Bismillah…
Beragam keyakinan muncul terkait wujud jin :
Ada yang meyakini jin itu nafsu jahat yang ada di dalam tubuh manusia, sebagaimana malaikat adalah nafsu baik. Keyakinan ini dipegang oleh kelompok Filsafat.
Ada yang meyakini jin itu adalah mikroba-mikroba atau bakteri-bakteri yang ditemukan melalui ilmu sains modern.
Ada yang meyakini bahwa jin adalah malaikat. Sehingga jin dan malaikat adalah makhluk yang sama. Karena kedua makhluk ini sama-sama ghoib; tidak bisa dilihat oleh manusia. Keyakinan seperti ini dipegang oleh Dr. Muhammad Al-Bahi, beliau paparkan di dalam tulisan beliau tafsir untuk surat Al-Jin.
Bantahan…
Keyakinan-keyakinan di atas tentu tidak benar. Bertentengan dengan dalil-dalil Quran dan hadis yang shahih. Al-Quran dan As-Sunnah menerangkan bahwa Jin adalah makhluk yang berwujud, mereka bukan nafsu jahat, mereka bukan bakteri atau jelmaan makhluk lainnya, mereka adalah makhluk yang memiliki wujudnya sendiri. Jin juga berada di alamnya sendiri, alam yang berbeda dengan alam malaikat.
Berikut ini paparkan bantahan terhadap keyakinan-keyakinan keliru terhadap keberadaan jin:
Pertama, tidak mengetahui wujud jin tidak berarti jin itu tidak ada.
Logika sehat menilai, adalah cacat saat seorang mengingkari wujud sesuatu benda, hanya karena dia tidak pernah melihat atau tidak pernah tahu wujudnya. Seperti orang mengingkari gelombang radio hanya karena tidak pernah melihat wujud konkritnya, mengingkari adanya sinyal telepon atau internet, karena dia tidak pernah tahu wujudnya seperti apa. Bisa-bisa dia mengingkari adanya akal dalam dirinya, hanya karena belum pernah melihatnya. Tentu keyakinan seperti itu dipandang keliru bahkan kebodohan. Betapa banyak makhluk, benda, suara yang ada di dunia ini, yang belum pernah kita tahu, tapi mereka benar-benar ada. Mengingkari wujud atau keberadaan jin, sejatinya sama prisipnya dengan orang mengingkari sinyal atau gelombang radio itu.
Oleh karenanya Allah mencela orang-orang yang tidak mau percaya kepada kabar-kabar Al-Quran, gara-gara belum pernah menyaksikan langsung atau belum tahu wujudnya.
بَلْ كَذَّبُوا بِمَا لَمْ يُحِيطُوا بِعِلْمِهِ
Mereka mendustakan apa yang mereka belum mengetahuinya. (QS. Yunus : 39)
Kedua, dalil-dalil tentang keberadaan jin derajatnya sampai mutawatir.
Mutawatir adalah kabar yang diriwayatkan oleh banyak orang (perowi), sampai pada keadaan mustahil terjadi kedustaan. Sehingga mutawatir adalah istilah untuk menyebut kabar yang memiliki tingkat kevalidan yang paling tinggi.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menegaskan,
لم يخالف أحد من طوائف المسلمين في وجود الجن، ولا في أن الله أرسل محمدا صلى الله عليه وسلم إليهم.. وهذا لأن وجود الجن تواترت به أخبار الأنبياء تواترا معلوما بالاضطرار، ومعلوم بالاضطرار أنهم أحياء عقلاء فاعلون بالإرادة، بل مأمورون منهيون
“Tak sekelompokpun dari kaum muslimin yang mengingkari keberadaan jin. Mereka semua meyakini bahwa Allah juga mengutus Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam kepada mereka. Karena wujud jin berdasar pada kabar dari para Nabi secara mutawatir, yang pasti benarnya. Dan pasti benarnya bahwa mereka makhluk hidup, berakal dan berbuat sesuai keinginan. Mereka juga diperintah dan dilarang.” (Majmu’ Al-Fatawa 10/19)
Ketiga, ayat-ayat Quran dan hadis-hadis Nabi.
Banyak ayat yang menyebutkan tentang keberadaan Jin, diantaranya :
Surat Al-Jin ayat 1
قُلْ أُوحِيَ إِلَيَّ أَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِّنَ الْجِنِّ فَقَالُوا إِنَّا سَمِعْنَا قُرْآنًا عَجَبًا
Katakanlah (hai Muhammad): “Telah diwahyukan kepadamu bahwasanya: telah mendengarkan sekumpulan jin (akan Al Quran), lalu mereka berkata: Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al Quran yang menakjubkan.
Surat Al-Jin ayat 6
وَأَنَّهُمْ ظَنُّوا كَمَا ظَنَنتُمْ أَن لَّن يَبْعَثَ اللَّهُ أَحَدًا
Sesungguhnya mereka (jin) menyangka sebagaimana persangkaan kamu (orang-orang kafir Mekah), bahwa Allah sekali-kali tidak akan membangkitkan seorang (rasul)pun.
Dari hadis Nabi shallallahu’alaihi wa sallam diantaranya,
خلقت الملائكة من نور وخلق الجان من النار وخلق ادم مما وصف لكم
“Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api, dan Adam diciptakan dari sesuatu yang telah dikabarkan kepada kalian (tanah).” (HR. Muslim)
Keempat, persaksian orang yang terpercaya yang pernah kontak dengan wujud jin.
Banyak orang yang memiliki pengalaman bertemu atau melihat jin. Baik orang-orang di sekitar kita atau nenek moyang kita. Bahkan banyak orang baik yang bersaksi atas keberadaan jin. Seperti persaksian seorang ulama bernama Al-A’mas rahimahullah,
تروح إلينا جني ، فقلت له : ما أحب الطعام إليكم ؟
فقال : الأرز . قال : فأتيناهم به ،
فجعلت أرى اللقم ترفع ولا أرى أحدا .
فقلت : فيكم من هذه الأهواء التي فينا ؟
قال : نعم . قلت : فما الرافضة فيكم ؟ قال : شرنا
“Ada sosok Jin yang mendekat kepadaku. Lalu aku bertanya, “Makanan apa yang paling kalian sukai?”
“Nasi.” Jawab Sang Jin.
Kemudian aku melihat suap-suap nasi terangkat padahal tak seorangpun aku lihat.
Aku bertanya kembali, “Apa di alam kalian kondisinya sama seperti yang kami alami?”
“Iya.” Jawab Sang Jin.
“Siapakah Rafidhoh menurut kalian?”
“Oh, mereka jin paling buruk di antara kami.”
Imam Ibnu Katsir rahimahullah mengomentari pernyataan Imam Al-A’mas,
عرضت هذا الاسناد على شيخنا الحافظ أبي الحجاج المزي، فقال : هذا إسناد صحيح إلى الأعمش.
“Sanad riwayat pernyataan Al-A’mas ini saya perlihatkan kepada guru kami Al-Hafidz Abul Hajjaj Al-Mizzi, beliau memberi komentar, “Sanad riwayat ini shahih (valid) sampai ke Al-A’mas.”
***
Referensi:
- ‘Aalamul Jin was Syayaatin, Penerbit: Maktabah Al-Falaah, Cetakan ke 4, th 1404 H – 1984 M
Ditulis oleh : Ahmad Anshori, Lc.
Artikel Hamalatuquran.Com