Membaca Al-Quran merupakan amalan yang mulia dengan segudang keutamaan. Allah subhanahu wat’ala sendiri sudah banyak memaparkan keutamaan membaca Al-Quran baik dalam firman-Nya maupun melalui lisan Rasul-Nya shalallahu ‘alaihi wasallam. Salah satunya adalah sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dalam sebuah hadits sahih :
( مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ ، وَالحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا، لَا أَقُولُ الم حَرْفٌ، وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلَامٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ )
“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari kitabulloh maka baginya 1 kebaikan. Dan satu kebaikan bernilai 10 kali lipatnya. Aku tidak katakan bahwa alif-lam-mim satu huruf, akan tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf” (HR Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al Bani)
Namun satu hal yang perlu digaris bawahi bahwa membaca Al-Quran memiliki adab serta tata cara yang perlu diperhatikan, sebab ia adalah kalamurrohman. Diantara hal yang perlu diperhatikan adalah dalam masalah waqf dan ibtida`, yaitu dimana kita harusnya berhenti serta dimana hendaknya kita memulainya.
Banyak diantara kaum muslimin yang masih belum memahami hal ini, padahal waqf dan ibtida` akan sangat berpengaruh terhadap makna yang terkandung dalam Al-Quran. Makna yang ada bisa jadi akan berubah 180 derajat jika kita salah berhenti pada suatu kalimat. Oleh sebab itu ilmu waqf &ibtida` merupakan ilmu wajib yang harus dimiliki oleh para pengajar Al-Quran agar mereka bisa mewariskannya kepada para muridnya kemudian. Sebagaimana pernah penulis singgung dalam : 10 Kiat menjadi Pengajar Al-Quran yang Baik & Profesional
Disini kami akan sedikit memaparkan beberapa contoh waqof buruk yang sering menimpa kaum muslimin tanpa mereka sadari saat membaca Al-Quran :
- Surat Al Baqarah ayat 14
وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَىٰ شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ
Sebagian kaum muslimin berhenti pada kalimat (إِنَّا مَعَكُمْ) kemudian memulai bacaan dengan kalimat (إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ)
Padahal, kalimat (إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ) merupakan perkataan orang-orang kafir yang Allah ceritakan dalam Al-Quran, sehingga tidak sepantasnya kita memulainya dengan kalimat tersebut.
Satu kaidah penting seputar hal ini pernah disampaikan oleh salah satu guru talaqqi kami, Syaikh Doktor Usamah Salim Al Maghribi hafidzahullah. Beliau tegaskan agar jangan sekali-kali memotong dan memisahkan antara suatu perkataan (dalam Al-Quran) dengan orang yang mengatakannya.
Diantara kasusnya adalah ayat diatas, dimana yang mengatakan adalah orang-orang kafir yang terkandung dalam lafadz (قَالُوا) yang artinya “Mereka (orang-orang kafir) berkata ..” , sedangkan perkataan mereka adalah (إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُون). Oleh sebab itu merupakan hal yang kurang tepat jika kita memisahkan lafadz (قَالُوا) dengan kalimat setelahnya (إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُون).
- Surat Al Baqarah ayat 90
بِئْسَمَا اشْتَرَوْا بِهِ أَنْفُسَهُمْ أَنْ يَكْفُرُوا بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ بَغْيًا أَنْ يُنَزِّلَ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ عَلَىٰ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ ۖ فَبَاءُوا بِغَضَبٍ عَلَىٰ غَضَبٍ ۚ وَلِلْكَافِرِينَ عَذَابٌ مُهِينٌ
Sebenarnya tidak mengapa saat seseorang berhenti pada lafadz (بَغْيًا), akan tetapi hal yang tidak tepat ialah setelah mengambil nafas ia justru memulai membaca dari lafadz tersebut. Sehingga ia membaca dari kalimat (بَغْيًا أَنْ يُنَزِّلَ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ عَلَىٰ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ).
Hal tersebut kurang tepat lantaran mengubah makna yang terkandung dalam ayat, sebab lafadz (بَغْيًا) masih memiliki kaitan dengan kalimat sebelumnya.
- Surat Al Baqarah ayat 120
وَلَنْ تَرْضَىٰ عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ ۗ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَىٰ ۗ وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ ۙ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ
Hal ini sering terjadi, dimana seorang yang membaca Al Quran berhenti pada lafadz (مِنَ الْعِلْمِ ۙ) lantas memulai bacaan pada kalimat (مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ). Ini kesalahan yang cukup fatal dikarenakan keduanya masih memiliki hubungan yang erat.
Saat kita memulai pada kalimat (مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ) seakan-akan kita mengatakan bahwa Allah ta’ala tidaklah menjadi penolong bagi Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wasallam. Padahal makna sempurna pada ayat tersebut ialah :
“Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu”.
Terdapat lafadz (وَلَئِنِ) yang artinya “dan jika”, hal ini dalam bahasa arab disebut dengan harfu syart. Dan sebuah kaidah yang juga disampaikan oleh guru kami bahwa harfu syart yang dalam kasus ini adalah (وَلَئِنِ) tidak boleh dipisahkan dengan kalimat yang melengkapinya atau dalam bahasa arab disebut diistilahkan dengan jawab asy syart.
- Surat Ali Imron ayat 15
قُلْ أَؤُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرٍ مِنْ ذَٰلِكُمْ ۚ لِلَّذِينَ اتَّقَوْا عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَأَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ وَرِضْوَانٌ مِنَ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ
Berhenti pada lafadz (تَجْرِي) merupakan kesalahan yang sering terjadi baik pada ayat ini maupun ayat serupa lainnya. Kesalahan ini akan merubah makna dari ayat tersebut, dimana saat seseorang berhenti pada lafadz (تَجْرِي) maka akan memiliki makna bahwa Allah menyediakan surga yang mengalir. Padahal surga tidaklah mengalir, akan tetapi makna yang tepat adalah Allah menyediakan surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Maka hendaknya ia tidak berhenti pada lafadz (تَجْرِي) agar tidak merubah makna yang ada.
Wallahu a’lam
Beberapa contoh lain seputar kesalahan dalam masalah waqof dan ibtida` insya Allah akan kami posting pada artikel yang akan datang insyaallah.
Referensi :
Tajwidul huruf wa ma’rifatul wuquf, Hasan bin Muhammad Al Hulwati
***
Ditulis oleh : Afit Iqwanudin, A.Md., B.A
(Alumni PP Hamalatulqur’an Yogyakarta, mahasiswa Pascasarjana jurusan Ilmu Qiro’at, Fakultas Qur’an di Universitas Islam Madinah KSA)
Artikal: HamalatulQuran.com