Bismillahirrahmanirrahim..
Berjuang akan lebih ringan, saat kita tahu ganjaran di balik langkah juang kita. Menjadi penghafal Al-Qur’an, adalah cita-cita sangat mulia. Dan tak ada sesuatupun yang mulia, kecuali butuh perjuangan besar untuk mendapatkanya. Oleh karenanya, untuk menjadi penghafal Al-Qur’an butuh sabar dan semangat juang yang tak kenal lelah dan menyerah. Perjuangan ini, akan terasa ringan dan lelahnya akan terlupakan, jika kita mengetahui istimewanya menjadi penghafal Al-Qur’an.
Berikut ulasannya :
Pertama, pahala berlimpah.
Allah berfirman,
إِنَّ ٱلَّذِينَ يَتۡلُونَ كِتَٰبَ ٱللَّهِ وَأَقَامُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَأَنفَقُواْ مِمَّا رَزَقۡنَٰهُمۡ سِرّٗا وَعَلَانِيَةٗ يَرۡجُونَ تِجَٰرَةٗ لَّن تَبُورَ* لِيُوَفِّيَهُمۡ أُجُورَهُمۡ وَيَزِيدَهُم مِّن فَضۡلِهِۦٓۚ إِنَّهُۥ غَفُورٞ شَكُورٞ
Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Al-Qur’an dan melaksanakan shalat dan menginfakkan sebagian rezeki yang i anugerahkan kepadanya dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perdagangan yang tidak akan rugi. Agar Allah menyempurnakan pahalanya kepada mereka dan menambah karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Mensyukuri.
(QS. Fathir : 29-30)
Kata Imam Al-Baghowi rahimahullah, makna “perdagangan yang tak akan merugi” adalah,
والمراد من التجارة ما وعد الله من الثواب
pahala yang telah Allah janjikan..
(Tafsir Al Baghowi).
Dan bila kita renungi ayat di atas, ternyata mengandung pesan indah bagi pada penghafal Al-Qur’an. Ayat ini sedang berbicara tentang penghafal Al-Qur’an, yang mengamalkan apa yang dia hafal. Pada awal ayat, Allah menyebut “orang-orang yang menghafal Al-Qur’an”. Kemudian di kelanjutan ayat, Allah menyebut amalan-amalan istimewa berupa sholat dan infak di jalan Allah. Baru kemudian Allah menjelaskan ganjarannya, yaitu orang-orang yang seperti inilah yang mengharap perdagangan dengan Allah, yang pasti untung. Berupa pahala yang melimpah ruah. Menunjukkan bahwa :
[1] Penghafal Al-Qur’an yang jujur mengharap ridho Allah, adalah mereka yang mengamalkan ayat-ayat suci yang dia hafalkan.
Mengumpulkan antara membaca/menghafal Al-Qur’an, dan amal.
Senada dengan penjelasan Imam Qurthubi rahimahullah saat menafsirkan ayat di atas,
هذه آية القراء العاملين العالمين الذين يقيمون الصلاة الفرض والنفل ، وكذا في الإنفاق
Ayat ini, adalah ayat yang berbicara tentang orang-orang yang pandai membaca dan menghafal Al-Qur’an, yang mengamalkan dan juga mengilmui. Mereka yang giat melakukan sholat wajib maupun sunah, dan juga dermawan dalam berinfak. (Tafsir Al-Qurtubi)
[2] Penghafal Al-Qur’an yang mendapat pahala berlimpah yang dijanjikan dalam ayat, adalah mereka yang mengamalkan ayat-ayat yang mereka hafal.
Kedua, orang terbaik.
Menjadi orang terbaik di mata dunia adalah dambaan banyak orang. Disanjung, dihormati, disegani, dimuliakan dimana-mana.. siapa yang tidak tergiur dengan fasilitas istimewa itu. Oleh karenanya orang rela berjuang maksimal demi meraih kemuliaan ini, melalui ketenaran, kursi jabatan, karir dan sarana lainnya.
Namun sayang, itu bukan kemuliaan hakiki. Mungkin akan berakhir bersama berakhirnya masa jabatan atau ketenaran. Karena, tak ada yang abadi di dunia ini. Bahkan seringkali dunia ini memberikan kebohongan.
Ada satu langkah untuk menjadi manusia terbaik dan anda akan mendapatkan kemuliaan hakiki. Hakiki karena dengan lanhkah ini, anda mulia di mata Allah ‘azza wa jalla dan RasulNya. Apakah itu ?
Biarlah Nabi shallallahu’alaihi wasallam yang menjawab,
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
“Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)
Ketiga, bersama malaikat yang mulia.
Nabi shalallahu alaihi wa sallam bersabda,
مثل الذي يقرأ القرآن وهو حافظ له مع السفرة الكرام البررة ومثل الذي يقرأ وهو يتعاهده وهو عليه شديد فله أجران.
“Perumpamaan orang yang membaca Qur’an sementara dia telah menghafalkannya, dia bersama para Malaikat yang mulia. Dan perumpamaan yang membaca dalam terbata-bata, dia mendapatkan dua pahala.”
(HR. Bukhori dan Muslim)
Bersama Al Qur’an, selalu kebahagiaan yang kita dapatkan. Mahir membaca dan menghafal Al-Qur’an, bersama malaikat yang mulia. Kurang pandai baca Qur’an, tidak perlu putus asa, anda mendapat dua pahala, pahala berjuang memperbaiki bacaan Qur’an dan pahala membaca Al Qur’an.
Subhanallah.. dua kondisi yang selalu menguntungkan.
Sampai Imam Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah saat ditanya mana yang lebih utama, jihad atau membaca Al Qur’an. Beliau menjawab membaca Al Qur’an lebih utama berdasarkan hadis ini. (Lihat : catatan kaki hal. 14, At-Tibyan)
Keempat, derajat tinggi di surga.
Nabi shalallahu alaihi wa sallam mengabarkan,
يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآن اِقْرَأ وَارْتَقِ، وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّل فِيْ الدُنْيَا، فَإِنَّ مَنْزلكَ عِنْدَ آخِر آية تَقْرَؤُهَا
“Di akhirat nanti, dikatakan kepada para penghafal Al-Qur’an, “Bacalah dan naiklah. Bacalah dengan tartil sebagaimana engkau membacanya tartil saat di dunia. Karena derajatmu di surga tergantung pada ayat terakhir yang engkau baca. (HR. Abu Dawud)
Sampai sebagian ulama, seperti Imam Al Khottobi rahimahullah menyimpulkan dari hadis ini, bahwa derajat surga sejumlah ayat dalam Al-Qur’an. Semakin banyak ayat Qur’an yang dibaca di hari Kiamat kelak, setinggi itu pula derajatnya di Surga. (Lihat : Shohih at Targhib wat Tarhib, 2/165)
_______
Referensi :
– At-Tibyan fi Adabi Hamalatil Qur’an, Dar Ibnu Hazm, tahqiq : Muhammad Al Hajjar. Cetakan keempat.
– Shohih at Targhib wat Tarhib, Maktabah Al-Ma’arif, Riyad, cetakkan pertama.
– Tafsir Al Baghowi
– Tafsir Al Qurthubi
***
Ditulis oleh: Ahmad Anshori, Lc.
Hamalatulquran.com
Tulisan ini telah diterbitkan di Majalah SaQu (Sahabat Qur’an), edisi 2 th 2019.
SAYA senang termotivasi mempelajari dan ingin menghafal alquran walaupun usia sdh 54 tahun Tak Gentar Tuk belajar Alquran.
Semoga Allah ta’ala mudahkan untuk istiqomah.