Diantara rahmat Allah Ta’ala dalam syariat adalah terdapat balasan nan agung bagi para penyeru kebaikan. Siapa saja yang menyerukan kebaikan, mendakwahi, menasehati seseorang kemudian seseorang tersebut mengamalkan amal tersebut maka yang menunjuki kepada amal shaleh tersebut pun akan mendapatkan pahalanya. Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
“Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya” (HR. Muslim no. 1893).
Dalam hadis yang lain diterangkan bahwa golongan manusia terbaik adalah mereka yang membuka pintu-pintu kebaikan bagi orang-orang yang ada disekitarnya. Dari Anas bin Malik berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ مِنْ النَّاسِ مَفَاتِيحَ لِلْخَيْرِ مَغَالِيقَ لِلشَّرِّ ، وَإِنَّ مِنْ النَّاسِ مَفَاتِيحَ لِلشَّرِّ مَغَالِيقَ لِلْخَيْرِ ، فَطُوبَى لِمَنْ جَعَلَ اللَّهُ مَفَاتِيحَ الْخَيْرِ عَلَى يَدَيْهِ ، وَوَيْلٌ لِمَنْ جَعَلَ اللَّهُ مَفَاتِيحَ الشَّرِّ عَلَى يَدَيْهِ
“Sesungguhnya diantara manusia ada yang menjadi jalan kebaikan, dan menjadi penutup jalan keburukan. Diantara manusia juga ada yang menjadi jalan keburukan, dan menjadi penutup kebaikan. Maka, berbahagialah orang yang Allah jadikan jalan-jalan kebaikan melalui tangannya. Dan celakalah bagi orang yang Allah jadikan jalan-jalan keburukan melalui tangannya.” (HR Ibnu Majah no. 237).
Maka barangsiapa ingin menjadikan dirinya sebagai jalan bagi kebaikan, penutup bagi keburukan dan menjadi orang yang beruntung, maka hendaknya ia melakukan beberapa hal berikut;
Pertama, Ikhlas kepada Allah dalam setiap perkataan dan perbuatan. Karena ia adalah pokok seluruh kebaikan dan sumber segala keutamaan.
Kedua, Berdo’a dengan sungguh-sungguh serta memohon kepada Allah taufiq. Karena do’a adalah kunci segala kebaikan, dan Allah tidak akan menolak seorang hamba yang berdo’a kepadanya, juga tidak akan merugikan seorang mukmin yang memanggilnya.
Ketiga, Bersemangat dalam mencari ilmu dan mendapatkannya. Karena ilmu adalah pendorong kepada perbuatan utama dan mulia, pencegah dari perbuatan keji dan dosa-dosa besar.
Keempat, Memperhatikan amal-amal ibadah terutama ibadah-ibadah fardhu khususnya shalat, karena ia mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.
Kelima, Berhias diri dengan akhlak yang mulia dan luhur, serta menjauhi akhlak yang rendah dan tidak terpuji.
Keenam, Menyertai orang-orang baik dan bermajlis dengan orang-orang shaleh. Kerena majlis-majlis mereka di hadiri oleh para malaikat dan diliputi rahmat. kemudian berhati-hatilah agar tidak bermajlis dengan orang-orang buruk dan jelek. Kerena majlis-majlis mereka adalah tempat berkumpulnya setan.
Ketujuh, Menasehati hamba-hamba Allah saat bercengkrama dan bergaul dengan mereka, dengan cara menyibukkan mereka dengan kebaikan dan memalingkan mereka dari keburukan.
Kedelapan, Mengingat akhirat, saat bertemu dengan Allah, saat Allah membalas orang-orang yang berbuat baik dengan kebaikan dan membalas orang-orang yang berbuat buruk dengan keburukan. Allah Ta’ala berfirman,
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ * وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (QS. Al-Zalzalah: 7-8)
Sandaran semua itu adalah keinginan kuat seorang hamba dalam meraih kebaikan, mencapai manfaat dan memberi manfaat kepada hamba-hamba Allah yang lain. Maka, ketika keinginan terpancang, niat teguh, tekad semakin kuat, serta selalu memohon pertolongan kepada Allah, maka seseorang dengan izin Allah akan menjadi jalan bagi kebaikan dan penutup bagi keburukan.
Allah lah yang menguasai hamba-hamba-Nya dengan taufiq-Nya, membukakan bagi siapa saja yang dikehendakinya kebenaran, Dia-lah sebaik-baik pembuka.
Semoga kita menjadi salah satu hamba tersebut. Amin
Referensi: https://www.al-badr.net/detail/Q9N0aydb71