Thala’al badru ‘alaina, adalah kasidah yang sangat masyhur di tengah masyarakat nusantara. Kasidah ini terkenal karena adanya Informasi yang menyatakan, bahwa kasidah ini dilantunkan oleh para penduduk Madinah di saat kedatangan Nabi shallallahu’alaihi wa sallam ke kota Madinah, setelah menempuh perjalanan hijrah yang panjang dan melelahkan, dari kota Makkah al Mukarramah..
Namun, validkah penisbatan kasidah ini pada kisah kedatangan baginda Nabi -shallallahualaihiwasallam- ke kota Madinah?
Berikut penjelasannya.
قال ابن عائشة: لَمَّا قَدِمَ عليه السلام المدينةَ جَعَلَ النِسَاءُ والصِّبْياَنُ يَقُلْنَ
طَلَعَ البَدْرُ عَلَينَا … مِن ثَنِيَّاتِ الوَدَاع
وَجَبَ الشُّكْرُ عَلَينَا … مَا دَعَا للهِ دَاع
‘Ubaidullah bin ‘Aisyah berkata,”Tatkala nabi shallallahu alaih wasallam tiba di Madinah, para wanita dewasa dan anak-anak kecil melantunkan syair,
Rembulan telah muncul … dari arah Tsaniyyat al-Wada’
Kami wajib bersyukur … selama penyeru masih mengajak karena Allah.“
Takhrij
Kisah ini diriwayatkan oleh al-Baihaqi dan al-Khal’i. Semua jalur riwayat berporos (P) di Abu Khalifah, katanya: Sami’tu ibnu ‘Aisyah mengisahkan: Tatkala nabi shallallahu alaih wasallam tiba di Madinah … dst.
Skema sanad
Cacat Sanad
Rantai sanad di atas terputus. Karena, secara histori Ubaidullah w 228 H, tentu tidak menyaksikan penyambutan nabi shallallahu ‘alaih wasallam.
Kesimpulan
berdasarkan keterangan di atas, bisa disimpulkan bahwa kisah ini tidak valid. Oleh karena itu, al-Iraqi dan ibnu Hajar menilainya mu’dhal.
Perlu diketahui, sebagian ulama, seperti ibnu al-Qayyim, berpandangan bahwa kisah ini berhubungan dengan kembalinya nabi shallallahu ‘alaih wasallam dari perang tabuk. Karena tsaniyyat al-Wada‘ tertelak di arah tabuk dan syam/utara kota madinah. Sedangkan kota mekkah terletak di arah selatan madinah.
Akan tetapi, yang populer adalah kisah tersebut terjadi tatkala beliau datang berhijrah dari mekkah ke madinah. Demikian makna ungkapan al-Baihaqi,
وهذَا يَذكُرُهُ عُلَمَاؤُناَ عِندَ مَقْدَمِهِ المدينةَ مِنْ مكَةَ
“Para ulama kita menyebutkan kejadian tersebut tatkala beliau shallallahu alaih wasallam datang dari mekkah dan tiba Madinah.”
Catatan:
Sami’tu fulan: si perawi hanya sendirian mendengar hadis tersebut dari si fulan.
Mu’dhal; dua perawi atau lebih hilang secara urut dari sanad.
____
Referensi :
–Dala’il an-Nubuwah, karya al-Baihaqi (juz. 2, hal. 506-507 dan juz. 5, hal. 266)
–Al-Fawaid, karya al-Khal’i (hal. 458, no. 1194)
–Hamlu al-Asfar, al-Iraqi (hal. 749)
–Al-Fath (juz. 7, hal. 262)
–Zad al-Ma’ad (juz. 3 Hal. 482, cet. Ar-Risalah, tahqiq. al-Arnaut)
Ditulis Oleh : Ust. Abu Hurairah, BA
(Alumni PP. Hamalatulqur’an Yogyakarta, S1 fakultas Hadis Univ. Islam Madinah KSA. Saat ini sedang menempuh study S2 ilmu hadis di Fakultas yang sama).
Hamalatulquran.com