Alhamdulillah, wassholaatu wassalam ala Rasulillah, waba’du.
Pembaca yang budiman, tentu kita menginginkan rumah kita jauh dari kesan angker atau bahkan adanya gangguan jin yang sering didapati oleh sebagian dari kita. Hal tersebut bisa dihilangkan dengan cara meruqyah rumah.
Sahabat ‘Auf bin malik radiyallahu anhu pernah bertanya kepada Rasulallahu shallallahu alaihi wasallam.
Kami meruqyah di zaman jahiliyyah, bagaimana pendapat engkau wahai Rasulallah shallallahu alaihi wasallam?
فقال :اعْرِضُوا عَلَيَّ رُقَاكُمْ، لَا بَأْسَ بِالرُّقَى مَا لَمْ يَكُنْ فِيهِ شِرْك
Rasulallah shallallahu alaihi wasallam menjawab: Tunjukan kepadaku ruqyah – ruqyah kalian, ruqyah – ruqyah itu tidak mengapa selama tidak mengandung syirik. (HR. Muslim)
Sebelum meruqyah rumah, ada hal yang perlu diperhatikan dari kondisi rumah tersebut, hendaknya rumah dibersihkan dari gambar – gambar yang bernyawa seperti foto manusia atau gambar hewan dan patung.
Rasulallah shallallahu alaihi wasallam bersabda, dari sahabat Abu Hurairah radiyallahu anhu bahwa rasulallah shallallahu alaihi wasallam bersabda
لَا تَدْخُلُ الْمَلَائِكَةُ بَيْتًا فِيهِ تَمَاثِيلُ أَوْ تَصَاوِير
Malaikat tidak akan masuk ke rumah yang di dalamnya terdapat patung – patung serta gambar – gambar (yang bernyawa).
(HR. Bukhari)
Membaca Surat Al- Baqoroh
Kemudian membaca surat al-baqoroh adalah salahsatu cara meruqyah rumah dan mampu mengusir syaitan darinya. Rasulallah shallallahu alaihi wasallam bersabda dari sahabt Abu Hurairah radiyallahu anhu
لَا تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ مَقَابِرَ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْفِرُ مِنْ الْبَيْتِ الَّذِي تُقْرَأُ فِيهِ سُورَةُ الْبَقَرَةِ
Jangan jadikan rumah-rumah kalian sebagai kuburan. Sesungguhnya setan itu akan lari dari rumah yang dibacakan surat Al-Baqarah di dalamnya.(HR. Muslim no. 780)
Dalam hadis lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan,
إِنَّ لِكُلِّ شَيْءٍ سَنَامًا وَسَنَامُ الْقُرْآنِ سُورَةُ الْبَقَرَةِ، وَإِنَّ الشَّيْطَانَ إِذَا سَمِعَ سُورَةَ الْبَقَرَةِ تُقْرَأُ خَرَجَ مِنَ الْبَيْتِ الَّذِي يُقْرَأُ فِيهِ سُورَةُ الْبَقَرَةِ
Sesungguhnya segala sesuatu punya puncak, dan puncak Al-Qur’an adalah surah Al-Baqarah, dan sesungguhnya setan jika mendengar surah Al-Baqarah dibaca maka ia akan keluar dari rumah yang dibaca di dalamnya surah Al Baqarah.”
(HR. Hakim, dinilai Hasan oleh Syaikh Albani).
Maka berdasarkan hadits diatas, meruqyah rumah dapat dilakukan dengan membacakan surat al-baqoroh.
Cara Membaca Surat Al-Baqoroh
Adapun cara membacanya, tidak harus dengan suara yang keras cukup membaca didalam rumah dengan suara lirih.
Sebagaimana juga boleh dibaca dengan cara bertahap walaupun lebih ditekankan membacanya dengan cara sekaligus selesei.
Begitu juga boleh membacanya dengan cara dibagi beberapa orang dan tidak membacanya sendirian, akantetapi membaca sendiri tanpa dibagi-bagi lebih utama.
(https://islamqa.info/ar/69963)
Bacaan dengan Mp3
Syeikh Muhammad bin shalih al-utsaimin pernah ditanya tentang menerapkan hadits diatas dengan suara Mp3, beliau menjawab
لا ، لا ، صوت الشريط ليس بشيء ، لا يفيد ؛ لأنه لا يقال ” قرأ القرآن ” ، يقال : ” استمع إلى صوت قارئ سابق ” ، ولهذا لو سجَّلنا أذان مؤذن فإذا جاء الوقت جعلناه في ” الميكرفون ” وتركناه يؤذن هل يُجزئ ؟ لا يجزئ ، ولو سجلنا خطبة مثيرة ، فلما جاء يوم الجمعة وضعنا هذا المسجل وفيه الشريط أمام ” الميكرفون ” فقال المسجل ” السلام عليكم ورحمة الله وبركاته ” ثم أذَّن المؤذن ، ثم قام فخطب ، هل تُجزئ ؟ لا تُجزئ ، لماذا ؟ لأن هذا تسجيل صوتٍ ماضٍ ، كما لو أنك كتبته في ورقة أو وضعتَ مصحفاً في البيت ، هل يُجزئ عن القراءة ؟ لا يُجزئ
Tidak, suara kaset tidak berfungsi mengusir syaitan. Karna tidak benar rekaman kaset dikatakan “membaca al-qur’an”, lebih tepat dikatakan “dengarkan suara qori(yang membaca al-qur’an) yang sudah berlalu”.
Olehkarenanya rekaman muadzin ketika dinyalakan pas waktu shalat dengan alat bantu mikrofon, apakah boleh? Tentu tidak. Atau rekaman khutbah jum’at, ketika datang hari jum’at diputar rekaman tersebut dan kemudian mutar khutbah, apakah boleh? Tentu tidak boleh.
Karena rekaman adalah suara yang berlalu, sebagaimana kalau engkau menulis transkrip rekaman pada lembar kertas atau engkau letakan al-qur’an di rumah, apakah cukup untuk tidak membaca al-qur’an? Tentu tidak cukup.
(Liqa’ Bab Al-Maftuh, soal nomor 986).
Dari penjelasan diatas, tidaklah cukup seseorang hanya sekedar memutar murottal al-qur’an untuk meruqyah rumahnya.
Wallahu a’lam bis shawab.
***
Ditulis oleh: Jeje Rijalulhaq, Lc
(Alumni Pondok Pesantren Hamalatulquran Yogyakarta, Alumni (s1) Fakultas Syariah, Al-Azhar University Kairo Mesir).