Atha’ rahimahullah (w 115 H) merupakan ulama generasi tabi’in. Ia tumbuh besar di kota Mekkah, serta meriwayatkan banyak ilmu dari sahabat nabi shallallahu alaih wasallam, sehingga menjadi seorang ulama rujukan di kota Mekkah saat itu.
Ilmu dan fikih telah menjadikannya besar dan mulia di mata penduduk Mekkah. Bahkan, ia disebut-sebut ulama yang paling mengerti fikih manasik haji. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Abu Ja’far Al Baqir rahimahullah,
مَا بَقِيَ أَحَدٌ أَعْلَمُ بِمَنَاسِكِ الْحَجِّ مِنْ عَطَاءِ بْنِ أَبِي رَبَاحٍ
“Tidak ada dari ulama yang tersisa (hidup) hari ini, yang paling faham tentang manasik haji dari pada Atha’ bin Abi Rabah.”
Sanjungan serupa juga datang dari ulama kota Bashrah, Qatadah bin Di’amah As Sadusi rahimahullah. Katanya,
كَانَ عَطَاءٌ مِنْ أَعْلَمِ النَّاسِ بِالْمَنَاسِكِ
“Atha’ diantara ulama yang paling mengerti tentang manasik haji.”
Tak sampai disitu, ia juga termasuk perawi hadis populer di masanya. Kata Abdulah bin mu’ammal rahimahullah,
قَالُوا وكَانَ ثِقَةً فَقِيهًا عَالِمًا كَثِيرَ الْحَدِيث
“Para ulama berkata: ia (Atha’) adalah sosok yang kredibel, pakar fikih, berilmu, dan banyak meriwayatkan hadis.”
Ya, Atha’ termasuk ulama kredibel, ahli fikih yang piawai, dan perawi hadis. Tak ayal jika sahabat mulia ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu pernah berkata,
يَا أَهْلَ مَكَّةَ! تَجْتَمِعُوْنَ عَلَيَّ وَعِنْدَكُم عَطَاءٌ!
“Hai penduduk Mekkah, bagaimana mungkin kalian berkumpul (meminta fatwa) dihadapanku, padahal disini ada Atha’!
Tetapi, ada yang unik dari seorang Atha’. Dibalik ketinggian ilmu yang ia dapatkan, ternyata ia memiliki cacat fisik yang tidak sedikit.
كَانَ عَطَاءٌ أَسْوَدَ أَعْوَرَ أَفْطَسَ أَشَلَّ أَعْرَجَ ثُمَّ عَمِيَ بَعْدَ ذَلِكَ، فَانْتَهَتْ فَتْوَى أَهْلِ مَكَّةَ إِلَيْهِ
“Aku mendengar sebagian ulama menuturkan, bahwa Atha’ bin Abi Rabah itu berkulit hitam, buta sebelah, pesek, buntung sebelah tangan, pincang, kemudian buta (di akhir hidupnya). Namun begitu, penduduk kota Mekkah menjadikannya sebagai rujukan dalam fatwa (baca-konsultasi agama).”
Demikian keterangan yang disampaikan oleh ulama sejarah ibnu Sa’ad rahimahullah dalam karyanya Ath Thabaqat Al Kubra.
Satu pesan yang bisa kita petik dari sosok seorang Atha bin Rabah adalah, kecacatan fisik bukan sebuah alasan untuk diam termenung, tidak belajar, dan menimba ilmu.
Atha’ bin Abi Rabah dengan segala kekurangan fisik yang ia miliki, mampu mengungguli penduduk kota Mekkah di masanya karena ilmu dan fikih yang berhasil ia raih dengan usaha dan kerja keras. Wallahu a’lam.
***
Referensi:
Ath Thabaqat Al Kubra, Ibnu Sa’ad.
Masyahir Ulama Al Amshar, Ibnu Hibban.
Siyar A’lam An Nubala, Adz Dzahabi.
Ditulis Oleh: Abu Huraerah, Lc.
Artikel HamalatulQuran.com