Home Artikel Kekhawatiran Terhadap Amal Ibadah

Kekhawatiran Terhadap Amal Ibadah

534
0

Kita setiap hari kita beramal, dari mulai bangun tidur sampai tidur lagi, ada perbuatan yang baik ada pula yang buruk.

Kemaksiatan sudah terjamin akan tercatat sebagai dosa, adapun amal ibadah tidak ada jaminan apakah tercatat sebagai pahala ataukah dosa, namun kekhawatiran terhadap amal ibadah sendiri bukanlah hal yang negatif.

Kekhawatiran terhada amal ibadah justru menjadi tanda diterimanya amal ibadah dan juga sifat seorang mukmin yang Allah subhanahu wata’aala sebutkan dalam Al-Quran,

 وَٱلَّذِينَ يُؤْتُونَ مَآ ءَاتَوا۟ وَّقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَىٰ رَبِّهِمْ رَٰجِعُونَ

“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada rab mereka” (QS. Al-Mukminun : 60)

Ayat di atas bisa kita fahami dengan hadis yang di bawakan oleh Imam Ahmad rahimahullah ta’ala:

donatur-tetap

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ آدَمَ، حَدَّثَنَا مَالِكُ بْنُ مِغْوَل، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ سَعِيدِ بْنِ وَهْبٍ، عَنْ عَائِشَةَ؛ أَنَّهَا قَالَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، {وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ} ، هُوَ الَّذِي يَسْرِقُ وَيَزْنِي وَيَشْرَبُ الْخَمْرَ، وَهُوَ يَخَافُ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ؟ قَالَ: “لَا يَا بِنْتَ أَبِي بَكْرٍ، يَا بِنْتَ الصِّدِّيقِ، وَلَكِنَّهُ الَّذِي يُصَلِّي وَيَصُومُ وَيَتَصَدَّقُ، وَهُوَ يَخَافُ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ”

Telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Adam, telah menceritakan kepada kami Malik ibnu Magul, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Sa’id ibnu Wahb, dari Aisyah yang mengatakan bahwa ia pernah bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan “orang-orang yang mengerjakan perbuatan mereka, sedangkan hati mereka takut” itu adalah orang yang mencuri, berzina, dan minum khamr dalam keadaan takut kepada Allah?” Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam. menjawab: Tidak, hai anak perempuan As-Siddiq. Tetapi dia adalah orang yang shalat, puasa, dan bersedekah, sedangkan ia takut kepada Allah.

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi dan Ibnu Abi Hatim melalui hadis Malik ibnu Magul, dengan sanad yang sama dan lafaz yang semisal. Disebutkan bahwa Rasulullah shalallahhu ‘alaihi wasallam bersabda:

“لَا يَا بِنْتَ الصِّدِّيقِ، وَلَكِنَّهُمُ الَّذِينَ يُصَلُّونَ وَيَصُومُونَ وَيَتَصَدَّقُونَ، وَهُمْ يَخَافُونَ أَلَّا يُقْبَلَ مِنْهُمْ، {أُولَئِكَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ}

Tidak, hai anak perempuan As-Siddiq. Tetapi mereka adalah orang-orang yang salat, puasa, dan bersedekah, sedangkan hati mereka merasa takut tidak diterima amalnya. (mereka itu bersegera mendapat kebaikan-kebaikan -Al Mu’minun: 61-)

Bisa kita pahami bahwa sifat seorang mukmin yang Allah sebutkan dalam ayat di atas adalah mereka khawatir terhada amal ibadah mereka, bukan kekhawatiran para pelaku maksiat terhadap dosa mereka,

Faidah memiliki kekhawatiran terhadap amal ibadah
  1. Dengan adanya kekhwatiran tersebut menjadikan kita lebih semangat dalam beribadah, karena lazimnya orang yang terhadap amalannya sendiri dia khawatir akan cenderung lebih fokus memperbanyak amalannya.
  2. Orang yang terhada amalannya sendiri dia khawatir dia akan lebih focus memikirkan kekurangan amlannya dan tidak memikirkan amalan orang lain.
  3. Akan menjauhkan dia dari sifat kesombongan, bagaimana mungkin orang yang terhada amalannya sendiri dia khawatir kemudian dia sombongkan.
  4. Dengan adanya kekhawatiran terhadap amal menjadikan kita tidak terlena terhadap pujian-pujian manusia dan juga memuji diri sendiri atau kagum terhadap amalannya sendiri.

Kekhawatiran juga di alami oleh ulama bahkan Nabi dan juga Rasul. Allah Ta’ala befirman,

وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَاهِيمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَإِسْمَاعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا ۖ إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa), “Ya Raab kami, terimalah dari kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 127)

Ayat di atas mennunjukkan bahwa nabi Ibrihim dan Ismail ‘alaihimassalaam berdoa keada Allah agar Allah menerima amlan mereka, doa tersebut menunjukan kekhawatiran nabi Ibrahim dan Ismail ‘alaihimassalaam terhada amalan mereka

Hasan al-Bashri rahimahullah berkata: “Seorang mukmin berkumpul padanya kebaikan dan rasa takut (khawatir), adapun orang munafiq berkumul padanya keburukan dan rasa aman.”

Maka jadilah hamba Allah yang senantiasa khawatir terhadap amalannya, bukan menjadi hamba yang merasa aman terhadap amalannya.

 

**

Disadur dari Potongan Kajian Syeikh Abdurrozaq bin Abdul Muhsin Badr Hafidzohulloh ta’alaa tema Tazkiyyatunnufuus.

Ditulis Oleh : Badruzzaman, Lc

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here