musa Al Asy-‘ari rhodyiallohu ‘anhu.
Meskipun kebersamaan beliau dengan Nabi terbilang cukup singkat, namun dengan karunia Allah serta kegigihan dalam menuntut ilmu beliau akhirnya menjadi seorang yang alim lagi hafal al quran.
Selain kecerdasan, Abu Musa juga dikaruniai suara yang merdu, bahkan Rasul pun kagum dengan keindahan suara beliau saat melantunkan ayat-ayat suci al quran. Beliau bersabda,
“Sungguh engkau telah dikaruniai sebagian keindahan suara keluarga Dawud.“ (HR Muslim)
Di zaman Nabi beliau dipercayakan sebagai pemimpin di sebagian wilayah Yaman yaitu, Zubaid dan Adn. Sedangkan pada masa Khalifah Umar bin Khatab, beliau diangkat sebagai gubernur kota Kufah, hingga akhirnya dipercaya sebagai gubernur kota Basroh di zaman Utsman. Ini menunjukkan bahwa Abu Musa memiliki talenta seorang pemimpin.
Rasululloh shollallohu ‘alaihi wasallam pernah mendoakan beliau, agar diampuni dosanya serta dimasukkan ke tempat yang mulia pada hari kiamat kelak. (HR Muslim)
Keempat, Abu Darda’ Al-Anshori radhiyallahu’anhu
Cuplikan kisah hidup beliau bersama al quran sudah pernah dibahas di website ini pada 2 artikel berbeda, yaitu :
Sang Mudir Tahfidz Abu Darda Al Anshory
Halaqot Tahfidz, Metode Abu Darda’ Mengajar Al Quran
Ringkasan biografi di atas, merupakan pembuka untuk kisah-kisah yang –insyaAllah– akan kami hidangkan kepada para pembaca dalam Serial Ahli Qiroat. Sebagaimana ayat yang kami kutip di awal tulisan, mereka merupakan hamba-hamba pilihan Allah subhanahu wata’ala. Oleh karena itu, hendaknya kita belajar dari mereka sebab selalu ada kemungkinan untuk ikut serta menjadi manusia pilihan. Wallahu a’lam bishowab
Ikuti episode selanjutnya dalam Serial Ahli Qiroat #2 : 4 Sahabat Ahli Quran yang direkomendasikan Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam.
Hanya di situs favorit anda, Hamalatulquran.com.
Semoga bermanfaat…
____
Referensi : Imam Adz Dzahaby, Ma’rifatul Qurrro Al Kibar.
***
Ditulis oleh : Afit Iqwanudin, Amd
(Alumni PP Hamalatulqur’an Yogyakarta, yang saat ini sedang study S1 di Universitas Islam Madinah KSA, Fakultas Qur’an)
Hamalatulquran.com