Rumah tangga yang sering terlihat bahagia di media sosial sering dijadikan barometer sebagai keluarga sakinah. Padahal setiap keluarga memiliki masalah yang tidak diketahui orang lain. Oleh Karenanya, setiap perintis keluarga sakinah jangan mengukur suatu keluarga yang sakinah dari yang sampak di media sosial, namun hendaknya fokus pada proses terbaik yang bisa dilakukan.
Kebahagiaan di dunia yang Allah berikan kepada hambanya yang bertaqwa bisa dengan beraneka macam bentuk. Diantara kebahagiaan dunia adalah keluarga sakinah. Sebuah keluarga yang di dalamnya dihiasi ketenangan. Sebagaimana yang disebutkan dalam Mu`jam Al Wasith bahwa sakinah berarti ketenangan.
Keluarga yang penuh rasa tenang menjadi harapan semua manusia yang memulai kehidupan berkeluarga. Ketika ketenangan terpancar di setiap ruang-ruang rumah, maka masa-masa yang dilalui dalam menjalani kehidupan keluarga akan semakin nyaman dan bahagia karena membuahkan rasa kasih sayang antar sesama. Allah Subhanahu Wata`ala berfirman:
“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang.” (QS Ar-Rum: 21)
Sebagai bentuk upaya untuk mendapatkan keluarga sakinah adalah dengan taqwa. Berikut ini diantara bentuk ketaqwaan yang perlu dijadikan bagian terpenting dalam proses mendapatkan keluarga Sakinah, yaitu:
- Niat Menikah Karena Allah, Bukan Hanya Suka Sama Suka
Ciri orang yang bertaqwa adalah memiliki niat karena Allah dalam melakukan berbagai hal positif. Disebut taqwa karena seseorang melakukan kebaikan atas perintah dari Allah dan Rasulnya. Sangat disayangkan apabila menikah bukan karena Allah, karena niat yang tidak tepat akan memberikan manfaat yang sifatnya tidak kekal.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا، فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
“Dan barang siapa hijrahnya karena dunia yang ingin ia raih atau karena wanita yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya kepada apa yang ia niatkan.” (HR Bukhari dan Muslim)
Seperti menikah hanya karena suka sama suka. Perasaan suka ini bisa jadi timbul karena kelebihan tertentu pada dari pasangan. Apabila kelebihan pasangannya bersifat sementara dan perlahan luntur, maka secara perlahan rasa sayangnya pun juga bisa ikut luntur. Sehingga membuat mudah berkurang kepeduliannya terhadap pasangannya. Pada level yang memprihatinkan, ketidak pedulian tersebut berujung saling mengabaikan dan hilang sakinahnya
- Ikhtiar dengan Cara yang Diridhai Oleh Allah
Diantara bentuk taqwa dalam manapaki jalan menuju keluarga sakinah adalah melaui proses yang diridhoi Allah. Hal ini bisa terwujud dalam bentuk perbuatan yang dibenarkan menurut syari`at islam. Semakin tinggi taqwa seorang, semakin dekat dengan kemudahan yang diraih. Allah Subhanahu Wata`ala berfirman:
وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجۡعَل لَّهُۥ مَخۡرَجٗا
“Barang siapa bertaqwa kepada Allah niscaya dia akan membukakan jalan keluar baginya.” (QS At-Thalaq: 2)
Sakinah bisa menjadi jalan keluar ketika ada masalah dalam rumah tangga. Apabila orang lain menghadapi masalah rumah tangga dengan penuh emosi, teriakan, adu fisik, maka keluarga yang dianugrai sakinah tidak mudah terseret ke dalam suasana tersebut. Inilah salah satu bentuk jalan keluar yang Allah berikan dalam rumah tangga.
Dari ayat di atas, bisa dipahami kaedah sebaliknya, yaitu apabila Allah melarang proses yang tidak diridhoinya, perlu segera dihindari. Karena semakin jauh dari taqwa, semakin sulit mendapatkan jalan keluar dalam rumah tangga.
Sangat disayangkan banyak masyarakat di sekitar kita yang menganggap proses yang tidak baik sebagai proses yang harus dijalani. Seperti proses pacaran, yang mana proses ini tidak mungkin bisa berjalan kecuali harus melewati masa-masa berudaan. Padahal syari`at islam dengan sangat jelas bahwa berduaan (ikhtilat) dengan lawan jenis selain mahramnya hukumnya terlarang. Rasulullah Shallallohu Alaihi Wasallam bersabda:
لَا يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إِلَّا مَعَ ذِي مَحْرَمٍ
“Janganlah seseorang dari kalian berkhulwah (menyendiri) dengan seorang perempuan kecuali bersama dengan mahramnya.” (HR Bukhari no. 5233)
Akibat dari khulwah ini, sudah banyak terjadi berbagai kerusakan. Bukan sakinah yang didapatkan, melainkan perzinaan dimana-mana, pembunuhan dikarenakan cemburu, pembuangan anak karena malu, perselingkuhan karena ingat kenyamanan palsu dengan mantan pacar.
- Menguatkan Keimanan Dalam Menghadapi Ujian Rumah Tangga
Keluarga sakinah bukan keluarga yang tidak tersentuh ujian. Justru semakin seorang bertaqwa akan semakin tinggi ujiannya. Namun ketika dihadapkan dengan ujian, orang yang bertaqwa sudah siap menjalaninya. Berawal dari keyakinan bahwa Allah lah yang membuat ujian itu hadir dalam keluarganya dan Allah lah yang mengganjar dengan pahala besar bagi yang berhasil menjalaninya.
Seorang muslim perlu mengetahui bahwa kehidupan orang yang paling bertaqwa penuh dengan ujian berat. Rasulullah Shallalllohu Alaihi Wasallam, sebagai manusia yang paling bertaqwa menjalani ujian yang komplit dari berbagai sisi kehidupannya. Ujian beliau mulai dari ekonomi yang sangat sulit ketika berdakwah. Secara sosial beliau dikucilkan, diboikot, dihina, dan diteror. Secara keyakinan, beliau diimingi-imingi kemewahan, wanita dan kedudukan agar berhenti berdakwah.
Ujian di atas sangat berpengaruh terhadap keluarga beliau. Namun tidak pernah tertuang dari tinta sejarawan bahwa beliau dan keluarganya mengeluh. Justru beliau menjalaninya dengan keimanan yang kuat. Sehingga beliau membawa ketenaangan jiwa saat pulang, yang membuat isi keluarganya merasakan kenyamanan dan penuh denganketenangan.
Ditulis Oleh: Malki Hakim, S.H
Artikel: HamalatulQuran.Com