Home Artikel Alquran Bantahan Terhadap Pandangan Orientalis Terkait Al-Quran

Bantahan Terhadap Pandangan Orientalis Terkait Al-Quran

1182
0

Islam adalah satu-satunya agama yang Allah ridhai. Adapun agama lainnya maka tidak Allah ridhai. Bahkan agama Yahudi dan Nasrani pun demikian walau pada dasarnya kedua agama tersebut termasuk agama samawi, datangnya Islam menggantikan agama samawi yang telah ada sebelumnya.

Yahudi dan Nashrani menyakini bahwa agama merekalah agama yang benar dan hanya merekalah yang akan mendapatkan petunjuk dari Tuhan. Maka merekapun membuat berbagai tuduhan kepada Islam terutama tentang Al-Quran selaku kitab suci agama Islam. Di antara tuduhan yang dilontarkan oleh orang yang ingin menyerang Islam adalah membuat syubhat dan keragu-raguan tentang keotentikan Al-Qur’an terutama dari sisi sumber datangnya Al-Qu’an. Mereka menuduh bahwa Al-Qur’an adalah bisikan hati dan halusinasi Nabi Muhammad shallalahu ‘alaihi wasallam dengan perangkat kecerdasan akal dan ketajaman fisik. Sebagian lain berpendapat bahwa Al-Qur’an adalah adabtasi dari kitab Yahudi dan Nabi Muhammad diajari untuk bisa membuat Al-Qur’an.

Isu tentang keotentikan Al-Qur’an di atas tentunya tidak benar. Karena siapa saja yang mempelajari dan memahami kandungan Al-Qur’an maka ia akan dengan mudah mengetahui kelemahan argumentasi terkait isu keotentikan Al-Qur’an tersebut.

Penelitian ini akan membahas tentang apa saja tuduhan kaum orientalis untuk menggugat keotentikan Al-Qur’an dengan berpendapat bahwa Al-Qur’an bukanlah firman Tuhan melainkan karangan Nabi Muhammad. Kemudian pembahasan akan dilanjutkan dengan bantahan terhadap beberapa tokoh orientalis yang memiliki pendapat semisal di atas. Bantahan berupa bukti-bukti kuat baik secara aqli (rasional) maupun naqli (teks wahyu).

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis studi kepustakaan (library research). Metode yang digunakan yaitu analisis teks pada sumber-sumber yang relevan. Dalam hal ini penulis merujuk kepada buku-buku dan tulisan ilmiah yang menunjang dalam pengumpulan data terutama tentang pandangan orientalis terhadap Al-Qur’an. Kemudian membantah pandangan mereka yang keliru.

donatur-tetap

Pembahasan

Al-Qur’an adalah Hujjah

Umat Islam pun sepakat bahwa Al-Quran adalah sumber hukum syariat yang paling utama dan pertama (Latif, 2017). Hal yang menerangkan akan kehujjahan Al-Quran adalah Al-Quran itu sendiri, hadis nabi dan ijma umat Islam.

Kehujahan Al-Qur’an (Hujjiyatul Qur’an) dibuktikan dengan benarnya setiap apa yang disampaikan di dalamnya, tidak ada kontradiksi antara satu dengan yang lainnya, hukum-hukumnya adil, berita-beritanya benar (Khallaf, 1998).

Selain itu juga bisa dibuktikan dengan kemukjiatannya, dari segi lafadz dan makna yang terkandung didalamnya, karena kita ketahui bersama bahwasanya Al-Qur’an adalah mukjizat, mukjizat yang dapat disaksikan oleh seluruh ummat manusia sepanjang masa, kapanpun dan di manapun mereka berada. Jika mereka mempunyai akal yang sehat niscaya mereka akan melihat kebenaran Al-Qur’an (Jaya, 2019).

Tuduhan Terhadap Keotentikan Al-Quran Firman Allah

Musuh-musuh Islam terutama para orienlatis mereka memiliki misi untuk menyerang dan menjatuhkan Islam. Berbagai cara baik dengan cara yang keras maupun yang halus telah mereka lakukan. Cara keras telah mereka lakukan semisal penjajahan terhadap negara muslim. Adapun cara yang halus adalah dengan mereka mempelajari agama Islam demi untuk menusuk dan membuat kerancuan agama Islam dari dalam. Salah satu yang mereka lakukan adalah dengan membuat sebuah tuduhan akan keontetikan Al-Quran. Mereka berpendapat bahwa Al-Qur’an bukanlah wahyu Allah melainkan buatan Nabi Muhammad ataupun Nabi Muhammad diajari oleh orang lain.

Berikut beberapa tuduhan para orientalis terkait keontetikan Al-Qur’an:

  1. Abraham Geiger berpendapat bahwa Al-Qur’an banyak terpengaruh oleh agama Yahudi. Dia menyatakan bahwa beberapa aspek di dalam al-Qur’an sama dengan apa yang diajarkan dalam agama Yahudi. Abraham Geiger membaginya pada tiga aspek berikut: pertama, aspek kebahasaan; kedua, aspek dasar agama Islam; ketiga, aspek kisah di dalam Al-Qur’an (Taufikurrahman, 2020). Abraham Geiger menerangkan bahwa dari tiga aspek tersebut banyak kemiripan apa yang ada di dalam Al-Quran dengan yang ada di kitab orang Yahudi. Sampai-sampai ia menulis sebuah tulisan yang berjudul “Wat Hat Mohammed aus dem Judentume Aufgenommen (Apa yang Muhammad Pinjam dari Yahudi)?”. (Muzayyin, 2015)
  2. Ducan Black Macdonald berpandangan bahwa Nabi Muhammad merupakan seorang ahli sastra yang tidak tertandingi. Kemampuan sastranya sangat tinggi, sehingga ia mampu menciptakan karya sastra seperti Al-Qur’an (Muzayyin, 2015).
  3. Regis Blachere berpendapat bahwa Al-Qur’an bukanlah firman Tuhan, melainkan karangan Muhammad. Pernyataan ini ia kuatkan dengan beberapa argument diantaranya, Pertama, tidak ada penulisan Al-Quran di Mekah yakni sebelum Nabi Muhammad hijrah ke Madinah. Kedua, penulisan Al-Quran baru terlaksana setelah Nabi Muhammad hijrah ke Madinah. Lalu Al-Quran pun ditulis di beberapa media, seperti tulang, pelepah kurma, dan semacamnya. Penulisan semacam ini sangat rentan terhadap perubahan dan penyimpangan sehingga akhirnya banyak ayat yang hilang ketika itu. Ketiga, kaum Syiah mengklaim bahwa khalifah Abu Bakar dan ‘Umar telah mengubah Al-Qur’an. Terkait pandangannya terhadap Al-Quran ia tuangkan dalam bukunya yang berjudul “Introduction of Coran” (Baihaki, 2017)

Tuduhan-tuduhan sebagina tokok orientalis terhadap Al-Quran terangkum dalam table berikut ini:

 

No Nama Tuduhan
1 Abraham Geiger Al-Qur’an karangan Muhammad dan ini terpengaruh oleh agama Yahudi
2 Ducan Black Macdonald Muhammad merupakan seorang ahli sastra yang tidak tertandingi. Kemampuan sastranya sangat tinggi, sehingga ia mampu menciptakan karya sastra seperti Al-Qur’an
3 Regis Blachere Al-Qur’an bukanlah firman Tuhan, melainkan karangan Muhammad

 

Bantahan Terhadap Tuduhan

Sejak dahulu para orientalis telah melakukan kajian terhadap ilmu keislaman. Kajian yang berdasarkan persepsi skeptisme melahirkan banyak hasil kontroversial dikalangan umat Islam, dikarenakan asumsi orientalis dipengaruhi oleh tradisi-tradisi Barat yang mengkaji Al-Qur’an dengan menggunakan metode dan pendekatan ilmu-ilmu sosial (Batubara, 2022).

Al-Quran sendiri memperkenalkan dirinya dengan berbagai ciri dan sifat. Salah satu di antaranya adalah bahwa ia merupakan kitab yang keotentikannya dijamin oleh Allah. Hal ini didasarkan pada firman Allah dalam Q.S al-Hijr ayat 9 sebagai berikut.

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا ٱلذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُۥ لَحَٰفِظُونَ

Artinya: Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.

Ayat di atas bahwa ini merupakan janji Allah untuk menjaga Al-Qur’an dari pengubahan, penggantian, penambahan, pengurangan, dan segala yang tidak layak baginya. Penjagaan Allah ini akan senantiasa ada seiring berjalannya zaman. Allah Ta’ala menggunakan dhamir “kami” dalam ayat di atas sebagai penegasan bahwa Al-quran benar-benar firman Allah serta jaminan bahwa Al-Qur’an akan senantiasa dijaga. Maka bila kita pelajari Al-Qura’an dengan benar akan kita dapati tuduhan orientalis terhadap Al-Qur’an adalah tuduhan yang lemah.

Berikut kami paparkan dua bentuk bantaha terhadap pandangan beberapa tokoh orientalis terkait keontetikan Al-Qur’an, yaitu bantahan secara aql (rasional) dan melalui naql (teks wahyu).

  1. Abraham Geiger berpendapat bahwa Al-Qur’an adalah karangan Muhammad dan ini terpengaruh oleh agama Yahudi dengan dalih bahwa di dalam Al-Qur’an terdapat kosa kata (lafadz) dan kisah-kisah yang telah ada dalam agama Yahudi.

 

Bantahan Secara ‘Aqli (Rasional)

Kiita katakana bahwa adanya kosa kata asing di dalam Al-Quran justru menjadi bukti bahwa Al-Qur’an mencakup limu yang terdahulu dan dan ilmu yang akan datang. Selain itu bila kita tengok sejarah atau sirah nabawiyah makan akan kita dapati bahwa interaksi Nabi Muhammad dengan pendeta Yahudi atau Nasrani sangalah sedikit, maka tidak mungkin Nabi Muhammad mendapatkan pengajaran dari pertemuan yang singkat tersebut.

Bantahan Naqli (Teks Wahyu)

Al-Qur’an benar-benar firman Allah dan bukan karangan Nabi Muhammad, hal ini berdasarkan adanya bukti banyak ayat Al-Qur’an yang berisikan tentang teguran terhadap sikap Nabi Muhammad dan beberapa ayat yang sebelumnya Nabi belum mengetahui maknanya dan baru mengetahu maknanya setelah ayat yang menjelaskannya turun (Pertiwi dkk, 2023). Beberapa ayat terkait teguran Allah kepada Nabi semisal Q.S Abasa: 1-10, Q.S Q.S at-Tahrim: 1 dan Q.S al-Kahfi: 22-24.

Adapun terkait kisah di dalam Al-Quran yang mirip dengan kisah dalam ajaran Yahudi maka Allah telah berfirman dalam surat Hud ayat 49.

تِلْكَ مِنْ أَنۢبَآءِ ٱلْغَيْبِ نُوحِيهَآ إِلَيْكَ ۖ مَا كُنتَ تَعْلَمُهَآ أَنتَ وَلَا قَوْمُكَ مِن قَبْلِ هَٰذَا

Artinya: Itu adalah di antara berita-berita penting tentang yang ghaib yang Kami wahyukan kepadamu (Muhammad); tidak pernah kamu mengetahuinya dan tidak (pula) kaummu sebelum ini.

  1. Ducan Black Macdonald dan Regis Blachere berpendapat bahwa Muhammad merupakan seorang ahli sastra yang tidak tertandingi. Kemampuan sastranya sangat tinggi, sehingga ia mampu menciptakan karya sastra seperti Al-Qur’an.

Bantahan Secara ‘Aqli (Rasional)

Al-Qur’an sangat berbeda dengan semua bentuk syair Arab. Hal ini dipersaksikan langsung oleh Utbah bin Rabi’ah setelah mendengar bacaan Nabi Muhammad, ia lantas berkata kepada kaumnya “Demi Allah aku belum pernah mendengar semisal apa yang aku dengar dari Muhammad, Demi Allah itu bukanlah Syair, bukan juga sihir, bukan juga jampi-jampi” (al-Hilali, 2008). Selain itu keindahan sastra Al-Qur’an melebihi seluruh sastra yang disusun oleh sastrawan Arab, baik dalam bentuk puisi, atau prosa. Keindahan sastra Al-Qur’an ini bahkan tidak hanya diakui oleh umat islam, tetapi juga oleh non muslim.

Bantahan Naqli (teks wahyu)

Al-Qur’an bukanlah syair karangan Nabi Muhammad karena Nabi buta huruf dan tidak pernah belajar syair pula. Allah Ta’ala dalam surat yasin ayat 69 berfirman,

وَمَا عَلَّمْنَٰهُ ٱلشِّعْرَ وَمَا يَنۢبَغِى لَهُۥٓ ۚ إِنْ هُوَ إِلَّا ذِكْرٌ وَقُرْءَانٌ مُّبِينٌ

Artinya: Dan tidaklah Kami mengajarkan kepadanya (Nabi Muhammad) syair, dan hal itu tidak mungkin baginya. Tidaklah itu melainkan peringatan dan bacaan yang jelas.

Kesimpulan

Al-Qur’an merupakan sumber hukum Islam yang pertama dan paling utama. Oleh karenanya musuh-musuh Islam terkhusus para orientalis mereka belajar Islam dengan tujuan mencari-cari kesalahan yang terkait Al-Qur’an dan syariat Islam. Mereka membuat tuduhan-tuduhan terkait Al-Qur’an semisal ia adalah karangan Nabi Muhammad, Al-Qur’an diajakan oleh pendeta Yahudi atau Nasrani kepada Nabi Muahmmad.

Diantara tokoh orientalis yang berpandangan bahwa Al-Quran adalah karangan Nabi Muhammad adalah Abraham Geiger, Ducan Black Macdonald dan Regis Blachere. Namun semua argument yang mereka gunakan lemah dan telah terbantahkan, bahkan pada hakikatnya, sampai hari ini pihak orientalis sendiri tidak mampu memberikan satu bukti yang nyata dan kuat bahwa Al-Qur’an adalah kitab karangan Nabi Muhammad.

Daftar Pustakan

  • al-Qattan, M. K. (2000) Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an. Riyadh: Muassasah ar-Risalah
  • al-Hilali, M. (2008) Tahqiq al-Wushul baina al-Qalbi wa al-Qur’an. Kairo: Muassasah Iqra
  • Azmi, A. S. (2017). Dakwaan Orientalis Terhadap Pengaruh Kristian Dalam Al-Quran: Satu
  • Penelitian. Jurnal Darul Quran, Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (JAKIM), 16, 141.
  • Baihaki, E. S. (2017) Orientalisme dan Penerjemahan Al-Qur’an. Jurnal Ilmiyah Ilmu Ushuluddin,
  • Vol. 16(1), 22-36.
  • Batubara, M. N. (2022). Orientalisme dan Oksidentalisme: Kajian Keotentikan Al-Qur’an. Al       Bayan: Jurnal Ilmu Al-Qur’an Dan Hadist, Vol. 5(2), 206–225.
  • Fahimah, S., & Ilmi, V. M. (2022). Pandangan Orientalis Atas Al-Quran Studi Tokoh Atas Yang
  • Pro Dan Kontra. Al Furqan: Jurnal Ilmu Al Quran Dan Tafsir, 5 (2), 294–311.
  • Fadal, K. (2011). Pandangan Orientalis Terhadap Al-Qur’an (“Teori Pengaruh” Al-Qur’an
  • Theodor Nöldeke). Religia, 14(2), 189–206.
  • Jaya, S. A. (2019) Al-Qur’an dan Hadis Sebagai Sumber Hukum Islam. Jurnal Indo-Islamika. Vol.
  • 9(2), 204-216. https://doi.org/10.15408/idi.v9i2.17542
  • Khallaf, A. W. (1998) Ilm Uhul al-Fiqh. Kairo: Dar al-Fikr al-Arabi
  • Latif, A. (2017) Al-Quran Sebagai Sumber Hukum Utama. Jurnal Ilmiah hukum dan Keadilan
  • STAI Binamadani Vol. 4, 62-74.
  • Lola Pertiwi, Taufik Rahman, Muhammad Syachrofi. (2023) Otentisitas al-Qur’an: Bantahan
  • Pandangan Abraham Geiger terhadap Al-Qur’an. Jurnal Riset Agama. Vol. 3(2), 282-295.
  • Muzayyin, M. (2015) Al-Qur’an Menurut Pandangan Orientalis (Studi Analisis ‘Teori Pengaruh’
  • dalam Pemikiran Orientalis). Jurnal Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an Dan Hadis, vol. 16(2), 203-221.
  • Taufikurrahman. (2020). Pemikiran Abraham Geiger terhadap Al-Qur’an. Al-Mubarak: Jurnal
  • Kajian Al-Qur’an Dan Tafsir, 5(2), 22–27.

Ditulis Oleh: Muhammad Fatwa Hamidan

Artikel: HamalatulQuran.Com

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here