Home Artikel Kasih Sayang Terhadap Sesama

Kasih Sayang Terhadap Sesama

83
0

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:

 قَبَّلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْحَسَنَ بْنَ عَلِيٍّ، وَعِنْدَهُ الْأَقْرَعُ بْنُ حَابِسٍ التَّمِيمِيُّ جَالِسًا، فَقَالَ الْأَقْرَعُ : إِنَّ لِي عَشَرَةً مِنَ الْوَلَدِ، مَا قَبَّلْتُ مِنْهُمْ أَحَدًا. فَنَظَرَ إِلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَالَ : ” مَنْ لَا يَرْحَمُ لَا يُرْحَمُ “.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mencium Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhuma. Saat itu Aqra’ bin Habis at-Tamimi sedang duduk di sisi beliau, lalu ia berkata: ‘Aku memiliki sepuluh anak, tetapi tidak pernah mencium salah satu dari mereka.’ Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Barangsiapa yang tidak menyayangi, maka ia tidak akan disayangi (oleh Allah).’” (HR. Bukhori, no. 5997 dan Muslim no. 2318)

Identitas Perawi

Hadis ini diriwayatkan oleh sahahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu yang memiliki nama asli Abdurrahman bin Sakhr Ad-Dausi ad-Dimasyqi sebagaimana dikuatkan oleh Imam Ibnu Hajar al-Asqalani dalam al-Isbah fi Tamyiz Ash-Shahabah[1]

Beliau mendapatkan julukan Abu Hurairah (bapak kucing) karena suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat seekor anak kucing di lengan beliau, lalu bersabda:

donatur-tetap

‘Wahai Abu Hurairah (wahai bapak kucing)!’

Sejak saat itu, panggilang tersebut melekat hingga akhir hayatnya.

Abu Hurairah masuk Islam pada tahun ke-7 Hijriah ketika terjadi perang Khaibar serta hidup bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selama tiga tahun. Walau singkat, beliau termasuk tujuh sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadis.

Tujuh sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadis yaitu; Abu Hurairah, Abdullah bin Umar, Anas bin Malik, Aisyah binti Abu Bakar, Abdullah bin Abbas, Jabir bin Abdillah, dan Abu Said al-Khudri.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mendoakan Abu Hurairah dengan dua doa mulia; mendoakan agar orang yang mendengar namanya mencintainya serta mendoakan agar ibu Abu Hurairah masuk ke dalam Islam.

Makna Hadis

Hadis ini menggambarkan kelembutan hati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau tidak hanya menjadi suri teladan dalam ibadah akan tetepi juga dalam kasih sayang terhadap anak-anak.

Ketika beliau mencium cucunya, Hasan bin Ali, hal itu mengundang komentar dari Aqra’ bin Habis – seroang pemimpin dari suku Arab badui – yang mengaku tidak pernah mencium anak-anaknya sama sekali. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan dengan sabda beliau yang singkat namun sangat mendalam:

“Barangsiapa yang tidak menyayangi, maka ia tidak akan disayangi.”

Ucapan ini bukan sekadar teguran kepada Aqra’, tetapi juga pelajaran umum bagi seluruh umat manusia agar menumbuhkan rasa kasih sayang, karena kasih sayang merupakan sebab turunnya rahmat Allah.

 

Keras dan Lembutnya Hati

Orang-orang Arab badui pada masa itu dikenal memiliki watak keras dan sedikit menunjukkan kasih sayang, bahkan kepada keluarga sendiri. Hal ini disebabkan lingkungan hidup mereka yang keras dan nilai budaya yang menganggap kelembutan hati adalah kelemahan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam datang untuk mengubah paradigma tersebut. Islam mengajarkan bahwa kelembutan dan kasih sayang adalah tanda keimanan dan kemuliaan hati.

 

Rahmat Allah dan Jenisnya

Hadis ini juga berkaitan dengan sifat rahmat (kasih sayang) Allah. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman

رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَيْءٍ رَّحْمَةً وَّعِلْمًا

“Ya Tuhan kami, sungguh ilmu dan rahmat-Mu meliputi segala sesuatu.” (Qs. Ghafir [40]:7)

 

Sekilas, hadis ‘tidak disayangi oleh Allah’ tampak bertentangan dengan ayat ini. Namun para ulama menjelaskan bahwa rahmat Allah terbagi menjadi dua jenis.

  1. Rahmat ‘Ammah (umum) – mencakup seluruh makhluk, baik mukmin maupun kafir. Rahmat ini berupa nkmat kehidupan, kesehatan, rezeki dan berbagai karunia
  2. Rahmat Khassah (khusus) – rahmat ini hanya diberikan kepada hamba-hamba yang beriman, bertakwa dan memiliki kasih sayang terhadap sesama.

Dengan demikian, hadis ini bermakna bahwa orang yang tidak memiliki rasa kasih sayang tidak akan memperoleh rahmat khusus dari Allah, yakni rahmat yang membawa kebahagiaan abadi di akhirat.

Faedah Hadis

  1. Kasih sayang adalah ciri orang beriman
  2. Kelembutan bukan kelemahan, tetapi kekuatan moral
  3. Anak-anak membutuhkan kasih sayang, bukan hanya pengajaran
  4. Rahmat Allah diberikan kepada orang yang menyayangi
  5. Jangan biarkan budaya menghapus rasa kasih
  6. Mencintai sahabat dan meneladadi akhlak termasuk bagian dari kasih dalam iman

Hadis ini menegaskan bahwa kasih sayang adalah nilai unversal Islam yang tidak hanya diwujudkan dalam ucapan, tetapi juga dalam tindakan nyata seperti perhatian, kelembutan, dan empati terhadap sesama.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadi teladan bagi umat manusia dalam menumbuhkan cinta dan kasih sayang, terutama kepada anak-anak. Maka, siapa yang menebar kasih sayang di bumi, akan disayangi oleh Allah yang Maha Pengasih.

Wallahu a’lam

[1] Ibnu Hajar al-Asqolani, Al-Ishabah fi Tamyiz al-Shahabah (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1995) vol. 7, hlm. 349.

Ditulis Oleh: Fahmi Izuddin, S.Ag

Artikel: HamalatulQuran.Com

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here