Home Artikel Menyoal Hadits : Barang siapa yang mengenal dirinya, niscaya ia mengenal Rabbnya

Menyoal Hadits : Barang siapa yang mengenal dirinya, niscaya ia mengenal Rabbnya

17096
0

 مَنْ عَرَفَ نَفْسَهُ فَقَدْ عَرَفَ رَبَّه

Artinya:

Barang siapa yang mengenal dirinya, niscaya ia mengenal Rabbnya.

Ungkapan di atas sangat populer di tengah masyarakat. Bahkan, dicantumkan dalam sebagian buku panduan ceramah dan khutbah. Serta disandarkan kepada rasulullah shallallahu alaih wasallam. Apakah benar ungkapan di atas termasuk hadis? Mari simak penjelasannya.

Keterangan ulama berkaitan dengan ungkapan di atas

donatur-tetap

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata,

وَبَعْضُ النَّاسِ يَرْوِي هَذَا عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَيْسَ هَذَا مِنْ كَلَامِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَا هُوَ فِي شَيْءٍ مِنْ كُتُبِ الْحَدِيثِ وَلَا يُعْرَفُ لَهُ إسْنَادٌ

“Sebagian orang meriwayatkan hadis ini dari nabi shallallahu alaih wasallam. Padahal (ungkapan tersebut) tidak termasuk dari perkataan beliau, tidak pula ditemukan dalam literatur hadis, serta tidak diketahui sanadnya (rentetan perawi sampai kepada nabi).” (majmu’ al-Fatawa, 16/349-350)

Perhatikan pernyataan ibnu Taimiyah “tidak diketahui sanadnya”. Hal ini menunjukkan bahwa ungkapan di atas benar-benar tidak memiliki sumber dari rasulullah shallallahu alaih wasallam.

Perlu diketahui, jika sebuah hadis memiliki sanad, artinya masih ada kemungkinan untuk diteliti dan ditelusuri sumber serta validitas hadisnya. Namun, jika tidak memiliki sanad, bagaimana cara menelusurinya?

Al Amir Muhammad Al Maliki pun menegaskan,

لَيْسَ بِحَدِيثٍ بَلْ هُوَ مِن كَلَامِ الْعَامَّةِ

“Perkataan tersebut bukan hadis (nabi). Tetapi hanya ungkapan orang-orang awam (mereka berperan dalam menyebarkannya, sehingga Al Amir Almaliki menisbatkannya kepada mereka-pent).” (an-Nukhbah al-Bahiyyah, no. 365)

Oleh karena itu, tidak sedikit dari para ulama yang mencantumkan ungkapan di atas dalam karya mereka yang menghimpun hadis-hadis palsu. Seperti,

  1. Ash Shaghani dalam al-Maudhu’at.
  2. Ibnu ‘Arraq Al Kinany dalam tanzih asy-Syariah.
  3. Ali al-Qary dalam al-Maudhu’at Ash Shughra dan al-Maudhu’at al-Kubra.

Artinya, mereka setuju akan status ungkapan مَنْ عَرَفَ نَفْسَهُ فَقَدْ عَرَفَ رَبَّهُ

sebagai perkataan yang memang tidak memiliki sumber dari nabi shallallahu alaih wasallam.

Dengan demikian, tidak boleh menisbatkannya kepada rasulullah shallallahu alaih wasallam.

Wallahu a’lam, Semoga bermanfaat.


Ditulis Oleh : Abu Hurairah, BA 

(Alumni PP. Hamalatulqur’an Yogyakarta, S1 fakultas Hadis Univ. Islam Madinah KSA. Saat ini sedang menempuh studi S2 prodi ilmu hadis, di universitas dan fakultas yang sama).

hamalatulquran.com

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here