Bismillah..
Memiliki sanad Al-Quran merupakan impian setiap para penghafalnya. Sebuah silsilah istimewa yang bersambung hingga Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam dari Malaikat Jibril dari Rabb Semesta Alam. Tak heran jika banyak yg berlomba-lomba untuk bisa meraihnya.
Pun begitu dengan penulis sendiri, impian satu ini sudah lama bercokol dalam hati sejak masih duduk di bangku Madrasah Aliyah Hamalatul Qur’an Yogyakarta. Meskipun saat itu masih belum memiliki gambaran bagabagai dan di mana bisa mendapatkannya. Namun apa salahnya bermimpi?
Tentunya dengan diiringi doa dan usaha.
Singkat cerita Allah ta’ala akhirnya mengabulkan keinginan tersebut, tepatnya saat memasuki tahun kedua perkuliahan di Universitas Islam Madinah. Mengapa tidak segera mengambilnya saat masih duduk di tahun pertama? Jawabannya simpel : Karena minder dan kurang percaya diri. Padahal sejatinya mengambil sanad Al-Quran tidaklah sesulit yg dibayangkan asalkan memiliki kesungguhan dan kesabaran.
Satu hal yang perlu digaris bawahi ialah sanad Al-Quran berbeda dengan sanad hadits maupun sanad-sanad kitab dan mutun yang ada. Sebab seorang calon pewaris sanad Al-Quran diharuskan untuk membacanya dari awal Al Fatihah hingga An Nas di depan sang guru. Hal ini tentu berbeda dengan sanad lain yang bisa diwariskan dengan cara membaca sebagiannya saja atau bahkan dengan metode sama’i (cukup mendengarkan bacaan orang lain dihadapan sang guru).
Imam Ibnul Jazary rohimahulloh dalam kitabnya yang berjudul “Munjidul Muqriin” pernah menegaskan bahwa meskipun seseorang hafal kitab At Taisir (kitab seputar Qiroat Sab’ah) di luar kepala, dia tidak diperbolehkan untuk memberikan sanad Al-Quran jika belum talaqqi secara langsung kepada para guru yang memiliki sanad. Sebab didalam qiroat terdapat hal-hal yang tidak bisa dipelajari kecuali dengan metode talaqqi.
Pada artikel kali ini penulis ingin berusaha menjawab pertanyaan yang dulu pernah bersemayam di pikiran penulis sendiri dan beberapa kawan :
“Apa saja syarat agar bisa mengambil sanad Al-Quran??”
Ada 2 syarat utama yang harus dimiliki oleh seseorang yang hendak mewarisi sanad Al-Quran :
Pertama, hafalan Al-Quran yang kuat (Mutqin).
Biasanya seorang Syaikh akan menguji kekuatan hafalan calon muridnya sebelum diizinkan memulai talaqqi. Hal ini akan menjadi timbangan apakah ia sudah siap untuk mewarisi silsilah sanad mulia ini atau justru sebaliknya.
Kedua, menguasai Ilmu Tajwid
Bukan sekedar teori semata tentunya, akan tetapi sanggup menerapkannya setiap kali membaca Al-Quran.
Dua hal diatas merupakan syarat utama bagi para pencari sanad Al-Quran. Namun perlu diketahui bahwa sebagian Syaikh terkadang menambahkan beberapa syarat lain bagi calon muridnya, seperti :
• Hafal matan Jazariyah serta paham isi kandungannya
• Melakukan setoran 30 juz terlebih dahulu kepada salah satu murid sang guru dan harus selesai dalam waktu tertentu.
Beberapa penuntut ilmu dari Mauritania (Syinqithi) menjelaskan bahwa terdapat beberapa syarat tambahan yang harus mereka miliki jika ingin mewarisi sanad Al-Quran dari para guru di sana.
• Paham dengan baik Riwayat Qolun dan Warsy yang merupakan riwayat paling mashur di sana.
• Hafal dan paham isi kandungan kitab Ad duror Al Lawami’ fi Ashli Maqroi Al Imam Nafi’, sebuah matan berjumlah 276 bait yang membahas seputar Qiroat Imam Nafi’.
• Paham dengan baik ilmu Rosmul Quran
Seorang guru di Mauritania, biasanya akan meminta calon murid untuk menuliskan beberapa lembar Al-Quran guna mengetahui apakah ia sudah memahami ilmu rosmul quran ataukah belum.
Inilah beberapa gambaran umum seputar kriteria yang harus dipenuhi oleh para pencari sanad Al-Quran.
Semoga Allah ta’ala memudahkan kita untuk senantiasa menjadi penjaga kitab-Nya.
_____
Ditulis oleh : Afit Iqwanudin, A.Md
(Alumni PP Hamalatulqur’an Yogyakarta, mahasiswa Pascasarjana jurusan Ilmu Qiro’at, Fakultas Qur’an di Universitas Islam Madinah KSA)
Hamalatulquran.com
***
Mari bergabung menanam saham Jariyah dalam pembangunan PP Tahfidz Hamalatul Qur’an, Sanden, Bantul.
Klik gambar :