Bismillah, wassholaatu wassalamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du.
Syukur kita kepada Allah ta’ala yang selalu memberikan banyak nikmat kepada semua makhluk-Nya. Diantara nikmat yang Allah ta’ala berikan kepada hamba-Nya ialah hujan. Melalui hujan, Allah ta’ala menyuburkan tanah yang tandus. Dengannya pula Allah ta’ala menumbuhkan tumbuhan berbagai macam jenisnya. Sebagaimana Allah ta’ala tegaskan di dalam al-Qur’an,
من السماء ماء فأخرج به من الثمرات رزقا لكم
“Dan Dialah (Allah) yang telah menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia hasilkan dengan (hujan) itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu”. (QS. Al-baqarah : 22)
Nah pertanyaannya, apa yang harus kita lakukan di saat hujan turun?
Selayaknya orang islam mengetahui sunah-sunah yang dianjurkan ketika hujan turun. Mengenai hal tersebut, Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam telah mengajarkan kepada umatnya melalui hadis-hadis beliau. Berikut ini sunah-sunah Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam saat hujan turun :
Pertama, membaca doa ketika awal turun hujan.
Membaca doa ketika awal turun hujan, adalah salahsatu amalan yang disunnahkan. Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam telah mengajarkan kepada umatnya melalui hadis yang diriwayatkan dari Ibunda kita, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha,
أن رسول الله صلى الله عليه وسلم كان إذا رأى المطر قال : ( اللهم صيبا نافعا ) رواه البخاري
Bahwasannya Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam apabila melihat hujan berkata
Allahumma shayyiban nafi‘an
Ya Allah semoga menjadi hujan yang membawa manfaat.
(HR. Bukhari).
Harapannya dengan membaca doa ini, Allah ta’ala menjadikan hujan yang turun, membawa manfaat, menyuburkan tanah, mengairi sawah yang kering, menumbuhkan tanaman-tanaman. Bukan hujan yang membawa bencana dan marabahaya.
Kedua, berdoa kepada Alloh ketika turun hujan.
Dianjurkan berdoa meminta kebaikan dunia dan akhirat. Karena saat hujan turun adalah salahsatu waktu mustajab untuk berdoa. Diterangkan dalam hadits dari sahabat Sahl bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu.
أن النبي صلى الله عليه وسلم قال : (ثنتان ما تردان : الدعاء عند النداء وتحت المطر) راه الحاكم
Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Dua doa yang tidak akan ditolak, yaitu doa ketika adzan dan juga ketika turun hujan.” (HR. al-Hakim)
Oleh karena itu, mengingat hujan adalah saat-saat mustajab untuk berdoa, hendaklah seorang muslim meluangkan waktunya walau sejenak, untuk bermunajat kepada Allah ta’ala . Mengadukan semua masalah yang ia alami, seraya mengaharap agar diberikan jalan keluar yang terbaik menurut Allah ta’ala .
Ketiga, berdoa ini ketika hujan turun lebat.
Ketika hujan turun dengan lebat, dan ditakutkan akan terjadi musibah, semisal banjir, tanah longsor, dan lain-lain. Maka dalam kondisi demikian Rasulullah shallallahualaihiwasallam mengajarkan kepada kita suatu doa.
اللهم حوالينا ولا علينا، اللهم على الآكام و الجبال والظراب، وبطون الأودية و منابت الشجر
“Allahumma hawalainanwala ‘alaina, Allahumma ‘alal aakami waljibaali wazdziroobi,wa butuunil audiyati, wa manaabitish shajari.”
Ya Allah pindahkanlah hujan di sekitar kami, jangan turunkan kepada kami, ya Allah turunkanlah hujan ke dataran tinggi, gunug-gunung, bukit-bukit, perut lembah, dan tempat tumbuhnya pepohonan. (HR. Bukhari)
Keempat, doa ketika mendengar petir.
Saat terdengar suara petir, kita diperintahkan untuk berdoa. Ada doa khusus yang diajarkan Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam ketika kita mendengar petir.
سبحان الذي يسبح الرعد بحمده والملائكة من خيفته
Subhaanalladhii yusabbihurro‘du bihamdihi walmalaaikatu min khiifatih
“Mahasuci Allah yang petir dan para malaikat bertasbih dengan memuji-Nya karena takut kepada-Nya”.
(HR. Bukhari dalam Al-adab Al-mufrod)
Namun yang disayangkan, tak banyak orang yang mengucapkan doa ini saat mendengar petir. Barangkali, tak banyak yang tahu doa ini. Maka, selayaknya bagi seorang muslim tidak melupakan doa ini ketika mendengar petir.
Kelima, do’a setelah turun hujan.
Zaid bin Kholid Al-juhany menceritakan, bahwa Rasulullah shallallahualaihiwasallah menunaikan sholat subuh bersama para sahabatnya di Hudaibiyah, di pagi hari setelah semalam diguyur hujan. Setelah selesai sholat, Rasulullah shallallahualaihiwasallam menghadap kepada para sahabatnya.
Lantas beliau bersabda, “Tahukah kalian apa yang difirmankan oleh Rabb kalian?”
Para sahabatpun menjawab “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.”
Beliau bersabda , ” Allah Ta’ala berfirman
أصبح من عبادي مؤمن بي وكافر فأما من قال مطرنا بفضل الله ورحمته فذلك مؤمن بي كافر بالكوكب وأما من قال مطرنا بنوء كذا وكذا فذلك كافر بي مؤمن بالكوكب، رواه مسلم
“Saat pagi tiba, diantara hamba-Ku ada yang beriman kepada-Ku dan juga ada yang kafir. Adapun yang mengucapkan
Muthirnaa bifadhlillaahi wa” rahmatihi”
(hujan ini turun karena karunia Allah dan rahmat-Nya), maka dia telah beriman kepada-Ku dan kafir terhadap bintang. Sedangkan yang mengucapkan,
“hujan ini turun karena bintang ini dan bintang ini”,
maka dia telah kafir* kepada-Ku dan beriman kepada bintang”. (HR. Muslim)
Dari hadis di atas bisa kita ambil kesimpulan bahwa doa setelah turun hujan yang Rasulullah shallallahualaihiwasallam ajarkan adalah
Muthirnaa bifadhlillaahi wa rahmatihi”.
hujan ini turun karena karunia Allah dan rahmat-Nya.
Di musim hujan ini, kami mengajak kepada para pembaca semua agar tidak meninggalkan sunah-sunah Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam.
Wallahua‘lam bishshawab.
***
Catatan kaki :
*kata kafir dalam hadis tersebut sebagaimana dijelaskan oleh Imam Nawawi sebagai berikut, ” Mayoritas ulama’ berpendapat, orang yang mengucapkan “hujan ini turun karena bintang ini dan bintang ini” diiringi dengan keyakinan mereka bahwa bintang itulah yang mengatur hujan, maka dia telah kafir, keluar dari islam.
Namun, jika perkataan tersebut tanpa diiringi dengan keyakinan terhadap bintang, hanya menganggap bintang-bintang itu menjadi tanda-tanda sebagaimana kebiasaan masyarakat, maka hal yang demikian itu tidak mengeluarkan pengucapnya keluar dari islam.
Akan tetapi kalimat itu makruh, karena dia merupakan kalimat yang bisa bertendensi kekufuran dan bisa yang lainnya. sehingga membuat pendengarnya bisa berburuksangka.
Pendapat yang lain mengatakan, yang dimaksud kafir adalah kufur terhadap nikmat Allah ta’ala. Karena dia hanya mencukupkan dengan penyandaran (turunnya) hujan kepada bintang. Sedangkan ia tidak mempercayai bahwa bintanglah yang mengatur hujan.
(Lihat : Syarah Shahih Muslim, karya Imam Nawawi 1/246-247).
***
Ditulis oleh : Alfian Nurdiyansyah, Lc
(Alumni Pondok Pesantren Hamalatulquran Yogyakarta, Alumni (s1) Fakultas Syariah, Al-Azhar University, Kairo, Mesir).
Artikel HamalatulQuran.com