Home Artikel Sudah Tau Belum Sunnah dalam Buang Hajat?

Sudah Tau Belum Sunnah dalam Buang Hajat?

1626
0

Sudah Tau Belum Sunnah Sunnah Buang Hajat?

Sesungguhnya salah satu keagungan syari’at Islam tidaklah ada satu kebaikan, baik kecil ataupun besar melainkan telah diperintahkan dan dianjurkan oleh syariat. Begitupun sebaliknya, tidaklah ada satu keburukan baik kecil maupun besar melainkan telah diperingatkan dan dilarang oleh syariat.

Hal ini lah yang membuat orang orang non muslim kagum dengan agama ini, sampai sampai salah seorang kaum musyrikin pernah berkata kepada Salman Alfarisi radhiallahu ‘anhu;

قدْ عَلَّمَكُمْ نَبِيُّكُمْ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ كُلَّ شيءٍ حتَّى الخِراءَةَ قالَ: فقالَ: أجَلْ لقَدْ نَهانا أنْ نَسْتَقْبِلَ القِبْلَةَ لِغائِطٍ، أوْ بَوْلٍ، أوْ أنْ نَسْتَنْجِيَ باليَمِينِ، أوْ أنْ نَسْتَنْجِيَ بأَقَلَّ مِن ثَلاثَةِ أحْجارٍ، أوْ أنْ نَسْتَنْجِيَ برَجِيعٍ، أوْ بعَظْمٍ

“Apakah Nabi kalian shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan segala sesuatu sampai masalah buang air? Salman menjawab: Ya, Beliau melarang kami buang air besar atau buang air kecil menghadap kiblat, beristinja’ dengan tangan kanan, beristinja’ dengan batu yang kurang dari tiga buah dan beristinja’ dengan kotoran binatang atau tulang.” (HR. Muslim no. 262).

donatur-tetap

Ada beberapa hal yang harus kita perhatikan berkaitan dengan buang hajat

Sunnah-Sunnah Buang Hajat

  1. Membaca doa ketika hendak masuk kamar mandi.

Disunnahkan bagi yang hendak masuk kamar mandi mengucapkan doa.

عن أنس بن مالك رضي الله عنه قال: كان النبي صلى الله عليه وسلم إذا دخل الخلاء قال: “اللهم إني أعوذ بك من الخبُث والخبائث”
(متفق عليه: رواه البخاري 142، ورواه مسلم 375)

Dari Anas bin Malik rodhiallahu’anhu berkata: bahwasanya Nabi shalallahu alaihi wasallam ketika hendak masuk kamar mandi mengatakan: “Allahumma inni a’udzu bika minal khubutsi wal khobaits”, Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari setan laki-laki dan setan perempuan.”
(HR. Muttafaqun ‘alaihi. Bukhori 142, Muslim 375)

  1. Membaca basmalah dan meminta perlindungan kepada Allah

عن علي بن أبي طالب رضي الله عنه: أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: “سترُ ما بين أعين الجن وعَورات بني آدم إذا دخل أحدهم الخلاء، أن يقول: بسم الله” (رواه أبو داود)

Dari Ali rodhiallahu ‘anhu bahwasannya Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda: “Penghalang antara pandangan jin dan aurat manusia adalah jika salah seorang di antara mereka memasuki tempat buang hajat, lalu ia ucapkan “Bismillah” ( HR. Abu Dawud)

  1. Mendahulukan kaki kiri ketika masuk dan kaki kakan ketika keluar dari tempat buang hajat.

Salah satu yang dianjurkan ketika buang hajat adalah mendahulukan kaki kiri ketika masuk dan mendahulukan kaki kanan ketika keluar dari tempat buang hajat.

Dalam perkara perkara yang baik kita diperintahkan untuk mendahulukan yang kanan, sepeti memakai sandal, menyisir rambut dan perkara baik lainnya. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits;

عن عائشة رضي الله عنها قالت: “كان النبي صلى الله عليه وسلم يُعجِبه التيمُّن في تنعُّله وترجُّله وطهوره، وفي شأنه كلِّه”( متفق عليه

Dari ‘Aisyah rodhiallahu’anha berkata:
 “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih suka mendahulukan yang kanan ketika memakai sandal, menyisir rambut, ketika bersuci dan dalam setiap perkara (yang baik-baik). (HR. Bukhori dan Muslim).

Imam Nawawi rohimahullahu mengatakan di kitab Al-majmu’:

“اتفق الفقهاء على استحباب دخول الخلاء بالرجل اليسرى والخروج بالرجل اليمنى”
المجموع للنووي ” (2/72) .

“Para ahli fiqih sepakat atas anjuran mendahulukan kaki kiri ketika masuk temapt buang hajat dan mendahulukan kaki kakan ketika keluar”. (Al-majmu’ 2/72)

  1. Membaca doa ketika keluar tempat buang hajat.

Dianjurkan bagi yang keluar dari tempat buang hajat mengatkan “ghufronaka”, sebagaimana terdapat dalam sebuah hadits:

عن عائشة رضي الله عنها، قالت: كان النبي صلى الله عليه وسلم إذا خرج من الخلاء، قال: ((غُفرانك)).
رواه الترمذي

Dari ‘Aisyah rodhiallahu’anha berkata: bahwasanya Nabi shalallahu alaihi wasallam ketika keluar dari tempat buang hajat mengatakan: Ghufronaka ( Ampunan mu ya Allah). (HR. At-Tirmidzi)

Wallahua’lam bisshowab.

Ditulis oleh: Muhamad Reza Nurudin, Lc. (Pengajar Pondok Pesantren Hamalatul Quran Jogjakarta, Alumni S1 Universitas Al-Azhar Cairo, Mesir, Fakultas Syariah Islamiyyah)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here